👉YAA AYYUHAL LADZINA AAMANU TUUBU ILALLAHI TAUBATAN NASUHA👈
Ketahuwilah Tak seorang pun dari ahli maksiat yang jauh dari-Ku, dan tak seorangpun dari ahli ketaatan yang dekat dari-Ku."
(Maksudnya, walaupun seseorang termasuk ahli maksiat, Allah swt, tetap dekat dengannya sehingga jika ia mau bertobat, Allah swt pasti menerimanya.
Dan janganlah seseorang yang taat itu menyombongkan diri atas ketaatannya, karena dengan begitu ia justru akan semakin jauh dari Allah swt, memiliki perasaan kekurangan dan penyesalan itulah yang menyebabkan seseorang dekat kepada Allah swt).
Kalangan maksiat, yang merasa memiliki kekurangan dan rasa penyesalan maka ia dekat dengan-KU
Merasa memiliki kekurangan merupakan sumber cahaya, dan mengagumi cahaya diri sendiri merupakan sumber kegelapan.
Ahli ketaatan selalu mengingat kenikmatan, dan ahli maksiat selalu mengingat Yang Maha Pengasih
Aku Dekat dengan pelaku maksiat setelah ia berhenti dari kemaksiatannya, dan Aku Jauh dari orang yang taat setelah ia berhenti dari ketaatannya.
Ahli maksiat akan tertutupi oleh kemaksiatannya, dan ahli taat akan tertutupi oleh ketaatannya.
Dan Aku memiliki hamba-hamba selain mereka, yang tidak ditimpa kesedihan maksiat dan keresahan ketaatan.
Sampaikan kabar gembira ini kepada para pendosa tentang adanya keutamaan, kemurahan dan ampunan dan sampaikan berita kepada para pengagum diri sendiri tentang adanya keadilan dan pembalasan.
"Katakan kepada para sahabatmu, siapa di antara mereka yang ingin sampai kepada-Ku, maka ia harus keluar dari segala sesuatu selain Aku"
"Keluarlah dari batas dunia, maka engkau akan sampai ke akhirat, dan keluarlah dari batas khirat, maka engkau akan sampai kepada-Ku."
"Keluarlah engkau dari raga dan jiwamu, lalu keluarlah dari hati dan ruhmu, lalu keluarlah dari hukum dan perintah, maka engkau akan sampai kepada-Ku."
"Wahai Tuhanku, shalat seperti apa yang paling dekat dengan-Mu ?.
"Shalat yang di dalamnya tiada apapun kecuali Aku, dan orang yang melakukannya "lenyap" dari shalatnya dan tenggelam karenanya.”
(Maksudnya : niat dan perhatian si pelaku shalat hanya tertuju kepada Allah swt, fokusnya bukan lagi penampilan fisik maupun gerakan-gerakan, melainkan kepada makna batiniah shalat itu)
"Wahai Tuhanku, puasa seperti apa yang paling utama di sisi-Mu ?."
"Puasa yang di dalamnya tiada apa pun selain Aku, dan orang yang melakukannya "lenyap" darinya"
"Wahai Tuhanku, amal apa yang paling utama di sisi-Mu ?."
"Amal yang di dalamnya tiada apa pun selain Aku, baik itu (harapan) surga ataupun (ketakutan) neraka, dan pelakunya "lenyap" darinya."
Bila engkau ingin memandang-Ku di setiap tempat, maka engkau harus "lenyap" (kosongkan hati dari selain Aku)"
"Wahai Tuhanku, tangisan seperti apa yang paling utama di sisi-Mu ?."
"Tangisan orang-orang yang tertawa."
"Wahai Tuhanku, tertawa seperti apa yang paling utama di sisi-Mu ?"
"Tertawanya orang-orang yang menangis karena bertobat."
"Wahai Tuhanku, tobat seperti apa yang paling utama di sisi-Mu ?."
"Tobatnya orang-orang yang suci."
"Wahai Tuhanku, kesucian seperti apa yang paling utama di sisi-Mu ?."
"Kesucian orang-orang yang bertobat."
"Wahai Tuhanku apa ilmunya ilmu itu ?."
"Ilmunya ilmu adalah ketidaktahuan akan ilmu."
Pencari ilmu di mata-Ku tidak mempunyai jalan kecuali setelah ia mengakui kebodohannya, karena jika ia tidak melepaskan ilmu yang ada padanya, ia akan menjadi "setan"
(Maksudnya : Ilmu yang sesungguhnya adalah yang ada di sisi Allah swt, sementara ilmu yang kita miliki hanyalah semu dan palsu… Selama manusia tidak melepas kepalsuan itu, ia tidak akan menemukan ilmu sejati… Ilmu sejati tidak akan berlawanan dengan perbuatan…"Setan" adalah contoh pemilik ilmu yang perbuatannya berlawanan dengan ilmu yang dimilikinya)
Sirr Rabbani
0 Response to "Tafakur "
Post a Comment