Alkisah, pada suatu hari ada seorang hantu yang bernama Anak Sima. Wujud hantu ini seperti anak-anak dan kalau berjalan, dia merangkak seperti kera. Anak Sima berwajah manis, badannya putih mulus dan hidungnya mancung. Itulah sebabnya, orang yang bertemu dengannya, biasanya ingin menggendongnya.
Namun, orang harus berhati-hati karena Anak Sima merupakan hantu yang senang memakan jantung manusia. Anak Sima menjebak mangsanya dengan cara memanggil setiap orang yang ditemuinya. Orang yang berilmu dapat saja menolaknya dengan cara membaca mantera, tapi kalau orang biasa bisa saja tergoda oleh panggilan Anak Sima.
Sebenarnya, Anak Sima adalah anak manusia. Ia adalah anak dari hasil perbuatan zina. Karena ibunya tidak tahan menyandang aib, begitu lahir Anak Sima dibuang ke hutan. Bayi itu akhirnya dipelihara oleh Takau, hantu yang bisa berubah-ubah wujud. Karena dipelihara hantu, maka bayi tersebut lama-kelamaan menyerupai hantu dengan nama Anak Sima Anak Sima sangat disayangi Takau. Dia sering dibawa Takau berjalan ke dalam hutan maupun ke pegunungan. Seiring berjalannya waktu, banyak peristiwa terjadi akibat ulah dari Anak Sima.
Pada suatu hari, seorang perempuan tua mencari kayu di dalam hutan. Tidak jauh dari tempat perempuan tua itu terdengar suara bayi yang menangis. Perempuan tua itu tidak tahu bahwa bayi itu adalah Anak Sima. Karena terdorong rasa iba, bayi itu digendong dan dibawanya pulang. Di tengah perjalanan terjadi keanehan. Saat perempuan tua itu menengok ke belakang, ternyata wajah bayi yang ada digendongannya berubah, mulut bayi itu terlihat bertaring. Bayi itu mencoba mengisap darah perempuan tua dengan mengorek-ngorek bagian belakang tubuh perempuan tua itu. Untungnya di dekat perempuan tua itu ada orang lain yang melihat kejadian tersebut dan berusaha menolong. Perempuan tua itu akhirnya terselamatkan dari cengkeraman Anak Sima.
Pada peristiwa lain, ada seorang wanita yang bernama Nini Jumantan. Perempuan ini sangat pemberani. Walaupun tinggal sendirian di gunung, Nini Jumantan tidak pernah takut dengan Anak Sima. Bahkan, ia bermaksud menangkap Anak Sima lalu mengambil beberapa helai rambutnya. Itu ia lakukan karena percaya, bahwa barang siapa dapat memiliki rambut Anak Sima akan jaya dan dapat menghilang.
Pada suatu malam, kira-kira pukul dua, terdengar suara anak menangis minta tolong. Nini Jumintan yang sudah mengetahui siapa yang menangis minta tolong dengan cepat mengambil parang dan melepaskan pakaian yang ada di badan kecuali cawat (celana dalam), lalu pergi ke luar mencari asal suara tangisan minta tolong itu. Setelah dekat, Nini Jumintan langsung menebas Anak Sima. Ternyata, tebasan itu tidak mempan. Anak sima bukannya tewas, tetapi malah tersenyum. Setelah sekian lama berkelahi, keduanya tetap tidak ada yang kalah. Dan di akhir-akir pertarungan mereka, Anak Sima menghilang, sehingga Nini Jumintan tidak sempat mengalahkan dan mengambil rambut Anak Sima.
Legenda Anak Sima di atas mengintisarikan bahwa perkembangan anak sangat dipengaruhi oleh lingkungan pendidikannya. Hal itu secara jelas ditunjukkan ketika tokoh utama legenda ini menjadi hantu karena dia dididik dan dibesarkan oleh hantu. Anak Sima adalah hantu anak-anak. Sebenarnya dia adalah seorang anak manusia yang dilahirkan akibat hasil dari hubungan di luar nikah. Ketika dibuang ke hutan oleh orang tuanya, dia dipelihara Takau, hantu yang bisa berubah wujud. Akibat pengaruh lingkungan pendidikan itulah wujud, kepribadian, atau pun perilakunya berubah menjadi hantu.
Amanat yang dapat diambil dari tema tersebut adalah pendidikan dari lingkungan, baik itu lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat, sangat mempengaruhi perkembangan anak. Oleh karena itu, agar seorang anak berkembang secara baik, kita harus dapat menempatkan anak pada lingkungan pendidikan yang baik pula. Bukan mustahil kesalahan memilih lingkungan pendidikan akan merusak perkembangan anak. Amanat ini secara jelas digambarkan dalam legenda Anak Sima. Setelah menjadi hantu, Anak Sima selalu ingin memakan jantung manusia. Untuk mengelabui calon mangsanya, Anak Sima berpura-pura minta tolong. Setelah ditolong, dia akan berusaha menggerogoti jantung yang menolongnya.
Wujud dan sifat seperti yang digambarkan legenda Anak Sima ini tentunya tidak akan pernah terjadi jika si bayi dipelihara oleh manusia. Namun, karena yang memeliharanya hantu, maka wujud dan sifat hantu itulah yang diwariskan kepada si bayi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa lingkungan pendidikan yang kurang baik akan menghasilkan perkembangan anak yang kurang baik pula.
Sumber: Kisah Rakyat Banjar