Di dekat hutan Dolo berdiri sebuah bangunan rumah tua. Rumah itu dihuni oleh sepasang suami istri bersama seorang anaknya. Hidup mereka sangat sederhana. Makanan sehari-hari mereka adalah buah-buahan yang terdapat di hutan.
Makin lama mereka makin bosan dengan keadaan seperti itu. Sang ayah berniat mencari sebidang tanah yang akan digunakan untuk berkebun. la pun bermusyawarah dengan istrinya. lstrinya setuju.
Keesokan harinya, sang suami pergi ke hutan. la pergi ke hutan untuk mencari tempat yang cocok dijadikan lahan pertanian. Namun, setiba di lahan perkebunan, ia hanya duduk melamun. Sementara itu, sang istri dan anaknya di rumah menunggu dengan penuh harapan. Mereka mengharapkan agar sang suami segera membuka lahan perkebunan. Hal ini terus berlangsung pada hari-hari selanjutnya.
Pada suatu hari sang istri menyusul suaminya ke hutan. la ingin melihat kebun yang sedang dikerjakan suaminya. Sesampai di sana, ia melihat suaminya sedang duduk melamun. Sang istri pun sangat kecewa karena kebun yang diharapkan tidak terwujud. Sang suami terkejut melihat istrinya ada di dekatnya. la segera bangun dari tempat duduknya, kemudian pulang. Istrinya pun mengikuti suaminya pulang.
Sesampai di rumah, sang suami marah-marah. la merasa tersinggung karena istrinya menyusul ke hutan. Makin lama marah suaminya makin menjadi-jadi. Sang istri pun menangis, lalu lari ke tengah hutan. Sang suami amat menyesal. la mengajak anaknya menyusul istrinya. Dari kejauhan, ia melihat istrinya terjun ke sebuah telaga. la dan anaknya berlari. Namun, setiba di telaga, istrinya telah menjelma menjadi sebatang pohon sagu. “Ibu.... Ibu..., aku ikut,” panggil anaknya sambil menangis.
“Tenang, Nak. Sebentar Ibu kembali,” bujuk ayahnya. “Tidak..., tidak mau..., aku ikut Ibu,” jawab anaknya sambil menangis dan meronta-ronta.
“Ya, Nak. Sebentar Ibu kembali. Sebentar lagi Ibu bersama kita lagi.”
Sang ayah berusaha meredakan tangis anaknya. Sementara itu, anaknya tetap menangis ingin ikut ibunya. Ketika sang ayah lengah, anak itu terjun ke telaga. Anak itu kemudian mendekap ibunya. Seketika itu, anaknya menjelma menjadi sebatang pohon sagu pula.
Sang ayah sangat menyesal. la menangis menyesali perbuatannya. Berulang-ulang ia meminta maaf kepada istri dan anaknya. Tanpa disadari, ia terjun juga ke dalam telaga. Tiba-tiba saja, ia berubah menjadi sebatang pohon palem.