Faktor-Faktor yang Mendorong Interaksi Sosial


Setiap tindakan seseorang selalu didasari oleh faktor-faktor yang mendorongnya. Begitu pula interaksi sosial, berlangsungnya proses interaksi sosial didasarkan pada faktor-faktor pendorong. Faktor-faktor tersebut antara lain imitasi, sugesti, identifikasi, dan simpati.


a. Imitasi
Imitasi merupakan proses belajar seseorang dengan cara meniru atau mengikuti perilaku orang lain. Dalam proses ini tidak hanya sikap yang ditiru, tetapi penampilan (performance), tingkah laku (behavior), maupun gaya hidup (life style), bahkan apa pun yang dimiliki oleh orang tersebut.

Proses imitasi dapat bersifat positif dan negatif. Bersifat positif, jika proses imitasi mampu mendorong seseorang untuk mematuhi kaidahkaidah dan nilai yang berlaku. Misalnya seorang anak yang meniru sikap sopan santun dari kedua orang tuanya. Atau pada iklan layanan masyarakat. Melalui pemilihan artis-artis favorit, diharapkan mampu mengajak masyarakat ikut andil dalam program yang diiklankan. Bersifat negatif jika perilaku atau tindakan yang ditiru berupa tindakan menyimpang dari norma. Misalnya anak menjadi suka berjudi karena dia bergaul dengan para penjudi atau anak yang suka bicara kotor karena meniru teman-teman gengnya.

Proses imitasi pun berlaku dalam dunia perdagangan. Misalnya barang-barang tiruan dengan harga yang murah di pasaran. Umumnya barang bermerek terkenallah yang menjadi sasaran peniruan. Peniru tidak menciptakan sesuatu yang baru, tetapi meniru sesuatu yang sudah ada dengan kualitas yang lebih rendah. Hal ini menyebabkan menurunnya kreativitas produsen.

Kondisi tersebut dapat pula terjadi pada seorang anak yang suka meniru lingkungannya. Si anak akan tumbuh dengan kreativitas yang terbatas. Potensi dalam diri tidak mampu dikembangkan secara maksimal.

b. Identifikasi
Kekaguman seseorang kepada tokoh idola mendorong mereka menjadi sama dengan tokoh idolanya. Proses ini dalam sosiologi dinamakan identifikasi. Terjadinya identifikasi adalah hal yang biasa dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini karena setiap individu dalam masyarakat mempunyai tipe-tipe ideal yang hendak dicapai. Untuk mencapai tipe ideal tersebut, biasanya individu melakukan proses identifikasi.

Proses identifikasi terjadi ketika seseorang mencoba menempatkan diri dalam keadaan orang lain, bahkan menerima kepercayaan dan nilai yang dianut orang lain menjadi kepercayaan dan nilainya sendiri. Oleh karena itu, mereka berusaha mengenal sang tokoh sedalam mungkin. Proses ini berawal dari adanya keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan pihak lain. Berlangsungnya proses identifikasi dapat secara sengaja maupun tanpa sengaja.

c. Sugesti
Pernahkah kamu merasa berada di antara dua pilihan? Kamu menginginkan sesuatu, tetapi hati nuranimu menginginkan lain. Pada waktu yang bersamaan, kamu harus memutuskan satu di antara keduanya. Situasi ini membuatmu bingung dan tidak heran jika rasionalmu pun menjadi terhambat. Contohnya pada saat kelulusan. Masih ingat kebingunganmu ketika memutuskan sekolah mana yang kamu tuju. Senang rasanya ketika selembar surat pernyataan dari kepala sekolah menyatakan bahwa kita telah lulus. Akan tetapi, seiring dengan kebahagiaan tersebut, rasa bingung pun menyelimuti. Saat itulah kita meminta saran-saran dari orang yang lebih berpengalaman dari kita.

Pada keadaan ini, masukan atau nasihat dari siapa pun akan kita terima secara utuh. Proses inilah yang dinamakan sugesti. Sugesti merupakan cara pemberian suatu pandangan atau pengaruh oleh seseorang kepada orang lain dengan cara tertentu sehingga orang tersebut mau mengikuti pandangan atau pengaruh tersebut tanpa pikir panjang. Hal ini karena sugesti bersifat menggugah emosi spontan sehingga orang tersebut menerima suatu masukan tanpa pikir panjang.

Sugesti mudah terjadi pada seseorang yang daya pikirnya terhambat, seperti seseorang yang sedang dilanda kebingungan, kesedihan, kekalutan, dan kekhawatiran. Selain itu, kewibawaan dan otoritas orang yang memberikan sugesti mempengaruhi berlangsungnya proses sugesti itu. Semakin tinggi kewibawaan dan otoritas seseorang, semakin mudah orang tersebut memberikan sugesti kepada orang lain, seperti kapolri, presiden, pendeta, kiai atau pastor, dan ayah. Hal ini karena orang tersebut mempunyai hak untuk melakukan tindakan atau membuat peraturan yang mengikat orang lain.

d. Simpati
Pernahkah kamu tersentuh ketika melihat suatu peristiwa? Peristiwa apakah yang mampu menggugah hatimu? Peristiwa-peristiwa ini biasanya berupa peristiwa yang melibatkan emosi kita sebagai manusia yang berbelas kasihan. Peristiwa-peristiwa tersebut seperti bencana alam, kecelakaan, dan kematian. Setelah melihat peristiwa tersebut, tidak jarang hati kita menjadi sedih, kasihan, iba, dan sebagainya. Perasaan ini dalam sosiologi dinamakan simpati.

Simpati merupakan salah satu faktor pendorong interaksi sosial yang menekankan pada perasaan seseorang. Selain itu, simpati dapat muncul ketika seseorang merasa terlibat dalam emosi yang sedang dirasakan orang lain. Proses simpati merupakan perasaan tertarik yang timbul dalam diri seseorang yang membuatnya seolah-olah dalam keadaan orang lain. Sekilas antara simpati dan identifikasi mempunyai proses yang hampir sama. Persamaan di antara keduanya terletak pada kecenderungan menempatkan diri dalam keadaan orang lain.

Bedanya, dalam simpati perasaan memegang peranan penting walaupun dorongan utamanya adalah keinginan untuk memahami dan bekerja sama dengan pihak lain tanpa memandang kedudukan dan status. Adanya identifikasi didorong adanya keinginan menjadi sama dengan pihak lain yang dianggap memiliki kelebihan tertentu.


0 Response to "Faktor-Faktor yang Mendorong Interaksi Sosial"

Post a Comment