Transaksi internasional sesungguhnya tidak hanya barang saja, tetapi meliputi empat hal, yaitu: 1) barang, 2) jasa, 3) modal, dan 4) transfer uang.
Transaksi internasional adalah terjadinya aliran dana yang masuk atau keluar dari suatu negara. Misalnya, suatu perusahaan Singapura membeli saham perusahaan telekomunikasi yang ada di Indonesia sebesar dua miliar dolar AS. Maka, ada dana dua miliar dolar AS yang masuk ke Indonesia. Berarti, tabungan Indonesia bertambah dua miliar dolar AS.
Transfer uang antar negara berarti pengiriman uang yang dilakukan lintas negara. Misalnya, para tenaga kerja Indonesia (TKI) yang bekerja di Korea Selatan mengirimkan uang satu juta dolar AS kepada keluarganya di Indonesia. Maka ada “uang” satu juta dolar AS yang masuk ke Indonesia. Dana ini pun menjadi tabungan Indonesia.
Penghitungan nilai total empat hal di atas mencerminkan neraca pembayaran. Neraca pembayaran berarti penghitungan pembayaran yang mengalir antara negara tertentu dengan negara lain di seluruh dunia. Penghitungannya didasarkan atas transaksi internasional dari negara tersebut selama periode satu tahun. Misalnya neraca Indonesia surplus. Artinya, nilai pembayaran yang masuk ke Indonesia lebih besar dibandingkan dengan pembayaran keluar. Hal ini berarti kita punya “tabungan”. Tabungan ini bisa kita gunakan sebagai alat pembayaran dalam transaksi berikutnya. Inilah yang disebut dengan devisa.
Devisa merupakan alat pembayaran suatu negara di luar negeri. Dalam transaksi internasional, pembayaran dengan uang tunai tidak bisa dilakukan. Mengapa? Karena mata uang tiap negara berbeda-beda. Jadi, devisa Indonesia merupakan alat pembayaran orang Indonesia di negara lain. Cek dalam bentuk yen merupakan uang di Jepang, tapi jika cek itu di Indonesia berarti devisa Indonesia. Suatu simpanan 1 juta yen di bank Jepang atas nama perusahaan Indonesia berarti devisa Indonesia.
Penggunaan devisa dapat digambarkan dengan kegiatan ekspor-impor seperti berikut ini. Sebuah perusahaan Indonesia mengekspor gas alam ke Jepang, senilai 1 juta dolar AS. Karena mata uang Jepang adalah yen, eksportir tersebut mendapat cek dalam bentuk yen senilai 1 juta dolar AS. Di lain pihak, sebuah perusahaan Indonesia lainnya mengimpor mobil dari Jepang seharga 1 juta dolar AS. Untuk membayarnya, ia butuh membeli cek dalam bentuk yen senilai 1 juta dolar AS . Maka ia membeli cek tersebut dari bank devisa. Bank devisa mendapatkan cek dalam bentuk yen dari eksportir gas alam.
Orang asing yang akan berwisata ke Indonesia harus menukarkan mata uangnya. Orang ini memerlukan alat tukar berupa rupiah untuk bertransaksi di Indonesia. Misalnya, untuk membayar barang, beaya perjalanan, premi asuransi dan beaya lainnya selama ia berwisata di Indonesia. Transaksi ini akan menambah devisa bagi Indonesia.