Setiap ada awal tentu ada akhir. Demikian pula kehidupan di dunia ini karena ada permulaan kehidupan, tentu ada pula akhirnya. Tidak ada yang abadi, kecuali Allah Swt., Zat yang Mahakekal. Kehidupan di dunia ini hanya sementara dan tidak kekal. Kehidupan yang sementara ini harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk kehidupan di akhirat.
Ilustrasi Kiamat |
Tidak semua manusia dapat memanfaatkan kehidupan di dunia dengan sebaik-baiknya. Ada manusia yang justru terlena dengan kehidupan di dunia. Mereka tidak menyadari bahwa hidup di dunia ini hanya sementara sehingga mereka bermalas-malasan. Ada manusia yang justru menjadikan dunia ini sebagai tujuan. Mereka tidak menyadari bahwa ada kehidupan setelah kehidupan di dunia.
Manusia yang dapat memanfaatkan kehidupan di dunia untuk taat kepada Allah dan rasul-Nya kelak akan memperoleh kehidupan bahagia di akhirat. Bagi mereka yang terlena dengan kehidupan dunia hanya kerugian dan penyesalan yang didapatnya. Mereka akan menyesal karena tidak mempergunakan kesempatan hidup di dunia dengan sebaik-baiknya.
Di akhirat kelak manusia akan mempertanggungjawabkan perbuatannya selama hidup di dunia. Setelah semua makhluk hancur, Allah Swt. memerintahkan kepada Malaikat Israfil untuk meniup terompet (nafiri). Setelah nafiri ditiup oleh Malaikat Israfil secara bersamaan nyawa yang telah tertidur bertahun-tahun silam akan bangun. Saat itu merupakan peristiwa pertama yang terjadi dan disebut Yaumul Ba‘s., yaitu hari dibangkitkannya manusia dari alam kubur. Peristiwa ini terjadi setelah penantian di alam kubur yang disebut Yaumul Barzah.
Pada saat dibangkitkan, keadaan manusia bermacam-macam. Keadaan tiap-tiap manusia mencerminkan amal perbuatannya selama hidup di dunia. Allah Swt. berfirman dalam Al-Qur’an Surah az-Zalzalah [99] ayat 6 yang artinya, ”Pada hari itu manusia keluar dari kuburnya dalam keadaan bermacam-macam, untuk diperlihatkan kepada mereka (balasan) semua perbuatannya.” Pada saat dibangkitkan ada segolongan manusia yang tampil dengan wajah berseri. Pada saat yang sama ada manusia yang dibangkitkan dengan wajah muram. Bukan hanya wajah yang berbeda, kondisi fisik setiap manusia juga berbeda.
Setelah dibangkitkan dari kubur selanjutnya manusia berbondongbondong menuju suatu tempat untuk menanti pengadilan Allah Swt. Peristiwa ini disebut Yaumul Mahsyar, yaitu hari dikumpulkannya manusia di padang mahsyar setelah dibangkitkan dari kubur untuk menunggu pengadilan Allah Swt. Pada saat itu, manusia hanya menunggu nasibnya sendiri-sendiri. Mereka tidak ingat sanak saudara. Seorang suami lupa dengan nasib anak dan istrinya. Begitu juga seorang istri tidak sempat lagi memikirkan nasib suami dan anak-anaknya. Mereka sibuk memikirkan nasibnya sendiri-sendiri. Pada hari itu manusia tidak dapat saling menolong. Perhatikan firman Allah Swt. berikut ini.
Artinya: Dan (ingatlah), pada hari ketika Kami mengumpulkan mereka semua kemudian Kami berfirman kepada orang-orang yang menyekutukan Allah, ”Di manakah sembahan-sembahanmu yang dahulu kamu sangka (sekutu-sekutu Kami)?”(Q.S. al-An‘am [6]: 22)
Di padang mahsyar manusia menunggu pengadilan Allah, pengadilan yang tidak akan salah dalam memberi keputusan. Selanjutnya, tiba Yaumul Hisab, yaitu hari perhitungan amal perbuatan manusia yang telah mereka kerjakan selama hidup di dunia. Pada hari itu catatan amal manusia ditunjukkan. Catatan yang sangat terperinci dan teliti.
Mungkin kalian bertanya-tanya, bagaimana catatan amal itu dibuat? Ingat, selama hidup di dunia manusia didampingi oleh dua orang malaikat. Kedua malaikat Allah tersebut bertugas mencatat segala tingkah laku manusia. Seorang malaikat bertugas mencatat amal baik dan yang lain bertugas mencatat amal buruk. Catatan kedua malaikat tersebut yang akan ditunjukkan di akhirat kelak. Catatan yang dibuat oleh malaikat sangat teliti dan terperinci. Tidak ada satu pun perbuatan manusia yang lolos dari catatan malaikat. Semua perbuatan yang dilakukan manusia ada dalam catatan malaikat. Oleh karena itu, berhati-hatilah ketika akan berbuat sesuatu. Buku catatan malaikat itu yang akan menjadi bukti amal perbuatan manusia. Ketika dihisab yang berbicara bukan mulut kita melainkan anggota tubuh kita. Saksinya adalah anggota tubuh yang lain, para nabi, dan orang-orang yang bersama kita sewaktu melakukan perbuatan tersebut. Saksi utama pada hari itu adalah Allah Swt. dan diri kita sendiri.
Peristiwa yang terjadi selanjutnya adalah Yaumul Mizan. Yaumul Mizan yaitu hari penimbangan amal manusia untuk mengetahui amal yang lebih berat, amal baik atau amal buruk. Pada hari penimbangan amal tidak ada satu pun amal manusia yang terlewat. Sekecil apa pun amal manusia, Allah Swt. pasti memberikan balasan. Jika amal baik yang dilakukan, baik pula balasan yang diterima. Jika amal buruk yang dilakukan, buruk pula balasan yang diterima. Allah Swt. berfirman dalam Surah az-Zalzalah [99] ayat 7–8 yang artinya, ”Maka barang siapa mengerjakan kebaikan sebesar zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan) nya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarrah, niscaya, ia akan melihat (balasan) nya.”
Pada hari penimbangan seluruh amal manusia ditimbang. Jika amal baik yang lebih berat, surga dan seluruh kenikmatan di dalamnya telah menanti. Jika amal buruk lebih berat, neraka dengan siksa di dalamnya telah menunggu. Allah Swt. berfirman seperti berikut.
Artinya: Timbangan pada hari itu (menjadi ukuran) kebenaran. Maka barang siapa yang berat timbangan (kebaikan) nya, mereka itulah orang yang beruntung, dan barang siapa yang ringan timbangan (kebaikan) nya maka mereka itulah orang yang telah merugikan dirinya sendiri, karena mereka mengingkari ayat-ayat Kami. (Q.S. al-A‘raf [7]:8–9)
0 Response to "Peristiwa Sesudah Hari Akhir"
Post a Comment