Hikayat Raja Harimau


Syahdan adalah tersebut Raja Harimau di dalam hutan dan menterinya harimau kambing. Adalah pada suatu hari, Raja Harimau itu sakit dan menterinya harimau kambing adalah duduk dekat bersama-sama dengan rajanya harimau itu duduk.

Hatta datang pada suatu hari segala binatang sekalian datang menengok rajanya harimau itu sakit. Maka sekalian binatang pun adalah menghadap rajanya.


Syahdan yang tiada datang menghadap rajanya itu pelanduk jua. Hatta sembah harimau kambing itu, ”Ampun Tuanku beribu ampun. Adalah sekalian rakyat duli tuanku sakit dan tiada datang menghadap itu hanyalah pelanduk, Tuanku.”

”Syahdan tuanku terlebih maklum halnya pelanduk itu dan begitulah badannya kecil, lagi tiada dengan penguasanya, lagi ke bawah duli tuanku pelanduk itu menunjukkan kebesarannya dan lebih-lebih daripada pelanduk sekaliannya datang melihat duli tuanku sakit itu. Inilah pula pelanduk yang kecil itu sekali tiada datang; dan jika demikian itu baiklah tuanku suruhkan orang memanggil pelanduk itu dan serta ia datang menghadap tuanku melainkan baiklah tuanku bunuh jangan dihidupkan sekali-kali pelanduk itu tuanku sangat dengan angkaranya.” Dan Raja Harimau itupun terlalu marah sakit di dalam hatinya serta harimau, kambing berkabarkan kepada raja harimau itu.

Hatta titah Raja Harimau kepada berikut: ”Hai beruk, pergi panggilkan aku dengan segera pelanduk itu, bawa kemari.” Hatta beruk itu pun menyembah lalu berjalan dengan segera mencari pelanduk.

Hatta tiada berapa antaranya, maka beruk itupun berjumpalah dengan pelanduk itu. ”Hai sang pelanduk, titah dipanggil harimau kepada tuan hamba.” Maka kata pelanduk: ”Hamba lagi mencari obat sakit raja kita itu belum lagi dapat.” Maka kata beruk: ”Hai sang pelanduk: Barang apa-apapun baiklah dahulu datang menghadap raja; karena raja terlalu amat sangat murkanya terhadap tuan hamba.” Hatta pelanduk itupun berjalanlah bersama dengan beruk itu. Hatta berapa antaranya maka pelanduk pun sampailah pada Raja Harimau itu. Lalu duduk menyembah. ”Ampun tuanku beribu-ibu ampun, karena patik tiada datang menghadap Tuanku sakit itu karena patik mencarikan obat duli Tuanku; dan jika datang sahaja patik menghadap Tuanku sakit, apa gunanya jika tiada bawa dengan obat Tuanku sakit. Apa gunanya tiada patik Tuanku seperti orang yang duduk menghadap itu, apa gunanya duduk memandangi tuanku sakit sahaja, dan sekalikali tiada akan baik Tuanku melainkan akan bertambah-tambah duli Tuanku sakit. Sebab itulah patik tiada hendak menghadap jika belum dapat obat Tuanku.”

”Syahdan patik pun tengah mencari obat duli Tuanku. Maka sang beruk pun datang memanggil patik dan patik pun kira jika sudah dapat obat tuanku itu baharulah patik menghadap Tuanku itu. Syahdan karena lambat datang menghadap Tuanku itu sebab obat Tuanku itu terlalu payah patik mencarinya. Dan jika duli Tuanku mencari obat itu melainkan senanglah Tuanku mendapatkan obat yang baik serta Tuanku makan obat itu; dan serta itu jua sembuh sakit tuanku itu.”

Maka kata Raja Harimau itu; ”Hai pelanduk, katakan kepadaku obatnya itu supaya segera aku menyuruh cari, karena aku ini tengah di dalam sakit.” ”Ampun Tuanku beribu ampun; dari hal obat Tuanku itu jika dapat otak harimau kambing Tuanku niscaya afiatlah Tuanku. Maka Raja Harimau pun memandang di kiri dengan di kanan lambat dapat obat itu, dan lalu Raja Harimau itu memandang harimau kambing itu adalah sebelah kirinya menghadap. Lalu Raja Harimau itu menangkap lututnya harimau kambing itu, lalu dihisapnya otak lutut harimau kambing. Maka timpanglah harimau kambing itu. Dan Raja Harimau pun afiatlah. Dan menterinya harimau kambing timpang; dan harimau kambing pun sangatlah marahnya kepada pelanduk.

Syahdan kata pelanduk, ”Engkau ingat khianat kepadaku, dan engkau terlebih dahulu dapat khianat.” Dan segala binatang yang menghadap ataupun masing-masing pulang ke tempatnya.