Di dalam
hidup bermasyarakat kita bergaul dengan banyak orang, ada yang mempunyai akhlak
yang baik dan ada yang jelek. Dalam bergaul hendaknya kita tidak terpengaruh
dengan akhlak yang jelek dan selalu berusaha berakhlak yang baik.
Akhlak yang
baik dan mulia akan menghantarkan seseorang pada posisi yang tinggi dan
terhormat. Sebaliknya akhlak yang jelek akan membuat seseorang jatuh ke lembah
kenistaan. Akhlak yang baik biasa disebut akhlakul mahmudah, sedangkan akhlak
yang jelek disebut sebagai akhlakul mazmumah.
Ananiah (Egois)
Sifat egois
adalah perbuatan atau tingkah laku yang hanya mementingkan diri sendiri tanpa
memerhatikan lingkungan sekelilingnya, dan kepentingan bersama. Perbuatan
tersebut bertentangan dengan ajaran Islam dimana Islam menganjurkan kepada
umatnya untuk memerhatikan dan saling tolong-menolong antara satu dengan yang
lain dalam hal kebaikan dan takwa.
Firman Allah
swt. dalam Surah al-Maidah ayat 2 berikut ini: Artinya: "Dan
tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan". Bertakwalah kepada
Allah, sungguh Allah sangat berat siksaan-Nya (Q.S. al-Maidah/5: 2)
Sifat egois
bila dibiarkan akan menjadi sifat sombong, kikir, dan takabur. Semua sifat
tersebut dilarang oleh Allah swt. Dalam sejarah umat manusia, tidak ada manusia
yang bisa hidup sendiri tanpa orang lain. Bahkan kesempurnaan hidup seseorang
terletak pada kesanggupan hidup bersama orang lain. Sifat egois tumbuh dan berkembang
dari bujukan nafsu, setan dan pengaruh orang yang bersikap egois. Benih
tumbuhnya sifat egois adalah perasaan mampu hidup tanpa bantuan orang lain atau
merasa dirinya lebih tinggi dari orang lain. Firman Allah swt. dalam Surah
Lukman ayat 18 berikut ini: Artinya: "Dan janganlah kamu memalingkan wajah
dari manusia (karena sombong) dan janganlah berjalan di bumi dengan angkuh.
Sungguh, Allah tidak menyukai orangorang yang sombong dan membanggakan
diri." (Q.S. Luqman/31 : 18)
Gadab (Marah)
Orang yang
mempunyai sifat pemarah cenderung mengedepankan emosi. Orang dengan sifat
pemarah biasanya akan mengalami penyesalan di waktu kemudian. Manusia marah
terhadap manusia lain adalah wajar. Akan tetapi kemarahan yang berlarut-larut
melanggar ajaran agama Islam. Islam mengajarkan apabila seorang muslim
berselisih dengan sesamanya, tidak boleh lebih dari 3 hari. Bukankah dengan
kesalahan orang lain, berarti kita dapat belajar dari kesalahan tersebut? Sabda
Rasulullah saw.: Artinya: "Tidak ada seorang muslim mendiamkan saudaranya
(sesama muslim) lebih dari tiga hari." (H.R. al-Bukhari Muslim, Abu Dawud,
at-Tirmidzi, Muatha dan Ahmad). Artinya: "Haram hukumnya bagi seorang
muslim untuk bermarahan dengan saudara muslimnya lebih dari tiga hari, dan bila
dua orang muslim bertemu, mereka saling berolok-olok dan saling menantang, dan
yang terbaik antara keduanya adalah yang memulai dengan salam." (H.R.
al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud, at-Tirmidzi, Muatha dan Ahmad).
Kita harus
menjauhi rasa amarah. Apabila sesuatu terjadi dan membuat kita marah, maka
diamlah sesaat, tarik nafas dan berdoa kepada Allah swt. agar diberi kekuatan
dan kesabaran. Orang yang kuat sesungguhnya bukanlah orang yang perkasa dan
gagah jasmaninya, tapi orang yang bisa mengendalikan rasa amarahnya. Jadi,
sebelum terlambat dan kemudian menyesal, bijaksanalah dalam mengelola hati dan
perasaan.
Hasad (Dengki/Iri)
Hasad
artinya perasaan tidak senang yang terus menerus terhadap nasib baik/keberuntungan/kesenangan
orang lain. Setiap muslim tidak boleh memperlihatkan sifat iri dan dengki terhadap
saudara-saudaranya. Sebaliknya, ia harus bersikap senang, bila seseorang
mendapatkan apa yang juga menjadi harapannya. Sabda Rasulullah saw.: Artinya:
"Tidak sempurna iman seseorang di antara kamu, sampai ia merasa senang
dengan kesenangan yang didapat oleh saudaranya, sesuai dengan harapan hal itu
terjadi pada dirinya." (H.R. al-Bukhari dan Muslim). Atau juga perumpamaan
sebagai berikut: Artinya: "Seorang mu'min terhadap mu'min lainnya bagai
suatu bangunan yang menopang satu bagian dengan bagian lainnya." (H.R.
al-Bukhari dan Muslim)
Sifat dengki
berakibat buruk bagi pribadi seseorang. Sifat dengki juga dapat merusak tatanan
hidup yang rukun dan harmonis di masyarakat. Oleh karenanya, sifat dengki
dicela dalam Islam. Bahkan Rasulullah saw. menegaskan kalau dengki merupakan
duri dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa, serta racun dalam kehidupan
beragama. Sabda Rasulullah saw.: Artinya: "Jauhkan dirimu dari dengki
karena dengki itu memakan kebaikan, tak ubahnya sebagaimana api membakar kayu kering."
(H.R. Abu Dawud)
Gibah (Menggunjing)
Gibah
artinya menceritakan sesuatu yang tidak disukainya kepada orang lain. Mendengarkan
orang yang sedang ghibah dengan sikap kagum dan menyetujui apa yang
dikatakannya, maka hukumnya adalah sama dengan gibah. Firman Allah swt. dalam
Surah al Hujurat ayat 12 berikut ini: Artinya: "Dan janganlah kamu mencari-cari
kesalahan orang lain. Dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian
yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang
sudah mati? Tentu kamu merasa jijik." (Q.S. al-Hujurat/49: 12) Tentu
sangat menjijikkan makan daging bangkai, terutama bangkai manusia, terlebih
lagi saudara kita sendiri. Gibah sangat menjijikkan sehingga sudah sepantasnya
untuk dijauhi dan ditinggalkan. Balasan bagi orang-orang yang suka gibah,
seperti diceritakan oleh Rasulullah saw., adalah di akhirat nanti mereka akan
menjadi kaum yang mencakar wajah dan dada mereka sendiri dengan kuku mereka
yang terbuat dari tembaga. Akan tetapi, dengan alasan tertentu, ada gibah yang
diperbolehkan. Gibah yang diperbolehkan antara lain:
- Orang yang dizalimi boleh menceritakan kepada hakim tentang kezaliman yang dilakukan terhadapnya.
- Meminta pertolongan untuk mengubah kemungkaran dengan menceritakan kepada orang yang mampu mengubah kemungkaran menjadi kebenaran.
- Bercerita kepada seorang mufti/ahli untuk meminta fatwa.
- Memperingatkan kaum muslimin dari kejahatan seseorang.
Apabila kita
menggunjing harus segera bertaubat. Cara bertaubat dari gibah sebagai berikut.
- Dengan cara menyesali perbuatan tersebut dan bertekad untuk tidak lagi mengulanginya.
- Bila gibah telah terdengar pada orang yang bersangkutan, maka dia harus mengemukakan alasan dan meminta maaf.
Namimah (Adu Domba/Provokasi)
Namimah
mengandung arti mengadu domba antara pihak satu dengan pihak yang lain. Orang
yang mempunyi penyakit hati namimah suka sekali menyebarkan berita yang
menimbulkan kekacauan antar manusia. Namimah termasuk dosa besar yang diharamkan.
Allah swt. berfirman dalam Surah al-Humazah ayat 1 berikut ini: Wailul likulli
humazatil-lumazah(tin) Artinya: "Celakalah bagi setiap pengumpat dan
pencela." (Q.S. al-Humazah/104: 1) Namimah juga dapat berbentuk provokasi
atau memanasmanasi situasi agar terjadi perselisihan. Perilaku mengadukan ucapan
seseorang kepada orang lain dengan tujuan merusak dan menciptakan perselisihan
agar putus ikatan persaudaraan atau persahabatan. Allah swt. berfirman dalam
Surah al-Qalam: 10. Artinya: "Dan janganlah engkau patuhi setiap orang
yang suka bersumpah dan suka menghina, suka mencela, yang kian ke mari
menyebarkan fitnah." (Q.S. al-Qalam/68: 10-11) Dalam sebuah hadis
disebutkan: Artinya: "Diriwayatkan Huzaifah: Saya mendengar Rasulullah bersabda;
Tidak akan masuk surga tukang adu domba." (H.R. al-Bukhari dan Muslim)
0 Response to "Akhlak Tercela (Akhlakul Mazmumah)"
Post a Comment