Bismillahirohmaanirrohiim.
Sudah lama, kemarau panjang melanda wilayah Basrah. Karena hujan belum juga tiba, penduduknya menunaikan shalat Istisqa' (shalat minta hujan) di lapangan. Di antara mereka ada Malik bin Dinar dan salah seorang sahabatnya yang shaleh, namun tetap saja hujan tak kunjung turun. Penduduk Basrah berulang kali menunaikan shalat Istisqa', namun belum ada hasilnya.
Sampai suatu ketika, Malik bin Dinar dan sahabatnya melangkahkan kakinya ke masjid. Keduanya duduk di sana dengan perasaan sedih. Tiba-tiba seorang budak hitam berperawakan kurus dan mengenakan pakaian yang tipis masuk ke masjid tanpa melihat keberadaan mereka.
Dia menunaikan shalat dua rakaat lalu menengadahkan kedua tangan dan menghadapkan wajahnya ke arah langit seraya berkata, "Wahai Tuhanku, berapa lagi hamba-Mu yang rugi karena permohonannya Engkau tolak? Apakah milik-Mu berkurang ataukah simpanan kerajaan dan rahmat-Mu telah habis? Aku bersumpah kepada-Mu demi cinta-Mu kepadaku, turunkanlah hujan kepada kami saat ini juga."
Sungguh luar biasa. Tak berselang lama, langit menghitam. Mendung berarakan. Selarik kilat muncul di angkasa pertanda hujan segera datang. Sejurus kemudian, hujan mengguyur dengan deras. Langit menggerojokkan karunia yang luar biasa yang sudah lama dinantikan warga Bashrah.
Kejadian tersebut membuat Malik bin Dinar dan sahabatnya terkesima. Mereka sungguh tak mengira doa si budak hitam yang dilihatnya di dalam masjid ternyata di kabulkan oleh Allah swt. secepat itu. Karena diliputi rasa penasaran, keduanya pun menghampiri budak tersebut.
"Nak, apa kamu tidak malu dengan apa yang kamu katakan tadi?" tanya Malik bin Dinar.
"Memangnya tadi aku berkata apa?" budak itu balik bertanya.
"Tadi kamu mengatakan, Aku bersumpah kepada-Mu demi cinta-Mu kepada-Ku. Darimana kamu tahu bahwa Dia mencintaimu?"
"Menyingkirlah dariku, wahai orang yang sibuk dengan dirinya sendiri hingga melupakan Tuhannya. Di mana kamu berada saat aku Dia mengistimewakanku dengan tauhid dan makrifat-Nya terhadapku dan kecintaanku terhadap-Nya?"
Setelah perbincangan singkat itu, si budak beranjak meninggalkan mereka. Malik bin Dinar dan temannya membuntuti dan ternyata dia memasuki rumah pedagang budak. Keduanya masih dibuat penasaran dengan dialog tersebut. Tampaknya mereka hendak mengetahui lebih jauh tentang jati diri si budak itu.
Pagi harinya, Malik bin Dinar pergi ke rumah pedagang budak tersebut. Tuan rumah segera menawarinya budak-budak yang dimilikinya yang jumlahnya mencapai ratusan karena berpikir tamunya akan membeli budaknya.
Hingga budak yang dimaksud diperlihatkan, Malik bin Dinar berkata, "ini dia budak yang aku inginkan!" Malik bin Dinar kemudian membelinya dan segera mengajak pergi dari tempat itu.
Di tengah perjalanan, si budak hitam bertanya, "Wahai tuanku, mengapa Anda membeliku padahal aku tidak bisa melayanimu (dengan baik)?"
"Aku membelimu agar aku bisa melayanimu," jawab Malik bin Dinar.
Rupanya Malik bin Dinar sudah tahu bahwa budak itu bukanlah orang yang sembarangan. Budak itu adalah orang shaleh. Sebab, menurut Malik bin Dinar, tidak mungkin doa si budak di masjid untuk meminta hujan itu dikabulkan Allah demikian cepat, kalau budak tersebut orang biasa-biasa saja. Sementara ia sendiri dan sahabatnya yang shaleh, juga penduduk Basrah sudah melakukan rangkaian ritual shalat Istisqa' namun hujan tak datang-datang.
Di samping itu, Malik bin Dinar juga merenung ternyata doa si budak hitam tersebut menggambarkan betapa dekatnya si budak hitam selaku pendoa dengan Tuhan yang dimintai doa. Terlebih lagi, ketika si budak hitam itu seakan menyindir dirinya (Malik bin Dinar) yang dikatakan hanya sibuk dengan dirinya sendiri hingga melupakan Tuhan. Ini tentu bukanlah perkataan orang sembarangan.
"Apakah kemarin Anda melihatku?" tanya si budak tersebut memecahkan suasana.
"Ya," jawab Malik bin Dinar.
Si budak itu terdiam sejenak. Keduanya tetap melanjutkan perjalanan hingga sampailah mereka di masjid terdekat. Budak itu meminta izin untuk masuk ke masjid. Dia lalu menunaikan shalat dua rakaat, kemudian berdoa.
Dalam doanya, dia berkata, "Duhai Tuhanku! Rahasia di antara kita sudah terbongkar, sehingga kehidupan tidak lagi mengenakkan bagiku. Karena itu, ambillah aku ke sisih-Mu."
Kemudian budak itu sujud demikian lama. Lantaran lama, Malik bin Dinar mencoba membangunkannya. Budak itu tak bergerak. Ternyata budak itu sudah meninggal dunia.
Dari kisah pertemuan Malik bin Dinar (yang kita kenal sebagai ahli hadits), dengan budak hitam yang misterius membuahkan pelajaran yang bisa kita ambil hikmahnya.
- Orang-orang shaleh lebih suka melakukan kebaikan tanpa ingin di ketahui jati dirinya karena mereka hanya mengharapkan ridha Allah.
- Kita jangan menilai seseorang dari sisi penampilannya atau statusnya. sebab, parameter seseorang mulia di sisih Allah swt. adalah dari sisi ketakwaannya (QS. Al-Hujurat: 13).
- Ungkapan, "undzur ila ma qala wala tandzur man qala (perhatikanlah terhadap apa yang dikatakan, jangan memperhatikan siapa yang berkata) ada benarnya.
Sumber: (Dr. Anwar Wardah, Rahasia antara kita sudah terbongkar, dalam Aku Ingat Dirimu Saat Aku Lupa Tuhanku, Zaman, Jakarta, 2013)