Berabad-abad lamanya Mesir diperintah oleh raja-raja Fir’aun. Pemerintahan mereka dijalankan secara turun-temurun. Setiap raja yang memerintah dikenal lalim dan menindas rakyatnya, termasuk Bani Israil. Ketika Bani Israil di Mesir ditindas oleh Fir’aun, Allah mengutus Nabi Musa untuk membebaskan mereka.
Ramses VIII |
Silsilah Nabi Musa
Nabi Musa as adalah keturunan Lawi, salah seorang putra Nabi Ya’kub as yang hijrah ke Mesir. Di Mesir keturunan Nabi Ya’kub beranak pinak selama empat ratus tahun lebih. Jumlah mereka mencapai ratusan ribu orang. Awalnya mereka diterima oleh raja dari Dinasti Hyksos. Setelah dinasti ini berakhir, pemerintahan dikuasai oleh para raja yang menamakan dirinya Fir’aun.
Mesir pada waktu itu dikuasai oleh Fir’aun, kerajaannya luas dan kaya. Penduduknya terdiri dari dua bangsa, yang pertama bangsa asli Mesir yaitu orang Qibti, sedang yang kedua adalah orang orang Israil keturunan Nabi Ya’kub as. Kebanyakan orang Qibti menduduki jabatan tinggi, sedangkan orang Israil hanya berkedudukan rendah, seperti buruh, nelayan dan pesuruh. Fir’aun memerintah dengan tangan besi, ia diktator, bengis yang tidak berperikemanusiaan, mabuk dan rakus kepada kekuasaan, sehingga ia berani menyebut dirinya tuhan. Siapa yang tidak mau bertuhan kepadanya, maka orang itu akan dibunuh.
Pada suatu waktu Fir’aun bermimpi negeri Mesir akan terbakar habis, rakyatnya banyak yang mati dan yang tidak mati kebanyakan orang-orang Israil. Fir’aun menanyakan mimpinya kepada para ahli nujum, apakah arti mimpi tersebut Pada suatu hari seorang ahli nujum datang menghadap Fir’aun bahwa menurut ramalannya tak lama lagi akan lahir seorang anak laki-laki dari Bangsa Israil yang kelak akan menjadi musuh dan menjatuhkan kekuasaannya. Fir’aun marah mendengar laporan itu, kemudian dia memberi perintah agar membunuh bayi laki-laki yang lahir dari kalangan Bangsa Israil.
Anak Angkat di Istana Fir’aun
Musa dilahirkan dari pasangan suami istri Imran dan Yukabad. Yukabad dan Imran panik, jika tidak segera disembunyikan, anak ini tentu akan dibunuh oleh kaki tangan Fir’aun, tapi untuk menyembunyikannya terus-menerus juga tak mungkin. Allah swt memberikan ilham kepada ibu Nabi Musa, agar anaknya (Nabi Musa) dihanyutkan ke dalam Sungai Nil. Ibu Nabi Musa membuat sebuah peti, kemudian Nabi Musa dimasukkan ke dalam peti tersebut dan malam harinya peti itu dihanyutkan.
Musa dilahirkan dari pasangan suami istri Imran dan Yukabad. Yukabad dan Imran panik, jika tidak segera disembunyikan, anak ini tentu akan dibunuh oleh kaki tangan Fir’aun, tapi untuk menyembunyikannya terus-menerus juga tak mungkin. Allah swt memberikan ilham kepada ibu Nabi Musa, agar anaknya (Nabi Musa) dihanyutkan ke dalam Sungai Nil. Ibu Nabi Musa membuat sebuah peti, kemudian Nabi Musa dimasukkan ke dalam peti tersebut dan malam harinya peti itu dihanyutkan.
Keesokan harinya istri Fir’aun (Siti Asiah) melihat peti terapung, ia menyuruh petugas kerajaan untuk mengambilnya. Setelah petinya dibuka ternyata isinya seorang bayi laki-laki. Istri Fir’aun sangat senang, ia ingin mengangkatnya sebagai anak. Maka diutarakanlah niatnya itu kepada Fir’aun. Mula-mula Fir’aun menolak, namun atas bujukan istrinya, akhirnya ia setuju.
Siti Asiah segera mencarikan pengasuh untuk menyusui Musa. Beberapa orang datang melamar untuk menyusui Musa, namun Musa tidak mau menyusu. Ibu Nabi Musa datang melamar untuk menyusui bayi itu, barulah Musa mau menyusu. Musa diserahkan kepada Yukabad sampai masa menyusui selesai. Sesudah usai masa menyusui, Musa dikembalikan ke istana Fir’aun. Setelah Musa dewasa, Allah menganugerahkan pangkat kenabian dan ilmu pengetahuan
Nabi Musa Dakwah kepada Raja Fir’aun
Setelah menerima wahyu Allah swt, Nabi Musa menemui Fir’aun. Sang Raja terkejut melihat kedatangannya. Nabi Musa as mulai mengingatkan bahwa Fir’aun bukan tuhan dan memintanya untuk membebaskan Bani Israil. Mendengar ucapan itu, Fir’aun marah dan bermaksud memenjarakannya. Kemudian Musa as menunjukkan tanda kebenaran dakwahnya dengan memperlihatkan mukjizat yang diberikan Allah swt agar Fir’aun percaya kepada kenabiannya. Untuk menyangkal mukjizat
Nabi Musa as, Fir’aun mendatangkan para tukang sihir kerajaan. Dengan melemparkan tali temali akhirnya berubah menjadi ular yang sangat banyak. Nabi Musa pun melemparkan tongkatnya sehingga menjadi ular yang sangat besar dan menelan ular-ular ahli sihir sampai habis. Namun, mereka tidak mampu mengalahkan Nabi Musa. Bahkan sebagian dari mereka menjadi beriman kepada Nabi Musa.
Dakwah Nabi Musa tidak menyadarkan Fir’aun. Karenanya hinaan dan ejekan Fir’aun semakin menjadi-jadi, Nabi Musa berdoa agar Allah swt menurunkan bencana di Mesir. Kekeringan melanda Sungai Nil dan hasil pertanian tidak bisa dipanen. Allah swt juga mengirim badai topan serta hujan deras. Setelah banjir, berbagai penyakit menyerang. Binatang ternak binasa.
Saat itulah, orang-orang Mesir berjanji, bahwa mereka akan beriman setelah bebas dari bencana. Fir’aun sendiri tidak bisa berbuat apa-apa. Namun setelah bencana itu berhenti, Fir’aun kembali menunjukkan keangkuhannya. Ia bahkan ingin menghabisi Nabi Musa dan Bani Israil.
Raja Fir’aun Tenggelam di Laut Merah
Nabi Musa dan pengikutnya meninggalkan Mesir pada malam hari. Tatkala fajar terbit, mereka sampai di tepi Laut Merah. Mereka kebingungan karena Fir’aun dan pasukannya mengejarnya. Musa pun memohon keselamatan kepada Allah swt. Allah swt lalu mewahyukan agar Nabi Musa memukulkan tongkatnya ke laut. Atas perintah Allah swt, Nabi Musa memukulkan tongkatnya ke laut. Laut pun membelah dua sehingga terbentang jalan bagi Nabi Musa dan pengikutnya untuk menyebrang. Fir’aun dan tentaranya terus mengejar. Ketika Nabi Musa dan pengikutnya telah sampai di seberang, Fir’aun dan tentaranya masih berada di tengah laut. Dengan kehendak Allah swt, laut pun menutup kembali sehingga Fir’aun dan tentaranya tenggelam. Allah menenggelamkan Fir’aun dan bala tentaranya di Laut Merah.
Nabi Musa dan pengikutnya meninggalkan Mesir pada malam hari. Tatkala fajar terbit, mereka sampai di tepi Laut Merah. Mereka kebingungan karena Fir’aun dan pasukannya mengejarnya. Musa pun memohon keselamatan kepada Allah swt. Allah swt lalu mewahyukan agar Nabi Musa memukulkan tongkatnya ke laut. Atas perintah Allah swt, Nabi Musa memukulkan tongkatnya ke laut. Laut pun membelah dua sehingga terbentang jalan bagi Nabi Musa dan pengikutnya untuk menyebrang. Fir’aun dan tentaranya terus mengejar. Ketika Nabi Musa dan pengikutnya telah sampai di seberang, Fir’aun dan tentaranya masih berada di tengah laut. Dengan kehendak Allah swt, laut pun menutup kembali sehingga Fir’aun dan tentaranya tenggelam. Allah menenggelamkan Fir’aun dan bala tentaranya di Laut Merah.