Bilal bin Rabah sang muazin Rasulullah saw memiliki sejarah hidup yang cukup hebat dalam perjuangan akidah. Sebuah kisah yang senantiasa diulang oleh zaman dan tidak membuat telinga manusia bosan untuk mendengarkannya.
Bilal dilahirkan di daerah Sarah, 34 tahun sebelum hijrah. Ayahnya dikenal dengan panggilan Rabah. Sedangkan ibunya dikenal dengan Hamamah. Hamamah adalah seorang budak wanita yang berkulit hitam yang tinggal di Mekah. Oleh karenanya, sebagian orang memanggilnya dengan nama Ibnu Sauda (anaknya budak hitam).
Bilal merasakan penderitaan akibat dari ulah kejahatan dan kekejaman kaum kafir Quraisy. Ia disiksa dengan biadab dan bengis. Namun ia mampu bersabar dan tetap mempertahankan imannya.
Bilal disiksa oleh Umayyah bin Khalaf dan para algojonya. Mereka mendera punggung Bilal dengan cambuk, namun tetap saja Bilal berkata: Ahad, Ahad (Allah Yang Esa, Allah Yang Esa).
Mereka juga menimpakan batu-batu besar pada dada Bilal, namun tetap saja Bilal berkata: Ahad, Ahad (Allah Yang Esa, Allah Yang Esa).
Meski mereka sudah menyiksa dengan sekeras mungkin, namun tetap saja Bilal berkata: Ahad, Ahad (Allah Yang Esa, Allah Yang Esa).
Mereka berusaha mengingatkan Bilal kepada Lata wal Uzza, namun Bilal malah menyebut Allah dan Rasul-Nya.
Mereka berkata kepada Bilal: “Katakan apa yang kami ucapkan!” Malah Bilal menjawab: “Lisanku tidak dapat mengucapkannya.” Maka sontak mereka menambahkan penyiksaannya dan semakin gila dalam penganiayaannya.