Kisah Teladan Nabi Ibrahim as


Kelahiran Nabi Ibrahim
Nabi Ibrahim di lahirkan pada saat kerajaan Babylonia dalam keadaan subur makmur. Rakyatnya hidup dalam kecukupan. Hampir semua kebutuhan para penduduknya tercukupi. Pangan yang melimpah, sandang serta papan yang berkecukupan. Namun, sangat disayangkan, kesejahteraan yang mereka dapatkan tidak diiringi dengan rasa syukur kepada Tuhan yang telah menciptakan mereka, yaitu Allah. Bahkan, mereka tidak mengenal Allah sebagai Tuhan mereka. Mereka hanya menyembah patung-patung yang mereka buat sendiri.


Ditengah-tengah keadaan daerah yang sejahtera itu, Raja Namrud memerintah rakyatnya dengan kekuasaan mutlak. Segala keputusannya tidak dapat dibantah. Segala peraturan dan kebijakan yang ada pada daerah itu berdasarkan keputusannya sendiri. Kebijakan Raja Namrud pada daerah yang dipimpinnya bagaikan undang-undang. Sebagai raja yang berkuasa atas tanah yang kaya raya dan luas, membuat Raja Namrud semakin sombong dan angkuh. Raja Namrud menyatakan dirinya sebagai Tuhan yang wajib rakyatnya sembah.

Demikianlah keadaan daerah pada saat Nabi Ibrahim dilahirkan. Daerah yang makmur, namun mereka tidak mengenal Allah. Nabi Ibrahim dilahirkan dari seorang ibu yang suaminya merupakan pembuat patung. Nabi Ibrahim dibesarkan oleh keluarga yang menyembah patung. Nabi Ibrahim pun ingin mengetahui kebenaran kepercayaan atau agama yang keluarga dan masyarakatnya sembah. Dengan demikian, Nabi Ibrahim pun mencari Tuhan yang sesungguhnya. 

Dalam pada itu, suatu malam Nabi Ibrahim melihat bintang. Beliau bertanya "apakah bintang itu tuhan,"namun setelah bintang itu menghilang karena datangnya siang, Ibrahim pun berkata "aku tidak suka kepada yang terbenam dan hilang. Pada malam yang lain Ibrahim melihat bulan yang becahaya, beliau pun berkata "inikah tuhanku?" Namun saat bulan tenggelam, Ibrahim pun berkata "Demi sesungguhnya, jika aku tidak diberikan petunjuk oleh Tuhanku, niscaya menjadilah aku dari kaum yang sesat." Pada suatu siang Ibrahim melihat matahari dan beliau pun berkata "Inikah tuhanku, ini lebih besar?" Namun setelah sore menjelang, matahari pun tenggelam. Dalam pencarian Tuhannya inilah, Nabi Ibrahim dianugerahi logika yang tinggi. Nabi Ibrahim menyadari bahwa Tuhan haruslah kekal dan tidak akan pernah mati. Akhirnya, Nabi Ibrahim menemukan bahwa Allah-lah satu-satunya Tuhan yang patut disembah. Sejak saat itulah Nabi Ibrahim berniat memerangi segala bentuk syirik yang menyesatkan.

Meskipun demikian, godaan selalu mengganggu pikiran Nabi Ibrahim. Suatu ketika Nabi Ibrahim berkeinginan Allah membuktikan kekuasaannya kepada beliau. Hal itu tiada lain hanya untuk mempertebal keyakikannya kepada Allah. Pada waktu itu Nabi Ibrahim ingin melihat Allah menghidupkan makhluk yang telah mati. Nabi Ibrahim pun berseru kepada Allah "Ya Tuhanku! Tunjukkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan makhluk-makhluk yang sudah mati." Allah menjawab seruannya dengan berfirman: Tidakkah engkau beriman dan percaya kepada kekuasaan-Ku?." Nabi Ibrahim menjawab:"Betul, wahai Tuhanku, aku telah beriman dan percaya kepadaMu dan kepada kekuasaan-Mu, namun aku ingin sekali melihat itu dengan mata kepala ku sendiri, agar aku mendapat ketenteraman dan ketenangan dan hatiku dan agar makin menjadi tebal dan kukuh keyakinanku kepadaMu dan kepada kekuasaan-Mu." (lihat Q.S. Al-Baqarah/2:20). Allah kemudian mengabulkan permohonan Nabi Ibrahim dan memerintahkan Nabi Ibrahim untuk menangkap 4 ekor burung. Keempat burung itu kemudian mati dan ditempatkan di empat bukit yang letaknya berjauhan. Allah kemudian memerintahkan Nabi Ibrahim untuk memanggil keempat burung tersebut. Atas kekuasaan Allah, hiduplah kembali keempat burung itu dan terbang ke hadapan Nabi Ibrahim. Sejak saat itulah, keimanan dan keyakinan Nabi Ibrahim terhadap Allah menjadi semakin kokoh dan kuat.


Dakwah Nabi Ibrahim
Melihat keadaan rakyatnya termasuk orangtuanya yang belum mengenal Tuhan, membuat hati Nabi Ibrahim menjadi gusar. Nabi Ibrahim berkeinginan kuat agar rakyat mau meninggalkan kebiasaan lamanya yaitu menyembah patung-patung. Nabi Ibrahim pun memulai dakwahnya.

Pertama-tama, Nabi Ibrahim berdakwah kepada ayah kandungnya. Nabi Ibrahim berdakwah kepada ayahnya dengan sikap sopan dan lemah lembut sebagai bentuk penghargaan kepada ayah kandungnya. Nabi Ibrahim menjelaskan kepada ayahnya bahwa dia adalah seorang nabi dan rasul yang diutus Allah. Nabi Ibrahim pun menjelaskan kepada ayahnya bahwa perbuatan menyembah patung-patung merupakan ajaran setan yang wajib untuk ditinggalkan. Mendengar dakwah anaknya, Azar ayah Ibrahim marah kepada anaknya dan berkata "Hai Ibrahim! Berpalingkah engkau dari kepercayaan dan persembahanku? Dan kepercayaan apakah yang engkau berikan kepadaku yang menganjurkan agar aku mengikutinya? Janganlah engkau membangkitkan amarahku dan coba mendurhakaiku. Jika engkau tidak menghentikan penyelewenganmu dari agama ayahmu tidak engkau hentikan usahamu mengecam dan memburuk-burukkan persembahanku, maka keluarlah engkau dari rumahku ini. Aku tidak sudi bercampur denganmu didalam suatu rumah di bawah suatu atap. Pergilah engkau dari mukaku sebelum aku menimpamu dengan batu dan mencelakakan engkau."

Karena Nabi Ibrahim adalah seorang hamba yang sabar dan berbakti kepada orangtua, beliau pun berkata "Wahai ayahku! Semoga engkau selamat, aku akan tetap memohonkan ampun bagimu dari Allah dan akan tinggalkan kamu dengan persembahan selain kepada Allah. Mudah-mudahan aku tidak menjadi orang yang celaka dan malang dengan doaku untukmu."Setelah itu, keluarlah Nabi Ibrahim meninggalkan rumah ayahnya dalam keadaan sedih karena gagal mengangkatkan ayahnya dari kedurhakaan.

Selanjutnya, Nabi ibrahim berdakwah kepada rakyat. Nabi Ibrahim mengajak agar rakyat meninggalkan persembahan mereka. Namun, dakwah Nabi Ibrahim ini ditentang dan ditolak oleh masyarakat setempat. Walaupun demikian, Nabi Ibrahim tidak menyerah begitu saja, beliau tetap mengajak rakyat yang musyrik untuk menyembah Allah. Namun tetap saja rakyat yang keras kepala dan sesat tidak mau mengikuti ajaran Nabi Ibrahim.

Pada suatu ketika, sudah menjadi tradisi masyarakat Babylonia, setiap tahunnya pada hari yang mereka sakralkan, mereka meninggalkan rumah mereka dan tinggal di padang terbuka untuk berpesta pora selama beberapa hari. Pada waktu itu Nabi Ibrahim pura-pura sakit dan dizinkan untuk tinggal di rumah. Selain itu, mereka pun takut penyakit Nabi Ibrahim akan menulari mereka. Pada kesempatan itu, Nabi Ibrahim berkata pada dirinya sendiri "inilah kesempatanku untuk menghancurkan semua patung-patung yang ada di kota ini." 

Nabi Ibrahim kemudian membawa sebuah kapak besar untuk menghacurkan patung-patung yang menjadi sesembahan rakyat setempat. Nabi Ibrahim mendatangi setiap tempat pemujaan dan menghancurkan patung-patung yang ada di sana dengan kapaknya. Hanya satu patung yang tidak dihancurkan oleh Nabi Ibrahim, yaitu patung yang terbesar. Nabi Ibrahim hanya mengalungkan kapaknya pada patung tersebut. 

Setelah rakyat pulang dari berpesta pora mereka kaget dan terheran-heran melihat sesembahan mereka telah hancur. Mereka bertanya-tanya siapakah gerangan yang telah menghancurkan patung-patung tersebut. Akhirnya masyarakat menjadikan Nabi Ibrahim sebagai tersangka pelaku penghancuran patung-patung mereka. Mereka menuduh Ibrahim karena hanya Ibrahim-lah yang menentang perbuatan mereka selama ini. 

Mendengar rakyatnya menyangka bahwa yang menghancurkan patung-patung adalah dirinya, Nabi Ibrahim tenang-tenang saja. Nabi Ibrahim justru menginginkan pengadilah yang terbuka dan disaksikan oleh seluruh rakyat.

Dengan demikian, Nabi Ibrahim dapat membuktikan siapa yang salah dan siapa yang benar. Akhirnya Nabi Ibrahim diadili dan disaksikan oleh seluruh rakyat dari seluruh pelosok daerah.

Nabi Ibrahim diadili oleh Raja Namrud dan diiringi oleh teriakan dan cemoohan rakyat. Raja Namrud bertanya kepada Nabi Ibrahim "Apakah engkau yang melakukan penghancuran dan merosakkan tuhan-tuhan kami? "Dengan tenang Nabi Ibrahim menjawab "Patung besar yang berkalungkan kapak di lehernya itulah yang melakukannya. Tanyalah kepada patung itu siapakah yang menghancurkannya."(Q.S. Al-Anbiy–a /21:63). Raja Namrud pun berkata "Engkaupun tahu patung itu tidak dapat berbicara apalagi melakukan hal tersebut, mengapa engkau menyuruhku bertanya kepadanya?"

Nabi Ibrahim kemudian tersenyum dan menjawab seraya berkhutbah pada Raja Namrud dan rakyat. Jika demikian halnya, mengapa kamu sembah patung-patung itu, yang tidak dapat berkata, tidak dapat melihat dan tidak dapat mendengar, tidak dapat membawa manfaat atau menolak mudharat, bahkan tidak dapat menolong dirinya dari kehancuran dan kebinasaan? Alangkah bodohnya kamu dengan kepercayaan dan persembahan kamu itu! Tidakkah dapat kamu berpikir dengan akal yang sehat bahwa persembahan kamu adalah perbuatan yang keliru yang hanya dipahami oleh setan. Mengapa kamu tidak menyembah Allah yang menciptakan kamu, menciptakan alam sekeliling kamu dan menguasakan kamu di atas bumi dengan segala isi dan kekayaan. Alangkah hina dinanya kamu dengan persembahan kamu itu."

Mendengar perkataan Nabi Ibrahim tersebut, Raja Namrud bukannya sadar malah marah dan menjatuhi Nabi Ibrahim hukuman yang berat. Nabi Ibrahim kemudian dijatuhi hukuman yang sangat berat, yaitu dibakar hidup-hidup.

Nabi Ibrahim dibakar Hidup-Hidup
Sebagai hukuman dari Raja Namrud kepada Nabi Ibrahim atas penghinaannya terhadap tuhan-tuhan mereka, Nabi Ibrahim akan dibakar hidup-hidup. Setiap warga masyarakat diwajibkan mengumpulkan kayu bakar sebanyak-banyaknya sebagai tanda penghargaan terhadap tuhan-tuhan mereka. Nabi Ibrahim akan dibakar pada sebuah tanah lapang dan disaksikan oleh masyarakat.

Setelah kayu bakar terkumpul, dibakarlah kayu tersebut dan terciptalah api yang sangat besar. Nabi Ibrahim kemudian dibawa ke tempat yang tinggi. Setelah itu, Nabi Ibrahim dilemparkan ke dalam kobaran api yang dahsyat itu. Dalam keadaan demikian, Nabi Ibrahim berserah diri kepada Allah. Tidak sedikitpun keimanannya berkurang. Saat Nabi Ibrahim dilemparkan ke dalam api, Allah memerintahkan api untuk menjadi dingin sesuai dengan firmannya: Hai api, menjadilah engkau dingin dan keselamatan bagi Ibrahim."(Q.S. Al- Anbiy–a /21:69)

Setelah Nabi Ibrahim masuk ke dalam api, orang-orang mulai terheranheran karena melihat Nabi Ibrahim yang tidak terbakar sedikit pun. Setelah peristiwa itu, banyak orang yang mulai hilang kepercayaannya kepada ajaran mereka selama ini. Bahkan, putri Raja Namrud mengakui bahwa Tuhan yang sebenarnya adalah Tuhan-nya Nabi Ibrahim. Kepercayaan rakyat terhadap Raja Namrud semakin berkurang dan kekuasaannya terancam pudar.

Nabi Ibrahim Dikaruniai Anak
Nabi Ibrahim dianugrahi seorang istri yang bernama Siti Sarah. Namun, setelah sekian lama menikah, pasangan Ibrahim dan Siti Sarah tak kunjung dikaruniai seorang anak. Dengan penuh kesabaran Nabi Ibrahim selalu berdoa kepada Allah agar dikaruniai putra. Akhirnya, Siti Sarah mengizinkan suaminya untuk menikahi wanita lain, yaitu Siti Hajar. Nabi Ibrahim kemudian menikahi Siti Hajar. Dari pernikahan ini, lahirlah Ismail yang kemudian juga menjadi nabi.

Nabi Ibrahim kemudian mendapatkan wahyu dari Allah untuk memindahkan Siti Hajar dan anaknya, Ismail, ke tengah padang pasir tandus (sekarang dikenal dengan nama Mekah). Setelah mengantarkan istri dan anaknya, Nabi Ibrahim kemudian meninggalkan mereka untuk kembali ke rumahnya menemui Siti Sarah, istri pertamanya. Nabi Ibrahim meninggalkan anak dan istrinya di tanah yang tandus dan tidak ada air maupun tumbuhan di sana. 

Walaupun terasa berat, namun karena perintah Allah, Nabi Ibrahim tetap menjalankannya dengan sabar. Nabi Ibrahim tidak pernah lepas dari berdoa kepada Allah untuk keselamatan istri dan anaknya yang ditinggalkan di padang tandus itu.

Akhirnya Nabi Ibrahim bertemu lagi dengan istri pertamanya Siti Sarah. Pada saat Nabi Ibrahim berusia 80 tahun, datanglah perintah Allah Swt. untuk menghitan dirinya. Saat itu usia putranya, Ismail, berusia 13 tahun. Perintah ini berlaku untuk setiap pria. Perintah khitan ini pun dijalankan oleh para nabi-nabi setelah Ibrahim sampai dengan umat Nabi Muhammad saw.. Setelah sekian lama berkumpul kembali dengan istri pertamanya, Nabi Ibrahim mendapatkan wahyu dari malaikat jibril bahwa ia akan mendapatkan keturunan dari Siti Sarah. Pada waktu itu, Siti Sarah merasa terkejut karena usia mereka yang sudah tidak muda lagi. Ternyata, mereka memang benar dikaruniai putra, yaitu Ishaq.

Setelah beberapa lama, Nabi Ibrahim mengunjungi putranya Nabi Ismail dan istrinya Siti Hajar. Setelah usia Ismail menginjak remaja, Nabi Ibrahim mendapatkan ujian dari Allah Swt.. Nabi Ibrahim diperintahkan untuk menyembelih putranya Ismail. Dengan tabah Ibrahim harus melaksanakan perintah ini. Begitu pula Ismail, sebagai anak yang saleh dan taat kepada Allah, Ismail pun ikhlas disembelih. Karena kesalehan dan kesabaran Nabi Ibrahim serta putranya, Allah menggantikan Ismail dengan hewan sejenis domba pada saat akan disembelih sehingga hewan itulah yang akhirnya  disembelih. Atas kesabarannya yang luar biasa dalam menerima ujian dari Allah Swt. Nabi Ibrahim termasuk kedalam rasul Ulul Azmi yang artinya rasul yang memiliki kesabaran yang luar biasa.