Suatu ketika seorang laki-laki bergegas datang kepada Musa a.s., dan berkata, “Hai Musa, sesungguhnya pembesar sedang berunding untuk membunuhmu. Keluarlah dari kota ini. Itulah nasihatku kepadamu”. Musa a.s. mengikuti nasihat orang itu, maka keluarlah ia dengan perasaan khawatir seraya berdoa.
“Ya Tuhanku, selamatkanlah aku dari orang-orang yang zalim itu”. Tatkala mendekati negeri Madyan ia berdoa lagi, “Mudah-mudahan Tuhanku memimpinku ke jalan yang benar”.
Sesampainya di negeri Madyan, ia menjumpai sekumpulan orang yang sedang memberikan minum kepada ternaknya. Di antara mereka, ada dua orang wanita yang sedang menambat ternaknya. Musa a.s. menyapa, “Apakah maksud kalian berbuat begitu?” Kedua wanita itu menjawab, “Kami tidak dapat meminumkan ternak kami sebelum penggembala-penggembala itu memulangkan ternaknya. Sedangkan bapak kami adalah orangtua yang sudah lanjut umurnya.”
Seketika itu juga Musa a.s. menolong kedua wanita itu untuk memberikan minum kepada ternaknya. Setelah menolong, Musa a.s. berteduh di bawah pohon, seraya berdoa, “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku membutuhkan kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku”.
Kedua wanita yang ditolong Musa a.s. pun pulang ke rumahnya, dan menceritakan kepada ayahnya bahwa mereka telah ditolong seseorang yang berhati mulia. Salah seorang dari wanita itu berkata, “Ya ayahku, ambillah ia (Musa) sebagai orang yang bekerja kepada kita. Kelihatannya ia orang yang kuat dan dapat dipercaya”. Si ayah, mengabulkan permintaan putrinya. Ternyata, ayah kedua wanita itu tak lain adalah Nabi Syu’aib a.s. Di sinilah perjumpaan antara Nabi Syu’aib a.s. dengan Nabi Musa a.s. Pada akhirnya Nabi Syu’aib a.s. menikahkan salah satu putrinya dengan Musa a.s.