Lima Kelalaian Istri


Tidak diragukan bahwa istri shalihah adalah termasuk kenikmatan dunia yang terindah disamping sebagai tanda kebahagiaan sebuah keluarga.

Keshalihan istri tidak hanya diukur dari ibadahnya kepada Allah, akan tetapi juga dipengaruhi bagaimana muamalah dia terhadap orang lain, terutama suaminya.

Dalam rangka menggapai keshalihan, seorang istri hendaknya mewaspadai berbagai kelalaian yang sering menjangkit para istri, baik kelalaian dalam hal ibadah ataupun kelalaian dalam hal muamalah pergaulannya terhadap orang lain. 


Berikut ini akan kami sampaikan sebagian kelalaian istri yang sering didapati di masyarakat kita, semoga para istri bisa menghindarinya, dan para suami bisa memberi nasihat yang baik kepada istrinya jika mendapati sebagian darinya.

1. Menunda-Nunda Shalat
Shalat merupakan ibadah yang paling utama. Allah menempatkannya dalam kedudukan kedua setelah dua kalimat syahadat dalam rukun Islam, yang menunjukkan besar dan agungnya kedudukan shalat di sisi Allah. Ibadah yang demikian agungnya ini tentu sudah sepantasnya mendapatkan perhatian yang besar pula.

Sebagai seorang wanita, sudah dimaklumi bahwa shalat terbaik baginya adalah di rumahnya, dan dia tidak wajib melaksanakan shalat berjamaah sebagaimana kaum laki-laki. Keringanan yang Allah berikan bagi mereka ini tentu bukan bertujuan agar mereka meremehkan masalah shalat. Oleh karena itu, meski mereka melaksanakan shalat wajibnya di rumah, mereka tetap harus berusaha melaksanakannya di awal waktu, tidak menunda-nundanya.

Ketika Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam ditanya tentang amalan apa yang paling utama, Rasulullah shallahu ‘alaihi wasallam bersabda “Shalat di awal waktunya” [Diriwayatkan oleh Abu Daud dalam Kitab ash Shalat, Bab al Muhafazhah ‘ala Waqti ash Shalawat, dan at Tirmidzi dalam Kitab ash Shalat, Bab Ma Ja’a fil Waqti al Awwal minal Fadhl. Hadits ini dishahihkan oleh al Albani dalam Shahih al-Jami’ish Shaghir no. 1093] 

Dan ini tentu saja membutuhkan pengaturan waktu yang sebaik-baiknya oleh para istri di rumah mereka. Kerja sama suami, tentu sangat diharapkan untuk bisa mewujudkan keutamaan yang mulia ini. Para suami hendaknya senantiasa memperhatikan istrinya, mengingat dan memerintahkannya untuk segera shalat jika memang belum shalat, dan membantu pekerjaan-pekerjaan yang mungkin menghalanginya untuk melaksanakan shalat di awal waktunya.

2. Membuka Aurat
Ini adalah satu hal yang sangat sering dilalaikan oleh kaum muslimah di masyarakat kita. Sangat banyak sekali wanita-wanita muslimah yang membuka aurat bahkan berhias dengan moleknya di hadapan kaum lelaki yang bukan mahramnya. 

Kaum muslimah yang sudah menutup aurat pun di antara mereka ada yang masih meremehkan jika ada sebagian auratnya yang tersingkap, seperti lengan, betis, atau yang lain. Entah karena ketidaktahuan mereka, atau karena mengikuti tren mode berpakaian, atau karena hal lain, yang jelas hal ini merupakan kelalaian yang seharusnya diperbaiki. 

Allah Ta'ala berfirman, “Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin, ‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.’ Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (al-Ahzab: 59)

Dari ayat tersebut kita mengetahui bahwa pakaian muslimah yang menutup aurat bukanlah adat orang Arab, sebagaimana persangkaan sebagian orang, akan tetapi itu adalah perintah Allah kepada para wanita muslimah. 

Bahkan pakaian yang menutup aurat ini Allah perintahkan untuk membedakan para wanita muslimah dengan wanita-wanita jahiliyah, yang ini tentu menunjukkan bahwa adat wanita jahiliyah baik dari kalangan Arab ataupun non Arab adalah membuka aurat mereka.

Dan masih berkaitan dengan masalah pakaian dan penampilan istri, ada satu hal yang sering dilalaikan oleh para istri terhadap suaminya, yaitu berhias di hadapan suami.  Yang sering terjadi malah sebaliknya, istri berhias ketika akan keluar rumah bertemu dengan orang lain, akan tetapi ketika di rumah dia lalai menghias diri.  Hal seperti ini meski mungkin dianggap remeh, akan tetapi ini sangat mempengaruhi keharmonisan rumah tangga.

3. Ikut Serta dalam Majelis Gunjing
Ini termasuk salah satu kebiasaan buruk para istri yang berbahaya. Ketika ada kesempatan berkumpul dengan sesamanya, tidak jarang mereka membicarakan keburukan-keburukan orang lain. 

Padahal menggunjing, yang dalam istilah syariat disebut ghibah, adalah perkara yang sangat buruk. Saking buruknya, Allah memperumpamakan ghibah dengan memakan daging saudara kita yang telah menjadi bangkai.

Allah berfirman,
“Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati?” (al-Hujurat: 12)

Barangkali ada di antara mereka yang mengatakan, apa yang “diobrolkan” itu memang benar ada pada orang tersebut, bukan fitnah, apakah masih juga tercela? Maka ketahuilah bahwa itulah hakikat dari ghibah (menggunjing) yang sebenarnya. 

Rasulullah shallalahu ‘alaihi wasallam pernah bertanya kepada para sahabatnya, “Tahukah kalian apa itu ghibah?”

Para sahabat menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.” Maka Rasulullah shallalahu ‘alaihi wasallam menjelaskan, “(Ghibah adalah) kamu menyebut tentang saudaramu dengan sesuatu yang dia benci.” Lalu ada seseorang yang bertanya, “Bagaimana jika apa yang aku katakan itu benar ada pada orang itu?” Maka Rasulullah shallalahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika memang ada pada orang itu maka kamu berarti telah mengghibahnya, namun jika tidak ada pada orang itu berarti kamu berdusta tentangnya.” [Riwayat Muslim, Kitab al-Birr wash Shilah wal Adab, Bab Tahrimil Ghibah]

4. Bermudah-Mudahan Bicara dengan Lawan Jenis
Dalam salah satu ayat Allah 'Azza wa jalla berfirman, “Hai istri-istri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa, maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya, dan ucapkanlah perkataan yang baik,” (al-Ahzab:32)

Ayat ini berisi adab yang Allah perintahkan kepada para istri Nabi shallalahu ‘alaihi wasallam dan para wanita umat ini mengikut kepada mereka dalam hal ini. [Taisirul ‘Aliyil Qadir (3/490)]

Sehingga adab yang Allah perintahkan ini bukan hanya berlaku bagi para istri Nabi shallalahu ‘alaihi wasallam, namun juga bagi para wanita umat ini.

Dalam ayat tersebut Allah menerangkan adab berbicara seorang wanita, agar tidak melembutkan ucapan jika berbicara dengan lawan jenis, karena hal itu bisa menimbulkan fitnah (godaan) bagi para lelaki sehingga timbul keinginan buruk mereka, maka terjadilah bencana.

Dan di zaman teknologi seperti sekarang ini, ngobrol menjadi sesuatu hal yang sangat mudah dengan berbagai sarananya, diantaranya adalah facebook dan yang semisalnya. 

Meski barangkali obrolan itu hanya berbentuk tulisan, akan tetapi fitnah (bencana) yang ditimbulkan tidak kalah berbahaya daripada ngobrol secara langsung. 

Bahkan banyak bencana sosial yang diawali dari obrolan dalam facebook, google plus dan semisalnya. Maka ini adalah salah satu hal yang mestinya diwaspadai oleh para istri dan juga para suami, dalam rangka menjaga diri dan keluarga dari siksaan api neraka.

Akan tetapi ini bukan berarti haram sama sekali berbicara dengan lawan jenis. Hal ini dibolehkan jika memang benar ada keperluan untuk itu, namun harus tetap memperhatikan adab dalam berbicara dengan lawan jenis; berbicara seperlunya dan tidak melembut-lembutkan perkataan.

5. Kurang Bersyukur Pada Suami
Dalam salah satu hadits Rasulullah shallalahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Aku diperlihatkan neraka, dan ternyata mayoritas penghuninya adalah para wanita, karena mereka berbuat kufur.” Ada yang bertanya, apakah mereka kufur kepada Allah? Rasulullah shallalahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Mereka kufur kepada suami, mereka kufur kepada kebaikan suami, jika kamu (suami) berbuat baik kepada salah seorang dari mereka setiap masa, kemudian dia melihat sesuatu (keburukan) darimu, dia akan berkata, aku tidak pernah melihat satu kebaikan pun darimu.” [Muttafaq ‘alaih]

Sikap seperti ini secara tidak langsung berarti dia tidak bersyukur kepada Allah, karena Rasulullah juga bersabda, “Barangsiapa tidak bersyukur kepada manusia, dia tidak bersyukur kepada Allah.” [Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dalam Kitab al-Birr wash Shilah, Bab Maa Jaa’a fisy Syukri Liman Ahsan Ilaika, dishahihkan al-Albani dalam Shahihul Jami’ no. 6601]

Demikian sebagian dari kelalaian para istri yang sering dianggap sepele.  Sebenarnya, masih banyak hal lain yang mungkin dianggap sepele oleh para istri yang hakikatnya termasuk kelalaian mereka, hanya saja sebagiaan ini mudah-mudahan menjadi pengingat kita untuk lebih memperbaiki diri. Wallahu mustaan.

Sumber: http://jilbab.or.id_