Pak Bulgi dan Seekor Keledai


Pak Bulgi mempunyai seekor keledai baru. Keledai itu berhidung abu-abu nan lembut. Telinganya sangat panjang. Pak Bulgi memberinya nama Dai. 

Suatu hari, Pak Bulgi membawa Dai menyusuri sebuah sungai kecil. Saat hendak lewat di bawah jembatan yang melintasi sungai, seketika Pak Bulgi bingung. Telinga Dai yang panjang dan berdiri tegak membuat keledai itu tak dapat lewat.

“Oh, bagaimana ini?” ucap Pak Bulgi amat bingung. Ia lalu menyuruh Dai menurunkan telinganya agar dapat lewat. Tetapi Dai keledai yang bandel. Ia tidak mau melakukan hal yang diperintahkan Pak Bulgi. 

Pak Bulgi membuka tas ransel yang dibawanya. Tangannya lalu merogoh ke dalam tas itu. Ia menemukan sebuah pahat kecil. Lalu, dengan pahat itu Pak Bulgi memahat jembatan untuk membuat dua celah yang dapat dileawati telinga Dai.


Saat Pak Bulgi tengah sibuk memahat, tiba-tiba seorang polisi bertubuh tinggi lewat. Serunya pada Pak Bulgi, “ Hei, Pak Apa yang sedang Bapak lakukan? Cepat hentikan! Itu melanggar hukum.”

“Keledai saya tidak dapat lewat di bawah jembatan ini, “kata Pak Bulgi. “Saya sedang membuat dua buah celah yang nantinya dapat dileawati telinga keledai ini.”

Pak Polisi membuka helmnya. Sambil menggaruk-garuk kepalanya ia lalu memacari cara apa yang harus dilakukan Pak Bulgi. Akhirnya, ia mendapat ide. Katanya, “Pak, apakah Bapak membawa sekop. Jika ada, galilah tanah di bawah jembatan. Dengan begitu, keledai itu dapat melewati jembatan dengan mudah.”

Pak Bulgi tidak mengerti dengan yang dikatakan Pak Polisi. Katanya, “Menggali tanah? Lo, bukankah yang panjang itu telinganya, bukan kakinya.

“Pak Polisi mengeleng-gelengkan kepalanya. Ia lalu menggali tanah dan Dai dapat melewati kolong jembatan tanpa kesulitan. Namun, sepanjang jalan Pak Bulgi masih saja heran dan tidak mengerti apa yang dilakukan oleh Pak Polisi.