Jaka Tole



Tersebutlah seorang anak Madura bernama Jaka Tole. Karena kesaktiannya, ia berhasil menegakkan pintu gerbang Keraton Majapahit. Jaka Tole seorang prajurit yang tangkas dan cekatan dalam memimpin pasukan. Setiap pemberontakan terhadap Majapahit selalu berhasil ia padamkan dengan tidak terlalu banyak memakan korban. Tidak aneh kalau Raja sangat sayang kepadanya. Ia sering mendapat hadiah dari Raja.




Karena Raja sangat sayang kepada Jaka Tole, ada beberapa orang iri hati kepadanya. Mereka yang merasa tidak senang itu menyebarkan fitnah bahwa kesetiaan Jaka Tole kepada  Raja hanya setengah-setengah. Jaka Tole berjuang bukan untuk kejayaan Majapahit, tetapi  sekedar mendapatkan hadiah dari Paduka Raja.

Fitnah itu akhirnya sampai ke telinga Raja. Raja sebenarnya ragu akan kebenaran berita itu. Raja pun memutuskan untuk menguji kesetiaan Jaka Tole. Untuk membuktikan kesetiaan Jaka Tole, Raja pun akan menjodohkan dengan putrinya yang buta.

Raja mulai berbicara, “Jaka Tole, aku mempunyai seorang putri bernama Dewi Ratnadi. 
Maukah engkau seandainya ia kujodohkan denganmu?”

“Saya siap untuk dijodohkan dengan putri Paduka,” jawab Jaka Tole dengan suara tegas.
“Tetapi, apakah engkau tidak akan menyesal kemudian hari?” tanya Raja.
“Mengapa saya akan menyesal?” tanya Jaka Tole.
“Ketahuilah,” kata Raja menjelaskan, “Putriku ini buta. Apakah engkau tetap bersedianya mengawininya?’
“Saya tetap bersedia,” jawab Jaka Tole dengan suara mantap.
Raja tersenyum gembira mendengar jawaban Jaka Tole yang meyakinkan itu.

Beberapa hari kemudian pesta perkawinan pun dilaksanakan. Setelah upacara dan pesta pernikahan selesai, JakaTole dan istrinya minta izin kepada Raja untuk pulang ke Sumenep. Raja mengijinkan mereka. Para pegawai keraton pun menyiapkan tandu untuk mengantar ke Sumenep, tetapi Jaka Tole menolak untuk diantar. Sambil menggendong istrinya, Jaka Tole berangkat ke arah timur meninggalkan pusat pemerintahan Majapahit yang indah permai. Jaka Tole tetap menunjukkan rasa sayangnya kepada istrinya.

Setelah sampai di pelabuhan Gresik, Jaka Tole dan istrinya beristirahat beberapa hari  di bandar yang ramai disinggahi perahu-perahu dari  berbagai negeri. Kemudian, mereka menyebarang  laut menuju barat Pulau Madura.  Setelah naik ke darat, istrinya ingin mandi. Jaka Tole bingung karena di sekitar tempat itu tidak  ada sumur atau sungai. Lalu, ia mengambil tongkat  istrinya. Setelah tongkat itu dicabut, keluarlah air yang  memancar dari dalam tanah langsung menyemprot  wajah istrinya.

“Kanda Jaka Tole,” teriak Dewi Ratnadi dengan gembira, “Aneh sekali, mata saya sekarang  bisa melihat.”
“Benarkah itu, Dewi? Tanya Jaka Tole setengah tidak percaya.
“Betul,” jawab Dewi Ratnadi, “Untuk apa saya berdusta. Coba lihatlah kedua mata saya.  
Saya sekarang sudah bisa memandang wajah Kanda.” 

Jaka Tole pun memperhatikan mata istrinya. Tampak mata istrinya sudah terbuka dengan biji mata seindah bintang kejora. Hati Jaka Tole sangat gembira. Ia memanjatkan doa dan bersyukur kepada Tuhan atas anugerah yang tiada terkira ini.. Air yang keluar dari dalam tanah itu akhirnya menjadi sumber air yang sangat jernih. Tempat  itu sampai sekarang disebut Soca, artinya mata. Dalam perjalanan selanjutnya mereka terus  berjalan ke arah timur. Berhari-hari lamanya mereka berjalan melewati dataran rendah yang  luas dan naik turun perbukitan. Ketika tiba di sebuah tempat, istrinya ingin mandi, Jaka Tole  pun menancapkan tongkatnya ke tanah. Keluarlah air yang sangat deras. Sumber besar yang terletak di sebelah timur laut kota Sampang itu disebut Omben. Perjalanan Jaka Tole dan istrinya pun diteruskan menuju ke timur. Setelah sampai di  Sumenep, Jaka Tole disambut dengan gembira oleh ayah bundanya serta masyarakat Sumenep.  Apalagi Jaka Tole membawa pulang seorang isteri yang cantik rupawan.

Kakak Jaka Tole dari pihak ibu bernama Pangeran Saccadiningrat, adalah seorang raja yang memerintah negeri Sumenep. Pemerintahannya berada di bawah kekuasaan Majapahit. Setelah Saccadiningrat memasuki usia tua. Jaka Tole pun dinobatkan sebagai adipati yang memerintah wilayah Sumenep. Di bawah kepemimpinan Jaka Tole, masyarakat Sumenep benar-benar  merasakan kemakmuran dan keadilan.