Beratus-ratus tahun yang lalu pembawa cerita di Timur dapat membuat pendengarnya duduk terpesona dengan kisah-kisahnya tentang sehelai permadani ajaib yang menerbangkan para pangeran Baghdad ke udara, kini tanpa keajaiban, manusia telah dapat menaklukkan angkasa.
Beberapa jenis kendaraan udara dapat melayang karena benda ini lebih ringan daripada udara. Jenis lainnya lebih berat daripada udara, tetapi karena didorong oleh sumber tenaga atau karena tekanan arus udara yang kuat, maka benda ini dapat naik ke udara. Kita akan memulai cerita kita dengan kendaraan lebih ringan daripada udara–balon udara dan jenis yang berasal dari balon itu–karena dengan kendaraankendaraan udara inilah manusia mulai terbang ke angkasa.
Penerbangan lebih-ringan-dari-udara
Asas
penerbangan lebih-ringan-dari-udara cukup sederhana. Jika sebuah benda lebih
ringan beratnya daripada volume udara yang dipindahkannya, maka bobot itu akan
naik ke atmosfer. Masalahnya adalah bagaimana mendapatkan bahan yang lebih
ringan daripada udara.
Bangsa Cina
telah dapat memecahkan masalah ini berabad-abad yang lalu. Mereka mengetahui
bahwa udara yang dipanaskan berbobot lebih ringan daripada udara biasa. Dengan
memompa kertas ular naga dengan udara panas, mereka berhasil menerbangkan
mainan-mainan itu ke atas. Tidak seorang pun memanfaatkan gagasan ini untuk
menerbangkan manusia sampai abad XVIII. Hanya Joseph-Michel dan Jacques-Entiene
Montgolfier 2 bersaudara yang hidup di Perancis yang berhasil memanfaatkannya.
Mereka memompa balon kertas dengan udara panas yang dihasilkan dari pembakaran
jerami sehingga balon itu naik ke atas. Kemudian mereka menggunakan bola bulat
yang terbuat dari sutera dan
digantungnya kandang-kandang pada bola bulat itu. Di dalam kandang ini mereka
mereka menempatkan ayam, burung dara, dan domba yang diterbangkan ke udara.
Akhirnya, pada 21 November 1783 seorang pemuda Perancis, Pilatre de Rozier dan
Marquis d'Arlandes, naik ke dalam balon Montgolfier dan mengadakan penerbangan
bebas selama 25 menit di atas kota Paris. Mereka adalah orang pertama yang
melakukan penerbangan udara.
Cara
menggembungkan balon dengan udara panas segera ditinggalkan. Orang mulai
menjadi sadar bahwa gas hidrogen yang baru saja ditemukan lebih ringan daripada
udara. Pada tahun 1783 seorang ahli fisika bangsa Perancis, J.A.C. Charles
mengisi bahan sutera dengan hidrogen untuk kemudian tanpa penumpang
menerbangkan balon itu ke udara. Beberapa saat kemudian ia sendiri mengadakan
beberapa kali penerbangan dalam kendaraan yang berisikan hidrogen.
Kemudian diikuti dengan penerbangan yang lebih banyak lagi. Segera setelah itu
banyak kantong besar berisikan gas itu diterbangkan di berbagai negara.
Kantong-kantong besar ini adalah "balon-balon bebas" yang tidak dapat
dikendalikan dan melayang ke mana saja angin meniupnya.
Pada tahun
1897 Salomon August Andree, seorang insinyur bangsa Swedia, bergelantungan di
udara, yang barangkali merupakan penerbangan lebih-ringan dari-udara yang
paling berani yang pernah diadakan. Bersama dengan 2 orang teman, ia tinggal
landas dalam sebuah balon dari Spitsbergen dalam usahanya mengapung
menyeberangi Kutub Utara. Bertahun-tahun tiada kabar selanjutnya mengenai
ketiga orang petualang itu. Akhirnya pada tahun 1930 diketemukan jenazah para
petualang itu di White Island dengan barang-barang perlengkapannya, termasuk
beberapa lembar foto negatif yang diambil oleh Andree. Ketiga petualang
yang malang itu terpaksa mendarat di atas gumpalan es terapung dan berusaha
mencapai White Island, tempat mereka meninggal karena udara dingin.
Munculnya Kapal Seplin
Kehancuran
ekspedisi Andree sudah jelas menunjukkan keganasan alam jika terbang dengan
balon bebas. Dari sejak semula terbang dengan pesawat lebih-ringan-dari-udara,
telah diusahakan untuk mengembangkan pesawat seplin, yaitu sebuah balon yang
dapat sepenuhnya dikendalikan selama berada di udara. Beberapa mahasiswa yang
pertama-tama sekali mempelajari aeronautika berpendapat bahwa masalah ini dapat
dilakukan dengan cara menggunakan layar, dayung, dan kemudi, tetapi alat-alat
semacam itu terbukti tidak berhasil.
Pada tahun
1851 seorang bangsa Perancis bernama Henri Giffard memperlengkapi balon raksasa
ini dengan sebuah mesin uap yang menggerakkan baling-baling. Pesawat seplin
Giffard memang dapat terbang mencapai ketinggian 1.520 m. Demikian juga pesawat
ini dapat dikendalikan dengan baik sekali, tetapi pesawat ini benar-benar
lamban sekali. Di hari-hari tidak berangin kecepatan tinggi pesawat ini sedikit
di atas kecepatan berjalan kaki. Kenyataan memang menunjukkan bahwa mesinnya
terlalu berat, dibandingkan dengan tenaga yang dapat ditimbulkannya.
Tidak sampai
berkembangya mesin bensin ringan, pesawat-pesawat seplin yang berhasil baik
dapat diselesaikan. Alberto Santos-Dumont, seorang bangsa Brasil kaya-raya yang
hidup di Paris, membangun 14 pesawat seplin yang ditangani oleh mesin bensin,
antara tahun 1898 dan 1908. dengan salah satu pesawat udaranya ini ia
memenangkan sebuah hadiah Rp 20 juta untuk naik ke udara di tempat hanya
beberapa jauhnya dari Menara Eiffel, mengelilingi menara, dalam waktu setengah
jam. Pesawat seplin Santos-Dumont memang masih benar-benar primitif.
Pesawat-pesawatnya terdiri atas balon yang berbentuk sosis yang di bawahnya
terdapat lunas kecil–yang memuat mesin dan awak pesawat terambin.
0 Response to "Sejarah Penerbangan"
Post a Comment