Pesan Umum Surah Asy-Syarh.[94]
Menurut sebagian mufasir, Surah asy-Syarh.[94] turun untuk menghibur Nabi Muhammad saw. yang pada saat itu ditinggal mati oleh istri dan pamannya. Dengan meninggalkan dua orang terdekatnya tersebut Rasulullah sangat berduka. Allah mengobati kesedihan beliau dengan menurunkan Surah asy-Syarh.[94] ini.
Surah asy-Syarh. [94] diawali dengan pertanyaan yang berarti penegasan bahwa, ”Bukankah Kami telah melapangkan dadamu (Muhammad)? Dan Kami pun telah menurunkan bebanmu darimu, yang memberatkan punggungmu.” Tiga ayat ini memberikan penjelasan bahwa dalam perjalanan dakwah, Rasulullah menghadapi berbagai kesedihan dan kesulitan. Dengan petunjuk dan bimbingan dari Allah, hati Rasulullah kian lapang sehingga siap menghadapi kesedihan dan kesulitan tersebut. Beban berat yang dimaksud pada ayat ini, menurut riwayat Abu Ubaidah adalah berupa tanggung jawab nubuwwat (kenabian).
Dalam menyampaikan dakwah, Rasulullah sering menghadapi tantangan dan hambatan dari kaumnya. Mereka pada umumnya menolak seruan Rasulullah dan memilih tetap pada kemusyrikan. Meskipun ada yang menerima, mereka adalah dari golongan orang-orang lemah. Orang yang mula-mula masuk Islam (as-sabiqunal awwalun) sedikit sekali dari golongan yang berpengaruh atau memiliki kekuasaan. (Hamka. 2006: halaman 196)
Beban berat yang ditanggung Rasulullah sepadan dengan penghargaan kepada beliau. Pada ayat selanjutnya ditegaskan bahwa Allah telah meninggikan derajat Nabi Muhammad saw. Dijelaskan oleh para mufasir bahwa nama Muhammad selalu mengiringi pada penyebutan nama Allah, yaitu dalam kalimat syahadat. Kalimat syahadat ini yang paling sering diucapkan kaum mukmin di penjuru bumi, mulai dari ketika melantunkan azan dan iqamah, pembacaan doa-doa, hingga khotbah-khotbah keagamaan.
Pada dua ayat kelanjutannya berisi pernyataan bahwa setelah kesulitan selalu diikuti kemudahan. Ini merupakan sunatullah. Tidak ada yang selalu menyulitkan, sebaliknya pula tidak ada yang selalu menyenangkan. Merupakan hukum alam jika kesulitan berakhir dengan kemudahan, kerja keras berakhir dengan hasil maksimal, kesabaran menanggung kesedihan akan berakhir dengan kegembiraan, ketekunan dalam belajar pasti berakhir dengan kepandaian ilmu, dan seterusnya.
Dengan penegasan ayat di atas, mestinya kita tidak perlu gentar dalam menghadapi kesukaran. Jika kita mau menggunakan kemampuan diri secara maksimal, kesukaran apa pun akan ditemukan jalan keluarnya.
Pesan pokok pada kelanjutan ayatnya, jika kita telah menyelesaikan suatu urusan, harus melanjutkan dengan urusan lainnya. Kita tidak berhenti pada target yang telah dibuat, tetapi tetap membuat rencana-rencana baru dan mewujudkannya dengan kembali bekerja secara sungguhsungguh. Pada akhir ayat ini kita diingatkan bahwa hanya kepada Allah Swt. kita berharap. Setelah berusaha dan berdoa, kita dianjurkan bertawakal kepada Allah Swt.
Anjuran Bertawakal dalam Surah Asy-Syarh. [94]
Manusia merupakan makhluk Allah yang dikaruniai berbagai potensi diri berupa akal, mata hati, alat indra, maupun kekuatan fisiknya. Oleh karena itu, untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan, harus memanfaatkan potensi diri tersebut secara maksimal. Kita dilarang berpangku tangan untuk mendapatkan sesuatu tanpa disertai kerja keras. Bekerja keras merupakan kunci kesuksesan untuk meraih cita-cita yang kita inginkan. Bekerja keras juga masih perlu dilengkapi dengan berdoa kepada Allah Swt. Jika keduanya telah dilakukan, kita cukup bertawakal. Dengan demikian, bertawakal berarti berpasrah diri kepada Allah setelah kita berusaha secara maksimal dan berdoa. Kita serahkan kepada Allah tentang ketetapan yang terbaik bagi kita.
Jika usaha yang kita lakukan ternyata berakhir dengan kegagalan, kita tetap harus sabar. Kita yakini bahwa kegagalan yang kita hadapi tersebut hanya ujian dari Allah Swt. Kegagalan tersebut bahkan merupakan pertanda awal dari kesuksesan pada masa datang. Dengan kegagalan ini, justru sering memberikan kekuatan kepada kita untuk meraih sesuatu yang lebih baik.
0 Response to "Kandungan Surah Asy-Syarh. [94]"
Post a Comment