Sejak awal Februari, suasana merah jambu mulai tampak menghiasi pusat pertokoan dan kafe. Bahkan, media pun turut menyosialisasikan suasana ini. Tidak hanya di Barat, daerah asalnya, tapi juga merambah ke seluruh dunia.
Seperti tahun-tahun lalu, kaum muda, terutama kaum remaja antusias mempersiapkan valentine. Konon, hari tersebut merupakan ajang mengungkapkan cinta pada special someone. Padahal, valentine itu bukan budaya kita. Sebaiknya, kita tidak usah ikut latah merayakan acara itu. Lebih baik ikut aktivitas lain yang lebih bermutu dan bermanfaat.
Kok, dapat, sih, valentine sampai ke sini? Sejarah valentine sendiri banyak versi. Ada yang mengatakan bahwa 14 Februari itu untuk memperingati wafatnya Saint Valentine. Ia, yang dianggap suci ini, berani menikahkan sepasang pengantin secara rahasia. Padahal, ketika itu, laki-laki tidak boleh menikah dengan perempuan karena laki-laki harus menjadi tentara. Akhirnya, ia ketahuan dan dimasukkan ke penjara, lalu dijatuhi hukuman mati. Nah, jelas, kan, tidak ada hubungannya sama sekali dengan budaya kita.
Mudah-mudahan setelah kamu tahu cerita sebenarnya, kamu jadi tidak berminat lagi ikut valentine-an begitu. By the way, talk about love, sebenarnya bagaimana pandangan tentang cinta dan seputarnya?
Simak uraian berikut ya ....
Ketika kamu beranjak remaja, coba perhatikan tubuh kamu. Mulai berubah, kan? Pada remaja putri terjadi menstruasi dan pada remaja putra terjadi mimpi basah, disertai pula perubahan organ seks lainnya, yang berarti secara biologis, remaja siap bereproduksi. Faktor dari dalam ini turut mendorong kamu untuk lebih tertarik pada lawan jenis, so … don’t worry kalo seusia kamu tertarik, terkagum-kagum kepada seseorang yang cakep, keren, itu normal, kok. Apa, sih, yang terpikir oleh kamu tentang makna cinta? Cinta itu fitrah, datang begitu saja tanpa diundang. Kata ahli psikologi, cinta adalah sebuah perasaan terhadap seseorang yang menimbulkan hasrat untuk membahagiakan orang yang dicintainya. Tapi, tentu maknanya dapat lebih luas lagi, tanpa batas. Cinta dapat kita aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, seperti cinta pada orang tua, saudara, sahabat, dan yang lainnya termasuk pada someone, tapi…semuanya harus dalam tujuan meraih cinta Allah.
Cinta bersifat labil, mudah berubah, fluktuatif. Rasa itu datang tiba-tiba karena memang dengan kuasa Allah-lah terjadinya, juga kepada siapa dan mengapa, kita tidak dapat memilih. Begitu pun ketika kita sedang fallin’in love, segeralah introspeksi diri, saya sudah pantas belum, ya? Kalau hati kecil kamu menyatakan kamu belum pantas, forget it soon. Sebatas senang, suka, boleh saja, tapi lebih dari itu, apalagi sampai berkhayal dan mengangankan pacaran, itu tidak boleh. Kenapa? Karena, pacaran akan mendekatkan kita pada zina. Zina dapat datang melalui pandangan, perkataan, dan akhirnya perbuatan. Jadi, kamu-kamu harus berhati-hati, ya? Say no untuk pacaran.
Coba, deh, kamu pikir, kayaknya pasti lebih banyak mudarat-nya, (keburukannya) dibandingkan kebaikannya. Gak usah sedih atau jealous kalau ada teman yang pacaran. Justru kita harus bangga karena kita lebih mampu menahan diri sehingga dapat lebih fokus belajar. Terus kalau pacaran, biasanya, kan, ada bertengkarnya. Wah, untung, kan, yang gak punya pacar, gak pernah sakit hati. He ... he... he .... Yakin, senangnya orang yang pacaran itu cuma semu, sebentar. Kalau nanti telah tiba saatnya, Insya Allah dengan cara yang baik, kamu pasti mendapatkan ’cinta sejati’, yaitu dengan menikah. Eits, jangan dibayangkan sekarang …pamali, lho! At last, jangan takut ketika kamu mulai jatuh cinta. Rasa itu menandakan kamu normal, fitrah sebagai manusia yang beranjak dewasa. Hanya saja, cukup sebatas itu. Lebih baik mikirin bagaimana caranya agar masa muda kamu lebih bermanfaat dengan mencetak prestasi segudang, membahagiakan ortu, dan hal positif lainnya. Nah, mulai sekarang, niatkan dalam hati, meraih cinta Allah adalah segala-galanya, karena hanya itulah cinta hakiki, dunia walakhirat. Siap, kan.
0 Response to "Hubungan Valentine dengan Cinta Kasih"
Post a Comment