Kata “Isra” berasal dari bahasa Arab yang berarti perjalanan malam, sedangkan menurut istilah Isra’adalah perjalanan Nabi Muhammad Saw. pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil ‘Aqsha atau Baitul Maqdis di Palestina. Mi’raj berarti naik atau menuju keatas, menurut istilah Mi’raj adalah naiknya Nabi Muhammad Saw. dari Masjidil ‘Aqsha menuju ke al Arsy (Sidrotul Munthaha) untuk menghadap Allah Swt. Isra’ Mi’raj adalah pertolongan dari Allah Swt. untuk Nabi yang mulia ini.
Pada malam ke-27 Rajab dari tahun kesepuluh masa kenabian, ketika Rasulullah tertidur, tiba-tiba Jibril mendatangi beliau dengan membawa Buraq, yang dapat berlari kencang laksana kilat, lalu Jibril menaikkan beliau di atas Buraq ini yang kemudian dari sana beliau dinaikkan ke langit dan melihat tanda-tanda kebesaran Allah Swt. yang agung. Allah Swt. menceritakan peristiwa ini dalam firman-Nya: Artinya: ”Mahasuci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya) agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat.” (QS Al-Isra’ ; 1)
Perjalanan Nabi Muhammad Saw. dengan Malaikat Jibril yang pertama menuju Masjidil Aqsha di Palestina, selama perjalanan mereka singgah di lima tempat:
- Kota Yatsrib, sekarang disebut Madinah al-Munawarah.
- Kota Madyan, yaitu tempat persembunyian Nabi Musa as ketika dikejar tentara Fir’aun.
- Thursina, yaitu tempat Nabi Musa menerima kitab Taurat
- Bethlehem, yaitu tempat kelahiran Nabi Isa as
- Masjidil Aqsha di Pelestina, yaitu tempat yang dituju dalam perjalanan malam tersebut.
Di setiap persinggahan Nabi Muhammad Saw. selalu melakukan shalat dua rakaat. Nabi Muhammad Saw. juga disuguhi dua buah gelas yang berisi susu dan arak, Nabi Muhammad Saw. mengambil sebuah gelas yang berisi susu, kemudian Malaikat Jibril mengucapkan selamat kepada Nabi Muhammad Saw. karena beliau telah memilih yang baik bagi dirinya dan umatnya. Setelah menjadi imam shalat Rasulullah Saw. bersama Malaikat Jibril menuju Sidratul munthaha untuk menghadap Allah Swt. Dalam perjalanan menuju sidrotul munthaha Nabi Muhammad Saw. dan Malikat Jibril singgah di tujuh lapis langit yaitu :
- Langit pertama, Rasulullah Saw. bertemu dengan Nabi Adam
- Langit kedua, Rasulullah Saw. bertemu dengan Nabi Yahya dan Nabi Ishaq
- Langit ketiga, Rasulullah Saw. bertemu dengan Nabi Yusuf
- Langit keempat, Rasulullah Saw. bertemu dengan Nabi Idris
- Langit kelima, Rasulullah Saw. bertemu dengan Nabi Harun
- Langit keenam, Rasulullah Saw. bertemu dengan Nabi Musa
- Langit ketujuh, Rasulullah Saw. bertemu dengan Nabi Ibrahim
Setelah melewati ke tujuh lapis langit tersebut Rasulullah Saw. diajak ke Baitul Makmur tempat para malaikat melaksanakan thawaf. Kemudian Rasulullah Saw. naik menuju sidratul munthaha dan dalam perjalanan ini malaikat Jibril tidak ikut serta. Kemudian Nabi Muhammad Saw. berjumpa dengan Allah Swt., dalam pertemuan tersebut Allha Swt. memerintahkan kepada Nabi Muhammad Saw. untuk melaksanakan shalat sebanyak lima puluh waktu. Ketika hendak turun nabi Muhammad Saw. bertemu dengan Nabi Musa AS dan diceriterakanlah apa yang telah diperintahkan Allha Swt. kepada Nabi Muhammad Saw., Nabi Musa menyuruh Rasulullah Saw. untuk kembali menghadap Allah Swt. untuk memohon keringanan perintah shalat, Allah Swt. memberi keringanan kepada Nabi Muhammad Saw. menjadi lima waktu untuk setiap harinya. Dan Allah Swt. menjanjikan pahala yang sama bagi umat Nabi Muhammad Saw. seperti melaksanakan shalat 50 waktu.
Peristiwa Isra’ dan Mi’raj Nabi Muhammad Saw. dalam waktu singkat telah tersebar luas kabarnya di masyarakat Mekkah. Mengenai peristiwa itu kaum kafir Quraisy semakin membenci serta mengejek dan mencemooh Nabi Muhammad Saw. Abu Jahal menantang kepada Nabi Muhammad Saw. untuk menceriterakan peristiwa itu kepada masyarakat Mekkah, setelah masyarakat Mekkah berkumpul maka Nabi Muhammad Saw. menceriterakan peristiwa itu dengan rinci dan tiada yang terlewati. Mendengar cerita Nabi Muhammad Saw. bagi umat Islam yang masih lemah imannya banyak yang menjadi murtad tetapi bagi yang kuat imannya tetap tidak tergoyahkan dan tidak terpengaruh oleh ejekan itu, sebab mereka telah yakin tentang kebenaran Nabi Muhammad Saw.
Cerita lain dari peristiwa ini terhadap apa yang dilakukan Abu Bakar Ash Shidiq, ia mempunyai sikap yang berbeda dengan yang lain, setelah ia datangi orang-orang yang masih ragu dengan peristiwa Isra’ Mi’raj, ia mendatangi Rasulullah Saw. dan meminta penjelasan langsung dari beliau. Setelah mendengar sendiri dari Rasulullah Saw. Abu Bakar Ash Shidiq langsung menerimanya, oleh sebab itu Nabi Muhammad Saw. memanggilnya dengan sebutan ”Ash-Shidiq”.
0 Response to "Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad Saw."
Post a Comment