Perkembangan dan Pemerintahan Islam di Turki


Perkembangan dan pemerintahan Islam di Turki sebenarnya tidak lepas dari peranan kerajaan turki Usmani yang berada dibawah dinasti Utsmaniyyah atau pemerintahan Utsman. 

Latar Belakang Pendirian Turki Utsmani
Pendiri kerajaan ini adalah bangsa Turki dari kabilah Qayigh Ughuz yang mendiami daerah Mongol dan daerah utara negeri Cina (Tiongkok) yang dipimpin oleh Sulaiman Syah. Mereka meninggalkan tanah tempat kediaman mereka yang asal, berpindah ke Turkistan. Dari Turkistan mereka berpindah-pindah seperti ke Persia dan Irak. Kepindahan mereka disebabkan serangan bangsa Mongol yang telah lama berkuasa di Asia tengah dan Asia Barat di bawah pimpinan rajanya yang masyhur bernama Jengis Khan.


Bangsa Turki berlarut-larut mengembara hingga mereka ke tepi sungai efrat. Ketika menyebrangi sungai Efrat, pemimpin mereka bernama Sulaiman hanyut terbawa deras air sungai Efrat hingga meninggal dunia disebabkan karena banjir banding (1228 M).

Kecelakaan di sungai Efrat membuat suku Qayigh Ughuz yang dipimpin oleh Sulaiman Syah terpecah menjadi dua. Sebagian kembali ke daerah asalnya dan sebagian lagi melanjutkan perjalanan. Kelompok yang melanjutkan perjalanan di pimpin oleh anaknya Sulaiman Syah yaitu Erthogrol hingga mereka pun sampai di Asia Kecil. Dalam perjalanannya di dekat Negara Angora, mereka menjumpai dua pasukan tentara yang sedang berperang. Dua pasukan yang sedang berperang itu adalah bangsa Mongol dan Turki Saljuk. Rombongan di bawah pimpinan Erthogrol tersebut turut berperang membantu pasukan yang lemah, yaitu Turki Saljuk. Pimpinan Turki Saljuk waktu itu bernama Alaudin Sultan Bani Saljuk. Berkat bantuan itu, Turki Saljuk dapat memenangkan peperangan melawan tentara bangsa Mongol.

Setelah Bani Saljuk memperoleh kemenangan, lalu Alaudin memberikan hadiah sebagai balas jasa kepada pasukan atau rombongan Erthogrol. Hadiah yang diberikan oleh Alaudin adalah suatu daerah di bagian Iskisyhar, dibatas kerajaan Byzantium dekat Brussa. Di daerah itulah bermula tumbuh suburnya kerajaan Turki Usmani.


Pertumbuhan Kerajaan Turki Utsmani
1. Perluasan Wilayah
Erthogrol adalah pemimpin Turki Usmani yang telah mendapat suatu daerah di bagian Iskisyhar. Daerah ini mereka jadikan ibukota kerajaan untuk mengembangkan perjuangan umat Islam, khususnya di Turki Usmani. Setelah Erthogrol meninggal dunia pada tahun 1289 M, kepemimpinan dilanjutkan oleh puteranya bernama Usman. Putra Erthogrol inilah yang dianggap sebagai pendiri kerajaan Usmani. Usman memerintah antara tahun 1290 M-1326 M. Sebagaimana ayahnya, ia banyak berjasa kepada Sultan Alaudin II dengan keberhasilannya menduduki benteng-benteng Bizantium yang berdekatan dengan kota Broessa.

Pada tahun 1300 M, bangsa Mongol menyerang kerajaan Saljuk sehingga Alauddin terbunuh. Kerajaan Saljuk ini kemudian terpecah-pecah dalam beberapa kerajaan kecil. Usman pun menyatakan kemerdekaan dan berkuasa penuh atas daerah yang didudukinya. Sejak itulah kerajaan Usman dinyatakan berdiri.

Pengurus pertamanya adalah Usman yang sering juga disebut Usman I Setelah Usman I menyatakan dirinya sebagai Padisyah Al Usman (Raja besar keluarga Usman) tahun 699 H (1300 M) setapak demi setapak wilayah kerajaan dapat diperluasnya. Ia menyerang daerah perbatasan Bizantium dan menaklukkan kota Broessa tahun 1317 M, kemudian pada tahun 1326 M dijadikan sebagai kota kerajaan.

2. Kemajuan yang dicapai pada Masa Turki Usmani
Kemajuan dan perkembangan ekspansi kerajaan Turki Osmani yang demikian luas dan berlangsung dengan cepat itu diikuti oleh kemajuan-kemajuan dalam bidang-bidang lainnya. Adapun kemajuan yang terpenting diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Bidang Kemiliteran
Para pemimpin kerajaan Turki Usmani pada masa-masa pertama adalah orang-orang yang kuat, sehingga kerajaan dapat melakukan ekspansi dengan cepat dan luas. Faktor terpentiang adalah keberanian, keterampilan, ketangguhan, dan kekuatan militernya yang sanggup bertempur kapan dan dimana saja.

b. Bidang Ilmu Pengetahuan dan Budaya
Kebudayaan turki Usmani merupakan perpaduan bermacam-macam kebudayaan, diantaranya kebudayaan Persia, Bizantium dan Arab. Dari kebudayaan Persia mereka banyak mengambil ajaran-ajaran etika dan tata karma dalam istana raja-raja. Organisasi pemerintahan dan kemiliteran banyak mereka serap dari Bizantium, sedangkan ajaran tentang prinsip-prinsip ekonomi, sosial dan kemasyarakatan, keilmuan, dan huruf mereka terima dari bangsa Arab.

c. Bidang Keagamaan
Agama dalam tradisi masyarakat Turki mempunyai peranan besar dalam lapangan sosial dan politik. Karena itu, ulama mempunyai tempat tersendiri dan berperan besar dalam kerajaan dan masyarakat. Dalam kajian-kajian keagamaan, seperti fikih, ilmu kalam, tafsir dan hadits bisa dikatakan tidak mengalami perkembangan yang berarti. Para penguasa lebih cenderung untuk menegakkan satu paham ( Madzhab) keagamaan dan menekan madzhab lainnya, seperti yang dilakukan Sultan Abdil al-Hamid II, ia begitu fanatik terhadap aliran Asy'ariyah. Untuk itu ia memerintah Syekh Husein al-Jisri menulis kitab Al-Husnu a-Hamidiyyah untuk melestarikan aliran yang dianutnya. Akibat lainnya adalah ijtihad tidak berkembang. Ulama hanya suka menulis dalam bentuk sarah (penjelasan) terhadap karya-karya klasik.

3. Masa Kesultanan
a. Sultan Ustman bin Urtoghal (699-726 H/ 1294-1326 M)
Pada tahun 699 H usman melakukan perlusan kekuasaannya sampai ke Romawi Bizantium setelah ia mengalahkan Alauddin Saljuk. Usman diberi gelar sebagai Padisyah Al-Usman (Raja besar keluarga usman), gelar inilah yang dijuliki sebagi Daulah Usmaniyyah. Usman berusaha memperkuat tentara dan memajukan negrinya. kepada raja-raja kecil dibuat suatu peraturan untuk memilih salah satu dari tiga hal, yaitu:
1) Masuk Islam
2) Membayar Jizyah; atau
3) Berperang

Penerapan sistem ini membawa hasil yang menggembirakan, yaitu banyak raja-raja kecil yang tunduk kepada Usman.

b. Sultan Urkhan bin Utsman (726-761 H/ 1326-1359 M)
Sultan Urkhan adalah putera Utsman I. sebelum urkhan ditetapkan menjadi raja, ia telah banyak membantu perjuangan ayahnya. Dia telah menjadikan Brousse sebagai ibu kota kerajaannya. Pada masa pemerintahannya, dia berhsil mengalahkan dan menguasai sejumlah kota di selat Dardanil. Tentara baru yang dibentuk oleh Urkhan I diberi nama Inkisyaiah. Pasukan ini dilengkapi dengan persenjataan dan pakaian seragam. Di zaman inilah pertama kali dipergunakan senjata meriam.


c. Sultan Murad I bin Urkhan (761-791 H/ 1359-1389 M)
Pengganti sultan Urkhan adalah Sultan Murad I. selain memantapkan keamanan di dalam negrinya, sultan juga meneruskan perjuangan dan menaklukkan bebrapa daerah ke benua Eropa. Ia menaklukkan Adrianopel, yang kemudian dijadikan sebagai ibukota kerajaan yang baru serta membentuk pasukan berkuda (Kaveleri). Perjuangannya terus dilanjutkan dengan menaklukkan Macedonia, Shopia ibukota Bulgaria, dan seluruh wilayah bagian utara Yunani. Karena banyaknya kota-kota yang ditaklukkan oleh Murad I, pada waktu itu bangsa Eropa mulai cemas. Akhirnya raja-raja Kristen Balkan meminta bantuan Paus Urban II untuk mengusir kaum muslimin dari daratan Eropa. Maka peperangan antara pasukan Islam dan Kristen Eropa pada tahun 765 H (1362 M). Peperangan itu dimenangkan oleh pasukan Murad I, sehingga Balkan jatuh ke tangan umat Islam. Selanjutnya pasukan Murad I merayap terus menguasai Eropa Timur seperti Somakov, Sopia Monatsir, dan Saloniki.

d. Sultan Bayazid I bin Murad ( 791-805 H/ 1389-1403 M)
Bayazid adalah putra Murad I. Ia meneruskan perjuangan ayahnya dengan memperluas wilayahnya seperti Eiden, Sharukan, dan Mutasya di Asia Kecil dan Negri-negri bekas kekuasaan Bani saluki. Bayazid sangat besar pengaruhnya, sehingga mencemaskan Paus. Kemudian Paus Bonifacius mengadakan penyerangan terhadap pasukan Bayazid, dan peperangan inilah yang merupakan cikal bakal terjadinya Perang Salib.

Tentara Salib ketika itu terdiri dari berbagai bangsa, namun dapat dilumpuhkan oleh pasukan Bayazid. Namun pada peperangan berikutnya ketika melawan Timur Lenk di Ankara, Bayazid dapat ditaklukkan, sehingga mengalami kekalahan dan ketika itu Bayazid bersama putranya Musa tertawan dan wafat dalam tahanan Timur Lenk pada tahun 1403 M.

Kekalahan Bayazid di Ankara itu membawa akibat buruk bagi Turki Usmani, sehingga penguasa-penguasa Saljuk di Asia Kecil satu persatu melepaskan diri dari genggaman Turki Usmani. Hal ini berlangsung sampai pengganti Bayazid muncul.

e. Sultan Muhammad I bin Bayazid (816-824 H/ 1403-1421 M)
Kekalahan Bayazid membawa akibat buruk terhadap penguasa-penguasa Islam yang semula berada di bawah kekuasaan Turki Usmani, sebab satu sama lain berebutan, seperti wilayah Serbia, dan Bulgeria melepaskan diri dari Turki Usmani. Suasana buruk ini baru berakhir setelah Sultan Muhammad I putra Bayazid dapat mengatasinya. Sultan Muhammad I berusaha keras menyatukan kembali negaranya yang telah bercerai berai itu kepada keadaan semula.

Berkat usahanya yang tidak mengenal lelah, Sultan Muhammad I dapat mengangkat citra Turki Usmani sehingga dapat bangkit kembali, yaitu dengan menyusun pemerintahan, memperkuat tentara dan memperbaiki kehidupan masyarakat. Akan tetapi saat rakyat sedang mengharapkan kepemimpinannya yang penuh kebijaksaan itu, pada tahun 824 H (1421 M) Sultan Muhammad I meninggal.

f. Sultan Murad II bin Muhammad (824-855 H/ 1421-1451 M)
Sepeninggalannya Sultan Muhammad I, pemerintahan diambil alih oleh Sulatan Murad II. Cita-citanya adalah melanjutkan usaha perjuangan Muhammad I. Perjuangan yang dilaksanakannya adalah untuk menguasai kembali daerah-daerah yang terlepas dari kerajaan Turki Usmani sebelumnya. Daerah pertama yang dikuasainya adalah Asia Kecil, Salonika Albania, Falokh, dan Hongaria.

Setelah bertambahnya beberapa daerah yang dapat dikuasai tentara Islam, Paus Egenius VI kembali menyerukan Perang Salib. Tentara Sultan Murad II menderita kekalahan dalam perang salib itu. Akan tetapi dengan bantuan putranya yang bernama Muhammad, perjuangan Murad II dapat dilanjutkan kembali yang pada akhirnya Murad II kembali berjaya dan keadaan menjadi normal kembali sampai akhir kekuasaan diserahkan kepada putranya bernama Sultan Muhammad Al-Fatih.

g. Sultan Muhammad Al-Fatih (855-886 H/ 1451-1481 M)
Setelah Sultan Murad II meninggal dunia, pemerintahan kerajaan Turki Usmani dipimpin oleh putranya Muhammad II atau Muhammad Al-Fatih. Ia diberi gelar Al-fatih karena dapat menaklukkan Konstantinopel. Muhammad Al-Fatih berusaha membangkitkan kembali sejarah umat Islam sampai dapat menaklukkan Konstantinopel sebagai ibukota Bizantium. Konstantinopel adalah kota yang sangat penting dan belum pernah dikuasai raja-raja Islam sebelumnya.

Seperti halnya raja-raja dinasti Turki Usmani sebelumnya, Muhammad Al Fatih dianggap sebagi pembuka pintu bagi perubahan dan perkembangan Islam yang dipimpin Muhammad.Tiga alasan Muhammad menaklukkan Konstantinopel, yaitu:
  • Dorongan iman kepada Allah SWT, dan semangat perjuangan berdasarkan hadits Nabi Muhammad saw untuk menyebarkan ajaran Islam.
  • Kota Konstantinopel sebagai pusat kemegahan bangsa Romawi.
  • Negrinya sangat indah dan letaknya strategis untuk dijadikan pusat kerajaan atau perjuangan.
Usaha mula-mula umat Islam untuk menguasai kota Konstantinopel dengan cara mendirikan benteng besar di pinggir Bosporus yang berhadapan dengan benteng yang didirikan Bayazid. Benteng Bosporus ini dikenal dengan nama Rumli Haisar (Benteng Rum). Benteng yang didirikan umat Islam pada zaman Muhammad Al-Fatih itu dijadikan sebagai pusat persediaan perang untuk menyerang kota Konstantinopel. Setelah segala sesuatunya dianggap cukup, dilakukan pengepungan selama 9 bulan. Akhirnya kota Konstantinopel jatuh ke tangan umat Islam ( 29 Mei 1453 M) dan Kaitsar Bizantium tewas bersama tentara Romawi Timur. Setelah memasuki Konstantinopel disana terdapat sebuah gereja Aya Sofia yang kemudian dijadikan mesjid bagi umat Islam.

Setelah kota Konstantinopel dapat ditaklukkan, akhirnya kota itupun dijadikan sebagai ibukota kerajaan Turki Usmani dan namanya diganti menjadi Istanbul. Jatuhnya kota Konstantinopel ke tangan umat Islam, berturut-turut pula dapat dikuasai negri sekitarnya seperti Servia, Athena, Mora, Bosnia, dan Italia.

Setelah pemerintahan Sultan Muhammad, berturut-turut kerajaan Islam dipimpin oleh beberapa Sultan, yaitu:
1. Sultan Bayazid II (1481-1512 M)
2. Sultan Salim I (918-926 H/ 1512-1520 M)
3. Sultan Sulaiman (926-974 H/ 1520-1566 M)
4. Sultan Salim II (974-1171 H/ 1566-1573 M)
5. Sultan Murad III ( 1573-1596 M)

Setelah pemerintahan Sultan Murad III, dilanjutkan oleh 20 orang Sultan Turki Usmani sampai berdirinya Republik Islam Turki. Akan tetapi kekuasaan sultan-sultan tersebut tidak sebesar kerajaan-kerajaan sultan-sultan sebelumnya. Para sultan itu lebih suka bersenang-senang., sehingga melupakan kepentingan perjuangan umat Islam. Akibatnya, dinasti turki Usmani dapat diserang oleh tentara Eropa, seperti Inggris, Perancis, dan Rusia. Sehingga kekuasaan Turki Usmani semakin lemah dan berkurang karena beberapa negri kekuasaannya memisahkan diri,diantaranya adalah:
1. Rumania melepaskan diri dari Turki Usmani pada bulan Maret 1877 M.
2. Inggris diizinkan menduduki Siprus bulan April 1878 M.
3. Bezarabia, Karus, Ardhan, dan Bathum dikuasai Rusia.
4. Katur kemudian menjadi daerah kekeusaan Persia.



Kemunduran Kerajaan Turki Utsmani
Kemunduran dan kehancuran kerajaan Turki Usmani berawal sejak wafatnya Sultan Sulaiman Al-Qanuni (1566 M). Sementara pengganti-penggantinya seperti Salim II (1566-1573 M), Sultan Murad III (1574-1595 M), Sultan Muhammad III (1595-1603 M), Sultan Ahmad I (1603-1617 M), Mustafa I (1617-1618 M), dan seterusnya ternyata kurang mampu mempertahankan kejayaan yang pernah dicapai kerajaan Turki Usmani pada masa-masa sebelumnya.

Faktor yang menyebabkan kemunduran kerajaan Turki Usmani adalah sebagai berikut :
  1. Karena amat luasnya kekuasaan Turki Usmani, administrasi pemerintahannya amat rumit dan komplek. Sementara dilain pihak memang pengaturannya tidak ditunjang dengan sumber daya yang berkualitas, malahan keinginannya terus memperluas daerahnya dengan peperangan terus menerus sehingga banyak mengorbankan tenaga dan waktu bukan dipakai untuk membangun negara.
  2. Beragamnya penduduk, baik ditinjau dari suku, budaya, bahkan perbedaan agama menyebabkan pengaturannya pun beragam pula.
  3. Karena lemahnya para penguasa sepeninggal Sulaiman Al-Qanuni akibat dari kepemimpinan para sultan yang lemah sehingga membuat Negara hancur dan melemah.
  4. Maraknya budaya 'pungli' dikalangan para pejabat yang ingin naik jabatan-jabatan penting, sehingga pudarlah moral para penguasa Turki.
  5. Akibat pemberontakan tentara Jenissari yang semula pendukung kekuatan Turki Usmani, sekarang menjadi terbalik menyerang Turki Usmani.
  6. Merosotnya perekonomian karena banyaknya peperangan.
  7. Akibat terhentinya kegiatan ilmu pengetahuan.

(Sumber: G+)



0 Response to "Perkembangan dan Pemerintahan Islam di Turki "

Post a Comment