Sejarah Singkat Kerajaan Romawi
Tidak banyak yang diketahui tentang sejarah Kerajaan Romawi karena tidak ada sumber tertulis yang berasal dari zaman tersebut dan kebanyakan sumber ditulis berasal dari legenda. Hal ini dikarenakan pada tahun 390 SM, bangsa Galia menyerang Roma dan menghancurkan semua catatan sejarah, sehingga tidak ada catatan sejarah dari masa kerajaan. Berdasarkan benda pecah belah yang ditemukan pada situs Romawi di sungai Tiber di daratan Latium, diperkirakan benda tersebut sudah ada di sana sekitar 1400 SM. Sedangkan sarjana kuno mengandalkan mitos yang ada untuk menentukan berdirinya Romawi, yaitu pada tahun 753 SM. Meski terdapat tumpang tindih mengenai fakta dan legenda dalam berdirinya Kota Romawi, namun ada beberapa tempat dan tokoh yang disebutkan dalam sejarah yang memiliki kesamaan dengan dalam legenda.
Menurut legenda, Kota Roma didirikan pada tahun 753 SM oleh suku bangsa lokal yang telah membangun perkemahan di tujuh bukit di sekeliling Roma. Tempat tersebut di sekitar Bukit Palatine di sepanjang sungai Tiber di Italia Tengah. Wilayah itu subur dan bukit-bukitnya menyediakan perlindungan sehingga tempat itu mudah dipertahankan. Hal ini ikut berperan dalam kejayaan Roma kelak. Berdasarkan legenda tersebut, Roma didirikan oleh kakak beradik cucu Raja Numitor, Romulus dan Remus. Namun mereka bertikai hingga Remus terbunuh sehingga Romulus menjadi raja Roma yang pertama. Faktanya, memang terdapat tujuh bukit yang mengelilingi Roma yang nantinya dijadikan pusat perdagangan yang didirikan pada tahun 625 SM yang disebut Forum.
Warga Roma terdiri atas orang Sabin dan Latin yang bersatu membangun sebuah kota. Akan tetapi, mereka merasa bahwa mereka adalah bangsa Romawi. Sebagai masyarakat baru, mereka berusaha untuk menjadi yang lebih baik dari yang lainnya. Mereka memperoleh berbagai pemikiran baru mengenai kebudayaan dan masyarakat dari bangsa Etruska, serta para pedagang dari Yunani dan Kartago. Bangsa Etruska sendiri memiliki kebudayaan yang mengadopsi dari bangsa Yunani, di antaranya adalah huruf atau abjad, baju serta dewa yang mereka sembah adalah Dewa Yunani. Hal ini membuat budaya Yunani menjadi sama dengan budaya Romawi, bahkan bangsa Romawi mengambil alih budaya-budaya tersebut menjadi budaya utama bangsa Romawi.
Legenda mengisahkan ada tujuh raja yang memerintah Romawi selama 240 tahun. Raja-raja tersebut adalah:
1. Romulus
Romulus adalah satu-satunya raja Romawi yang tidak dipilih rakyat karena ia merupakan raja pertama sekaligus pendiri Romawi.
2. Numa Pompilius
Numa pompilius adalah orang Sabin yang dipilih karena reputasinya sebagai orang yang adil dan beriman. Numa memerintah selama 43 tahun dan meninggal secara alami
3. Tullus Hostilius
Tullus Hostilius adalah raja yang lebih suka berperang dibanding mengurusi masalah keagamaan. Dia membangun tempat baru untuk senat, Curia Hostilia, yang bertahan sampai 500 tahun setelah kematiannya.
4. Ancus Marcius
Setelah kematian Tullus Hostilius yang misterius, senat Romawi memilih cucu Numa Pompilius, Ancus Marcius sebagai raja. Seperti kakeknya, Ancus Marcius lebih suka perdamaian dan hanya berperang jika dia diserang. Dia melakukan kesepakatan damai dengan kerajaan tetangga Roma dan membuat mereka bersekutu dengan Roma. Dia banyak membangun infrastruktur, seperti penjara pertama Roma, pelabuhan, pabrik garam, membangun jembatan pertama yang melalui sungai Tiber. Dia memimpin selama 25 tahun dan meninggal secara alami seperti kakeknya.
5. Tarquinius Priscus
Tarquinius Priscus merupakan keturunan Etruska dan diadopsi oleh Ancus Marcius. Dalam masa pemerintahannya, dia memenangkan banyak peperangan, menambahkan 100 anggota dari suku Etruska ke dalam senat, membangun kuil Jupiter, Circus Maximus (arena balap kereta kuda), mendirikan Forum Romawi, mengadakan kompetisi olahraga Romawi. Dia menjadi raja selama 25 tahun, dia dibunuh oleh anak kandung Ancus Marcius.
6. Servius Tullius
Tarquinius Priscus digantikan oleh menantunya, Servius Tullius. Servius adalah raja Roma kedua yang merupakan keturunan Etruska. Dia mendirikan Dewan Centuria dan Dewan Suku. Dia membangun kuil Diana dan tembok yang mengelilingi tujuh bukit di Roma. Dia memerintah selama 44 tahun kemudian dibunuh oleh putrinya (Tullia) dan menantunya (Tarquinius Superbus).
7. Tarquinius Superbus
Tarquinius Superbus anak dari Tarquinius Priscus dan menantu Servius Tullius. Tarquinius Superbus juga adalah orang Etruska. Masa pemerintahan Tarquinius Superbus diisi dengan kekejaman dan teror sehingga rakyat memberontak padanya. Kekuasaan Tarquinius Superbus berakhir pada 509 SM, sekaligus menandai berakhirnya pengaruh Etruska di Romawi dan pembentukan Republik. Sementara Tarquinius Superbus melarikan diri ke kota Tusculum dan kemudian ke Cumae, di mana ia meninggal dunia pada 496 SM.
Meskipun tujuh raja tersebut ada dalam legenda, tetapi raja terakhir Romawi, Tarquinius Superbus yang berasal dari bangsa Etruska memang disebut atau diakui sebagai raja terakhir yang memerintah Romawi sebelum akhirnya menjadi Republik Romawi.
Meskipun tujuh raja tersebut ada dalam legenda, tetapi raja terakhir Romawi, Tarquinius Superbus yang berasal dari bangsa Etruska memang disebut atau diakui sebagai raja terakhir yang memerintah Romawi sebelum akhirnya menjadi Republik Romawi.
Masa pemerintahan di bawah pimpinan raja pada saat itu tidak sama dengan kebanyakan. Hal ini dikarenakan raja tidak memiliki kekuasaan mutlak, mereka harus menghadapi satu majelis bangsawan. Majelis tersebut memiliki suara untuk memilih raja maupun menentukan apa yang dapat dilakukan oleh raja, terutama dalam peperangan.
Cara pemilihan raja pada saat itu adalah ketika seorang raja mati, maka memasuki masa interregnum. Kekuasaan tertinggi negara berpindah ke Senat, yang bertanggung jawab untuk mencari raja baru. Senat akan berkumpul dan menunjuk salah satu anggotanya sendiri (interrex) untuk bertugas selama lima hari dengan tujuan mengusulkan raja berikutnya.11 Dan berlanjut ke senator lainnya dan akan terus berlanjut sampai raja yang baru terpilih. Setelah interrex menemukan calon yang cocok, ia akan mengusulkannya pada Senat untuk dipertimbangkan. Jika Senat menyetujuinya, interrex akan mengusulkan kepada Majelis Curiate dan melakukan pemilihan oleh rakyat Romawi, menerima atau menolaknya. Raja terpilih harus menjalani upacara keagamaan yang dipimpin oleh seorang Augur sekaligus pemberian kewenangan dari Majelis Curiate.
Adanya pemerintahan yang kejam oleh raja ketujuh Romawi, akhirnya pada tahun 509 SM, para kaum elit bangsawan dapat menggulingkan monarki dan mendirikan sebuah pemerintahan baru yang dikenal sebagai republik yang diperintah oleh kaum patricia (kaum penguasa). Roma menjadi republik pertama dalam sejarah dunia.
Pada tahun 270 SM, mereka berhasil menguasai sebagian besar daerah Italia. Pada mulanya, Romawi tidak bermaksud menjadi kekuatan imperialis raksasa, mereka hanya melindungi diri dan memerangi tetangga yang ingin ikut campur dalam permasalahan mereka. Dengan alasan tersebut, bangsa Romawi terlibat dalam beberapa peperangan, di antaranya Perang Punik, yaitu bentrok dengan Kartago akibat sengketa dagang di laut Mediterania. Namun karena Romawi memiliki Jenderal Perang yang pemberani yang bernama Scipio, sehingga Romawi dapat memenangkan petempuran di Kartago dan mendirikan kota-kota baru. Mereka juga memberikan ketentraman, kemakmuran dan kewarganegaraan Romawi kepada penduduk taklukan yang mau bekerja sama. Hal ini menjadikan Romawi mampu menjadi pusat dunia Barat, mengambil alih peran Yunani dalam kurun waktu 500 tahun dan menjadi kekuatan yang dominan di Eropa dalam waktu kurang dari 200 tahun.
Setelah sistem monarki berakhir, Romawi memiliki beberapa jabatan atau lembaga baru yang masing-masing menangani persoalan yang dulunya di bawah wewenang seorang Raja. Jabatan atau lembaga tersebut adalah sebagai berikut.
1. Konsul
Konsul terdiri dari dua orang yang menggantikan kepemimpinan raja. Konsul dipilih untuk masa jabatan satu tahun16 dan konsul dapat membatalkan konsul yang lain. Pada awalnya, konsul memiliki kekuasaan seperti raja, namun kemudian dikurangi dengan adaya hakim-hakim yang memegang wewenang tertentu, misal Praetor (Otoritas Yudisial) dan Censor (hak melakukan sensus).
2. Diktator
Diktator memiliki jabatan yang mirip dengan raja, namun masa jabatannya terbatas, yaitu enam bulan. Diktator memiliki wewenang penuh atas masalah-masalah sipil dan militer. Kekuasaannya mutlak sehingga hanya berlaku pada masa-masa darurat. Diktator Romawi dipilih secara bebas, biasanya berasal dari jajaran konsul.
3. Rex Sacrorum dan Pontifex Mazimus
Rex Sacrorum adalah pejabat agama tertinggi di republik secara de jure yang mengadakan pengorbanan tahunan untuk Jupiter. Sedangkan Pontifex Maximmus adalah pejabat agama tertinggi secara de facto yang memegang sebagian besar wewenang keagamaan. Selain itu, seorang Pontifex juga memiliki kekuasaan untuk menunjuk dan mengangkat pejabat-pejabat keagamaan, bahkan mengangkat seorang Rex Sacrorum dan memperoleh hampir seluruh kewenangan keagamaan Romawi.
Romawi hampir memiliki raja kembali setelah terpilihnya Gaius Julius Caesar sebagai Pontifex Maximus dan Diktator seumur hidup yang memberinya kekuasaan lebih banyak daripada raja-raja terdahulu. Julius Caesar adalah seorang jenderal yang sangat kuat dan ambisius dan juga salah satu Jenderal Triumvirat, ia menaklukkan bangsa Celtik dan Gaul. Jauh sebelum Caesar lahir, Republik Romawi dipenuhi dengan perang saudara, pemberontakan kekuatan militer, korupsi dan ketidakpuasan terhadap dewan Senat sebagai pusat pemerintahan. Di bawah pimpinan Julius Caesar, Romawi mulai mewujudkan mimpinya dan berhasil menguasai hampir setengah Eropa. Namun, Caesar membuat suatu yang merusak tatanan politik Romawi iu sendiri dengan membuat hukum sendiri berdasarkan pemikirannya, menganggap dirinya sebagai Konsul dan Diktator. Hal ini membuat para tetua berpikir tentang adanya ancaman dari Caesar. Mengetahui hal tersebut, Caesar melakukan kudeta dan menyerang pemerintahan Romawi. Kemenangan penyerangan yang dilakukannya menyebabkan Caesar menjadi penguasa Romawi dan menciptakan jabatan Kaisar (baru terealisasi oleh Octavianus). Pengangkatannya sebagai diktator Romawi seumur hidup, memicu kemarahan kaum Republik sehingga mereka membunuh Caesar pada tahun 44 SM.
Gaius Julius Caesar Octavianus adalah penggantinya. Octavianus merupakan anak angkat sekaligus keponakan Julius Caesar. Bukan hanya jabatan yang besar yang ia warisi, ia juga harus menyelesaikan masalah-masalah yang ditimbulkan pamannya, mendapatkan perlawanan dari para pesaingnya dan mengungkap pembunuhan pamannya. Setelah mengungkap pembunuhan Caesar, ia membagi wilayah pemerintahan kepada Triumvirat yang ia bentuk (Triumvirat kedua). Akan tetapi, salah satu Triumvirat (Antonius) dikabarkan akan memberikan kota Roma kepada Ratu Mesir
(Cleopatra) sehingga menimbulkan peperangan (Pertempuran Actium pada 31 SM). Kemenangan berada di tangan Octavianus. Kemudian Octavianus kembali ke Romawi dan mendeklarasikan dirinya sebagai Kaisar Romawi (29 M) dengan berbagai gelar baru, termasuk Imperator dan Kaisar Augustus (Augustus Caesar) pada 27 M.23 Dengan pendeklarasian ini, maka Kekaisaran Romawi yang dibangun selama 7 abad, resmi berdiri tepat pada tahun 27 SM.
Selama periode antara 28 SM dan 12 SM, Augustus memperoleh konsuler kekaisaran dan kekuasaan Tribun Rakyat, dikombinasikan dengan posisi Pontifex Maximus dan Princeps Senatus sehingga membuat Augustus menjadi sangat berkuasa. Augustus kemudian mendirikan Kekaisaran Romawi, ini adalah awal dari masa Principatus. Meskipun menjadi kekaisaran, lembaga-lembaga republik masih tetap ada sampai masa Dominatus, bahkan Kaisar tetap berbagi gelar konsul sampai era Bizantium. Pada masa pemerintahan Augustus, Kekaisaran Romawi mengalami masa keemasan. Hal ini dapat dilihat dengan adanya perluasan daerah, kedamaian dan kemakmuran ekonomi terasa di seluruh penjuru kekaisaran.
Namun pada abad ketiga Masehi, kekaisaran dihadapkan pada krisis dimana serangan bangsa bar-bar, perang saudara, dan hiperinflasi terjadi dalam waktu yang bersamaan dan terus menerus dan hampir menyebabkan runtuhnya Kekaisaran Romawi.25 Selain itu, sejak meninggalnya Augustus tanpa menunjuk penerus kekaisaran menyebabkan banyak kekacauan saat pergantian kekuasaan terjadi. Hal ini dikarenakan Augustus sendiri tidak memiliki anak untuk diwarisi tahta. Hingga terdapat dua puluh lima kaisar yang menggantikan. Perseteruan ini berakhir pada masa pemerintahan Diocletian berkuasa.
Pada tahun 14 M, agama Kristen mulai tumbuh dan berkembang di Roma. Agama Kristen mempertobatkan mereka yang belum percaya, hal ini berbeda dengan agama sebelumnya yang diwariskan dari generasi ke generasi. Pada mulanya, kedatangan agama ini bisa ditoleransi oleh orang-orang Romawi, tetapi lambat laun mereka mereka mulai khawatir agama tersebut akan memecah belah persatuan bangsa Romawi. Orang-orang Romawi mulai menganiaya dan menindas orang-orang yang beragama Kristen. Keadaan ini kemudian berubah ketika Constantinus yang memeluk Kristen berkuasa. Constantinus mengambil langkah untuk menyelamatkan orang-orang Kristen dari kehancuran.
Pada masa pemerintahan Diocletian, ia memahami bahwa kekuasan Romawi terlalu besar dan luas. Hal ini mengakibatkan terhambatnya informasi dari pusat ke daerah terpencil serta kurangnya pengawasan dan penjagaan dari serangan bangsa lain. Berawal dari hal tersebut, maka Diocletian memutuskan untuk membagi kekaisaran menjadi dua, yaitu :
- Kekaisaran Romawi Barat dengan ibukota Milan di bawah pimpinan Diocletian, serta
- Kekaisaran Romawi Timur dengan ibukota Nicomedia di bawah pimpinan sahabat Diocletian, Maximian.
Setelah kekaisaran dibagi menjadi dua, masing-masing wilayah memiliki Augustus sebagai pemimpin utama. Setiap Augustus memilih Caesar (kaisar muda sebagai pembantu urusan administratif dan sebagai penerus kekaisaran jika Augustus meninggal dunia). Diocletian memilih Galerius sebagai Caesar Romawi Barat dan Maximian memilih Constantius Chlorus sebagai Caesar Romawi Timur. Pemerintahan seperti ini berhasil mencegah kehancuran Romawi dan setiap penurunan kekuasaan pun berlangsung damai. Setiap Caesar di barat dan timur menggantikan Augustus dan mengangkat Caesar baru. Galerius mengangkat keponakannya Maximinus, dan Constantius mengangkat Flavius Valerius Severus sebagai Caesar nya. Namun keadaan berubah ketika Constantius Chlorus meninggal pada tanggal 25 Juli 306. Pasukan Constantius di daerah Eboracum segera mengangkat Constantine, anak Constantius, sebagai Augustus. Dan pada bulan agustus pada tahun yang sama, Galerius juga memutuskan untuk mengangkat Severus menjadi Augustus. Selain itu, terdapat pula beberapa orang yang menginginkan anak dari Maximian, Maxentius menjadi Augustus (28 Oktober 306) yang didukung oleh kaum Praetorian. Hal ini menyebabkan Kekaisaran memiliki 5 pemimpin: Empat Augustus (Galerius, Constantine, Severus dan Maxentius dan seorang Caesar (Maximinus).
Dan pada tahun 307, Maximian juga memproklamirkan dirinya sebagai Augustus, bersebelahan dengan anaknya Maxentius. Namun tidak disetujui oleh Galerius dan Severus, sehingga menimbulkan perang saudara di daerah Italia. Serverus terbunuh di tangan Maxentius pada tanggal 16 September 307 M. Maximinus dan Maxentius pun berusaha memikat Constantine untuk bekerjasama dengan cara menjodohkan Constantine dengan Fausta, anak Maximian sekaligus kakak kandung Maxentius. Keadaan semakin rumit ketika Domitius Alexander, Vicarius (semacam Gubernur) dari Provinsi Afrika memproklamirkan diri sebagai Augustus pada 308 M.
Dengan keadaan yang demikian kacau tersebut, maka diadakanlah Kongres Carnuntum yang dihadiri oleh Diocletian, Maximian, dan Galerius yang menghasilkan keputusan sebagai berikut.
- Galerius menjadi Augustus di Kekaisaran Romawi Wilayah Timur
- Maximinus menjadi Caesar di Kekaisaran Romawi Wilayah Timur
- Maximian dipecat
- Maxentius tidak diakui, kepemimpinannya dianggap ilegal
- Constantine mendapat pengakuan, namun jabatannya di turunkan menjadi Caesar di Kekaisaran Romawi Bagian Barat
- Licinius menggantikan Maximian sebagai Augustus di Kekaisaran Romawi Wilayah Barat
Namun Maximinus menuntut agar gelarnya sebagai Augustus dikembalikan dan memproklamirkan dirinya kembali sebagai Augustus pada tanggal 1 Mei 310 M yang diikuti oleh Maximian yang memproklamairkan dirinya kembali untuk yang ketiga kalinya, menjadi Augustus. Namun Maximian tewas dibunuh oleh Constantine pada bulan Juli 310 M. Hingga akhir tahun 310 M, Kekaisaran Romawi masih dipimpin oleh 4 Augustus resmi (Galerius, Maximinus, Constantine, dan Licinius) dan seorang Augustus ilegal (Maxentius).
Galerius tewas pada bulan Mei 311 M meninggalkan Maximinus sebagai penguasa tunggal Kekaisaran Romawi Wilayah Timur. Disaat bersamaan, Maxentius mendeklarasikan perang terhadap Constantine, sebagai balas dendam karena membunuh ayahnya. Namun ia tewas dalam suatu pertempuran melawan Constantine pada tanggal 28 Oktober 312 M. Hal ini menyebabkan menyisakan 3 Augusti (kata jamak dari Augustus): Maximinus, Constantine, dan Licinius.
Licinius kemudian menikahi Constantia, adik Constantine, untuk mengikat persahabatan dengan Constantine. Pada bulan Agustus 313 M, Maximinus tewas menyisakan Licinius dan Constantine. Mereka akhirnya sepakat membagi 2 wilayah Kekaisaran Romawi, Constantine di Kekaisaran Romawi Bagian Barat, dan Lucinius di Kekaisaran Romawi Bagian Timur. Pembagian kekuasaan ini berlangsung selama sepuluh tahun. Pada tahun 324 M, terjadi peperangan antara dua Augusti yang tersisa terjadi dan berakhir dengan kekalahan Lucinius, menjadikan Constantine sebagai penguasa tunggal di seluruh Kekaisaran Romawi. Ia memutuskan memindahkan pusat pemerintahan ke kota kuno Byzantium dan mengubah namanya menjadi Nova Roma (namun dikemudian hari, kota ini dikenal dengan Constantinople, kota Constantine). Constantinople atau Konstantinopel terus menjadi pusat pemerintahan Constantine yang agung sampai kematiannya pada tanggal 22 Mei 337 M.
Kekuasaan Romawi kembali terbagi menjadi dua ketika Theodosius I meninggal pada tahun 395 M. Ia membagi dua kekaisaran untuk kedua putranya. Romawi Barat dengan ibukota Milan di bawah pimpinan Arcadius dan Romawi Timur dengan ibukota Konstantinopel di bawah pimpinan Honorius. Kekaisaran Timur terhindar dari kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh Barat pada abad ketiga dan keempat. Romawi Barat kemudian runtuh pada tahun 476 M33 akibat serangan dari bangsa Barbar dari Eropa utara. Lain halnya Romawi Timur, karena memiliki budaya urban yang lebih mapan dan sumber daya finansial yang lebih kuat, sehingga mampu menghentikan penyerang dengan upeti dan menyewa tentara-tentara bayaran. Theodosius II memperkuat tembok Konstantinopel, sehingga kota tersebut aman dari serangan-serangan; tembok tersebut tidak dapat ditembus hingga tahun 1453 oleh pasukan Islam di bawah pimpinan Sultan Mahmud II atau lebih dikenal sebagai Muhammad Al Fatih, Sultan Turki Utsmani. Kekaisaran Romawi Timur ini selanjutnya disebut sebagai Kekaisaran Byzantium yang merupakan kelanjutan dari Kekaisaran Romawi dalam Zaman Pertengahan. Begitu banyak anasir-anasir kekaisaran Romawi lama, sehingga tidak dapat dipastikan kapan kekaisaran Romawi berakhir dan kapan Byzantium lahir. Henry S. Lucas dalam bukunya Sejarah Peradaban Barat: Abad Pertengahan menyebutkan bahwa dari segi pemerintahan, masa transisi tersebut adalah masa pemeruintahan Justianus, yakni 527 hingga 565 M.
Kerajaan Romawi pada Masa Awal Islam
Pada tahun 14 M, agama Kristen mulai tumbuh dan berkembang di Roma. Agama Kristen mempertobatkan mereka yang belum percaya. Hal ini berbeda dengan agama sebelumnya yang diwariskan dari generasi ke generasi. Pada mulanya, kedatangan agama ini bisa ditoleransi oleh orang-orang Romawi, tetapi lambat laun mereka mereka mulai khawatir agama tersebut akan memecah belah persatuan bangsa Romawi. Orang-orang Romawi mulai menganiaya dan menindas orang-orang yang beragama Kristen. Keadaan ini kemudian berubah ketika Constantinus yang memeluk Kristen berkuasa. Constantinus mengambil langkah untuk menyelamatkan orang-orang Kristen dari kehancuran. Bahkan Kristen menjadi agama negara pada saat itu meski Constantinus tidak menyatakan secara resmi. Selama beberapa abad, agama ini mennguasai kehidupan orang-orang Romawi. Semua yang berada di bawah panji kerajaan Romawi dan yang ingin mengadakan persahabatan dan hubungan baik dengan kerajaan ini, berada di bawah panji agama Masehi tersebut.
Byzantium merupakan nama asli Konstantinopel sebelumnya. Kota ini dikepung dan mengalami kerusakan yang parah akibat penyerangan Septimus Severus dari Romawi. Pada masa pemerintahan Constantinus I, kota ini dibangun ulang menjadi Nova Roma yang kemudian setelah wafatny Constantinus I, kota ini disebut Konstantinopel.
Mazhab-mazhab agama Masehi ini mulai terpecah belah menjadi beberapa sekte dan golongan yang berbeda dari zaman ke zaman. Setiap golongan memiliki pandangan dan dasar agama sendiri yang bertentangan antara golongan yang satu dengan lainnya. Pertentangan antar golongan tersebut mengakibatkan adanya permusuhan pribadi yang terbawa karena moral dan jiwa yang sudah lemah sehingga cepat sekali berada dalam ketakutan, mudah terlibat dalam fanatisma yang buta dan dalam kebekuan.
Pertentangan antara pemeluk agama yang terjadi pada setiap umat tersebut menandai bahwa umat tersebut mengalami kemunduran. Akan tetapi, keadaan tersebut tidak mempengaruhi posisi kerajaan Romawi yang tetap berdiri kuat dan tangguh tersebut. Golongan-golongan tersebut hidup di bawah satu naungan tetapi tidak sampai memunculkan polemik teologi atau sampai memasuki pertemuan-pertemuan yang pernah diadakan guna menyelesaikan suatu permasalahan. Keputusan yang telah diambil oleh suatu golongan tidak serta merta mengikat golongan lainnya. Dan semua golongan tersebut di bawah perlindungan kerajaan. Sikap saling menyesuaikan diri di bawah naungan imperium tersebut yang menyebabkan penyebaran agama Masehi tetap berjalan dan dapat diteruskan dari Mesir hingga Ethiopia.
Masa menjelang kelahiran agama Islam, keadaan negara-negara maju dengan pemerintahan yang kuat dan ilmu pengetahuan yang berkembang maju, dapat dikatakan sebagai pusat peradaban kemajuan industri dan kesusastraan. Negara yang demikian itu, pada umumnya adalah negara yang kehilangan kepercayaan serta kepribadiannya, bahkan dapat dikatakan tidak ada orang baik yang mengajak pada jalan yang benar. Hal ini juga tidak jauh berbeda dengan keadaan di Romawi Timur yang sangatlah kacau. Hal ini disebabkan karena tingginya pajak yang harus dipikul oleh rakyat. Sehingga rakyatnya sendiri pun mengharapkan adanya kedatangan bangsa lain untuk menjajah negeri itu. Dalam kitab “Civilisation Past and Present” pernah disebutkan tentang adanya pertikaian dan kerusakan serta kecenderungan masyarakat Romawi Timur untuk berfoya-foya yang akan membawa pada tingkat kebiadaban dan kekerasan.
Masyarakat Romawi Timur pada saat itu, memang lebih condong pada aliran kebatinan. Mereka tidak segan bertikai satu sama lain antar umat beragama. Selain itu, mereka juga senang dengan kesenangan dunia dan hiburan. Misalkan, dibangunnya stadion besar yang dapat menampung 80.000 penonton yang di dalamnya sering diadakan pertandingan gulat antara dua orang dan terkadang antara orang dengan binatang buas. Tak jarang dalam permainan tersebut terjadi pertumpahan darah. Mereka sangat menyenangi uang dan kekerasan. Pembesar-pembesar mereka gemar pada segala sesuatu yang cabul dan berfoya-foya, suka berbuat maker jahat, sering berbuat nifak dan kejahatan.
Pada tahun 610 M, Heraklius memegang tampuk kekuasaan Romawi Timur. Heraklius berasal dari keluarga Yunani yang dilahirkan di daerah Kibozshiya (Yunani) dan dibesarkan di kota Carthage (Tunisia). Ayahnyamerupakan seorang penguasa Romawi yang berkuasa di Afrika. Pada awal masa pemerintahannya, kerajaan Romawi dalam masa yang sangat buruk, kelaparan terjadi di mana-mana, tersebar penyakit menular, kefakiran dan perekonomian juga sangat merosot.
Namun, pada tahun 616 M, terjadi perubahan besar. Heraklius berubah menjadi seorang pemimpin yang bersemangat dan berkemauan keras untuk berjuang. Hal ini mendorongnya untuk melakukan penyerangan ke pusat pemerintahan Persia guna mengembalikan kehormatan bangsa dan negaranya. Ia berhasil menguasai beberapa kota penting dan pusat-pusat kerajaan Persia. Kerajaan Persia yang memperoleh kejayaan sebelumnya, yang tampak sangat kuat tak terkalahkan tersebut pada akhirnya harus mengalami kekalahan besar dalam peperangan ini hingga hampir tumbang. Kejadian ini pun, tertera dalam Al Qur’an surat Ar-Ruum ayat 1-6 yang menceritakan keberhasilan kerajaan Romawi dalam peperangan melawan Persia.
Kaisar Heraklius kembali ke negerinya dan memasuki Konstantinopel sebagai pahlawan agung pada tahun 625 M. Kemudian ia pun menuju Baitul Maqdis pada tahun 627 M untuk mengembalikan Salib suci yang dirampas oleh bangsa Persia. Kaisar Heraklius pun disambut dengan hamparan permadani dan taburan bunga oleh penduduk Yerusalem. Pada perayaan kemenangannya itulah, surat Nabi sampai kepadanya. Ketika Kaisar Heraklius memerintah kerajaan Romawi Timur, kekuasaannya hampir separuh dari bumi. Kekuasaannya sangatlah luas hingga mencapai tiga benua, yaitu Eropa, Asia dan Afrika. Kerajaan Romawi Timur ini menggantikan kejayaan yang pernah dicapai kerajaan Romawi Kuno.
0 Response to "Sejarah Singkat Kerajaan Romawi "
Post a Comment