Sekitar dua abad sebelum masehi hingga awal abad ke lima, Spanyol berada di bawah imperium Romawi. Sejak tahun 406 M, Spanyol dikuasai oleh bangsa Vandal, yaitu bangsa yang berimigrasi dari negeri asal mereka, suatu daerah yang terletak diantara sungai Oder dan Vistuala. Penguasa daerah ini mendirikan kerajaan di propinsi wilayah Chartage. Kekuasaan Vandal ini kemudian diambil alih oleh orang-orang Gothic. Tak lama kemudian, dinasti merovingian dari kerajaan Frank merebutnya dari orang-orang Gothic, maka didirikanlah kerajaan Visigoth, yang wilayah itu dikenal dengan Vandalusia. Dan setelah kedatangan orang-orang Islam pada tahun 92H/711 m, sebutan Vandalusia diubah menjadi Andalusia atau al-Andalus.
Kehadiran orang-orang Islam di Spanyol merupakan awal munculnya Islam di benua Eropa karena Spanyol merupakan pintu gerbang bagi benua tersebut. Sebagaimana diinformasikan dalam buku-buku sejarah, ekspansi Islam ke Wilayah Barat (dalam hal ini benua Eropa bagian Barat) terjadi pada masa kekhilafahan Bani Umayyah dengan khalifah (pemimpin) AI-Walid bin Abdul Malik.
Pada saat itu Musa bin Nusair sebagai panglima perang khalifah dan Tariq bin Ziyad sebagai komandan lapangan, dimana keduanya dianggap sebagai tokoh pelaku utama atas masuknya Islam di Spanyol. Mereka berhasil menguasai wilayah Afrika Utara dan kemudian menyebrang ke benua Eropa. (Nielsen, 1992: 1). Setelah masuknya Islam di Spanyol maka banyaklah kemajuan-kemajuan yang diperoleh dan hal ini dapat dilihat dengan banyaknya tokoh-tokoh dan para ilmuwan yang muncul dari sana. Namun setelah berabad-abad lamanya Islam menguasai Spanyol, mulai mengalami kemunduran dan kehancuran bahkan kemudian Islam hilang dari bumi tersebut.
Awal Masuknya Islam di Spanyol
Di zaman Bani Umatyyah, masa pemerintahan al-Walid Ibnu Abd al-Malik, Musa Ibnu Nushair diangkat sebagai amir untuk wilayah Afrika Utara dan Barat yang berkedudukan di Qairawan. Pada saat itu, Musa Ibnu Nushair menerima delegasi yang datang dari kota Ceuta yang terdiri dari Pangeran Yulian dan keluarga raja Witiza yang memerintah Spanyol. Maksud kedatangan mereka ke Qairawan adalah untuk meminta bantuan Amir Musa Ibnu Nushair guna menyerang dan menjatuhkan raja Visigoth di Spanyol bernama Roderck yang berkedudukan di Toledo.
Setelah memperoleh persetujuan khalifah al-Walid di Damaskus, Musa berangkat bersama pasukannya menyelusuri pesisir Afrika bagian Utara hingga bagian barat untuk menyeberang ke darata Eropa. Untuk memasuki daratan Eropa itu, panglima Thariq Ibnu ziyad ditunjuk sebagi pemimpin pasukan dengan membawa 12.000 personil, dan bertindak sebagai petunjuk jalan adalah pangeran Yulian dan keluarga raja Witiza. Thariq bersama pasukannya menyeberang selat yang terletak antara Maroko dan benua Eropa, dan mendarat disuatu tempat yang kemudian dikenal dengan nama Gibraltar (Jabal Tariq).
Kedatangan pasukan Islam itu terdengar oleh raja Roderick melalui para saudagar yang menyaksikannya. Maka raja itupun mempersiapkan bala tentaranya untuk menghadapi pasukan Thariq. Pada tanggal 19 Juli 711, kedua pasukan bertemu di tepi sungai Rio Barbate, sehingga terjadilah pertempuran yang sengit. Pasukan Roderick terdesak dan dapat dikalahkan, bahkan roderick sendiri tewas tenggelam di Rio Babate ketika hendak melarikan diri.
Kesuksesan di Rio Barbate mendorong semangat pasukan muslim untuk terus bergerak memasuki wilayah-wilayah kekuasaan Visigoth lainnya. Mula-mula bergerak ke Toledo dengan melewati dan menguasainya terlebih dahulu kota-kota Malaga, Elvira, Murcia dan Cordova. Kemudian Thariq terus bergerak hingga kebagian barat semenanjung Iberia. Thariq mendapat dukungan penduduk taklukannya untuk menaklukkan wilayah-wilayah lainnya.
Mendengar kesuksesan yang dicapai oleh Thariq Ibnu ziyad, maka Amir Musa Ibnu Nushair pada tahun 712 berangkat menuju Spanyol. la bersama pasukannya sebanyak 18.000 personil yang kebenyakan dari suku-suku Arab dengan menempuh jalur yang tidak dilewati oleh pasukan Thariq, la mampu menaklukkan Sidonia, Carmona, dan berhasil memasuki Sevilla, Huelva dan ahirnya mengikuti arah sungai, sampailah ia bersama pasukannya kekota Merido dan kota-kota kecil lainnya. Kemudian ia dapat bertemu dan bergabung dengan pasukan Thariq di Toledo pada bulan Juli 713.
Kemenangan yang telah dicapai di Spanyol mengukir sejarah baru Islam di Eropa, Karena Spanyol merupakan pintu gerbang masuk ke Eropa. Untuk selanjutnya dapat menyampaikan dakwah Islamiyah keseluruh benua Eropa dengan mudah. Penaklukan yang dilakukan oleh Thariq Ibnu ziyad inilah merupakan asal-usul Islam di Spanyol.
Perkembangan Islam di Spanyol
1. Dinasti Islam di Spanyol
Ketika gerakan Abbasiyah berhasil menjatuhkan Bani umayyah dari tampuk kekuasaan pada tahun 750, maka berdirilah Khilafah Bani Abbas dengan mengambil Bagdad sebagai pusat pemerintahan. Bersamaan dengan itu, Emirat Islam di Spanyol menyatakan tunduk kepada Bagdad.
Abdurrahman Ibnu Muawiyah Ibnu Hisyam adalah searang pangeran dari Bani Umayyah yang lolos dari kejaran Bani Abbas. Setelah melarikan diri ke Mesir, lalu melewati berbagai bukit batu dan gurun yang tandus, akhirnya pada tahun 756 dapat memasuki Spanyol yang sedang dilanda perselisihan antara kelompok Mudhari yang berasal dari lembah Eufrat dan kelompok Yamani yang berasal dari Yaman keturunan Qahtan. Kedatangan Abdurrahman segera mendapat sambutan dan dukungan yang luas. Dan setelah berhasil memadamkan perlawanan Amir Yusuf al-Fikri, penguasa Spanyol sebagai Emirat dari Khilafah Abbasyah, Abdurrahman menduduki kursi kepemimpinan sebagai Amir. Dengan demikian, Spanyol secara resmi tidak lagi menjadi bagian wilayah Khilafah Abbasiyah.
Pada saat itu, Abbassiyah dipimpin oleh khalifah Abu Ja'far al-Mansur, khalifah kedua di Bagdad. Amir Abdurrahman yang dipanggil al-Dakhil (New Comer) menetapkan Cordova sebagai ibu kotanya. Karena ketangkasan dan kegigihannya, ia mampu melepaskan diri dari kejaran Bani Abbas hingga dapat mendirikan emirat (Dinasti Umayyah di Spanyol): Khalifah alMansur di Bagdad menjulukinya sebagai "The Falcon of Quraysh" atau si rajawali Qurays.
Dinasti Bani Umayyah di Spanyol dapat mempertahankan kekuasannya sampai tahun 1031 M, Abd al-Rahman al-Dakhil berkuasa selama 32 tahun (756-788 M.). Di bawah kekuasaanya, Spanyol mulai menyaksikan hari-hari kemenangannya. la memiliki kemampuan yang besar dan kecakapan yang cukup dalam membenahi pemerintahannya. la mengangkat Gubernur-gubernur yang mampu dan jujur. la benahi kota tua Cordova dengan gedung-gedung dan taman-taman yang indah. Tanaman berupa buah-buahan dan sayur-sayuran di datangkan dari timur untuk di kembangkan di pertanian Spanyol.
Pada tahun 757 M, Abd al-Rahman al-Dakhil tidak mencantumkan lagi nama Khalifah Bani Abbas di khutbah jum'at, dan menggantinya dengan nama sendiri walaupun masih memakai gelar Amir.
2. Pembangunan Islam di Spanyol
a. Pembangunan Dalam Bidang Militer dan Pemerintahan
Sebagai suatu wilayah negara, Spanyol Islam diperlengkapi dengan personil-personil militer lebih banyak dari jumlah ketika mereka datang. Dan untuk keamanan serta pertahanan kedaulatannya, Amir membangun kekuatan militer di Spanyol. la mendatangkan lebih dari 40.000 personil dari Afrika untuk dilatih dengan mendapat gaji baik, agar mereka benar-benar setia menghormati dan mau ikut menjaga kekuasaan Amir.
Pasukan militer dibedakan menjadi empat kelompok, yaitu:
- Tentara tetap (Profesional) yang berpangkalan di Cordova.
- Tentara Reguler (Jund) yang dipimpin oleh penguasa wilayah militer.
- Tentara Irreguler (Belladi), yaitu orang-orang Arab yang datang bersama Musa Ibnu Nushair.
- Tentara luar biasa atau sukarelawan (Hasyid), yaitu orang-orang yang tidak diminta dan dengan sukarela bergabung bersama kekuatan militer.
Disamping pasukan darat, dibentuk pula kekuatan laut setelah adanya serangan mendadak Normandia di pantai barat Spanyol pada tahun 844-845 M. Kemudian dibangun menara-menara pengintai musuh yang melakukan kegiatan di samudra Atlantik di sepanjang pantai.
Setelah Abdurrahman al-Dkhil (Abdurrahman I) meninggal, maka pemerintahan dipegang oleh anaknya Hisyam I (789-796), Dia seorang yang memiliki pengetahuan yang luas tentang Al-Qur'an dan sunnah, dan banyak dipengaruhi oleh ulama fikih. la meneruskan pembangunan masjid Cordova dan juga membangun terusan Cordova. Hisyam adalah seorang penguasa yang taqwa, adil dan lemah lembut serta darmawan. Dia menduduki tahta selama 8 tahun, tetapi banyak kemajuan-kemajuan yang dicapai.
Setelah Hisyam wafat, ia diganti oleh ananya hakam I (796-822 M). Hakam adalah orang yang suka akan kemegahan dan pertunjukan-pertunjukan serta sangat kecanduan dengan minuman anggur. Pada masa kekuasaannya terjadi pemberontakan yang dipelopori oleh Sulaiman dan Abdullah pamannya sendiri, yang akhirnya pemberontakan itu dapat dipadamkan. Sulaiman meninggal dan Abdullah diampuni setelah ia menyerah.
Sesudah Hakam meninggal; pemerintahan di pegang oleh putranya Abdurrahman II (822-852 M). Dengan pengalaman militernya yang tinggi dan kecakapannya dalam memimpin pemerintahan, Abdurahman II telah berhasil membawa Spanyol kembali kepada kedamaian dan kemakmuran. Di masanya Mesjid Cordova diperluas, dan banyak mesjid baru dibangun di kota-kota Jaen, Seville,dan di ibu kola Cordova sendiri. Barang-barang di impor dari Timur. Bendungan dan irigasi dibangun, ibu kota diperindah dengan taman-taman yang luas lagi indah yang dilalui oleh terusan-terusan yang mengalirkan air dari gunung-gunung. Jembatan-jembatan dibangun dan istana Cordova telah dapat menandingi istana di Bagdad. (Dozy, 1972:260). Setelah menjalankan pemerintahannya selama 30 tahun yang membawa kepada kemakmuran, Abdurahman II meninggal dunia pada tahun 852 M.
Pemerintahan berikutnya setelah Abdurahman II wafat, Dipegang oleh anaknya Muhammad 1 (852-886 M). Masa kekuasaanya banyak terjadi kerusuhan dalam negeri, antara lain: Pemberontakan rakyat Toledo, Pemberontakan orang-orang Kristen yang fanatik di Cordova yang telah ditumpas oleh Abdurahman II, namun mereka tetap berhubungan dengan raja Perancis, Charles Le Beld dengan tujuan mengajaknya untuk menyerang Spanyol. Akhirnya pemberontakan-pemberontakan itu dapat dipadamkan, bahkan pemberontakan itu di Tabanos yang merupakan sarang fanatisme dihancurkan. Para pemimpin mereka digantung. Muhammad I adalah orang yang bijak, adil, dan berani. Dia memperbaiki keadaan rakyat dengan kedermawanannya. Ia seorang yang rajin dalam meneliti urusan administrasi sekecil apapun.(Mahmudunnasir, 1993: 297). la meninggal dalam usia 65 tahun setelah menjalankan pemerintahannya selama 34 tahun.
Kemudian pemerintahan diganti oleh anaknya Munzir (886-888 M). la cukup mampu menumpas pemberontakan ketika ayahnya memerintah. Masa pemerintahannya yang begitu singkat diawarnai dengan kektidakdamaian dan kericuhan.
Setelah Munzir wafat, ia digantikan oleh saudaranya Abdullah (888-912). la memerintah cukup lama selama 25 tahun, tetapi masa kekuasaanya selalu mendapat tantangan yang cukup banyak.
Selanjutnya pemerintahan dipegang oleh Abd al-Rahman al-Nashir atau Abdurrahman III (912-961 M). Ia naik tahta dalam usia 23 tahun, usia yang relatif muda. Usaha yang dilakukannya pertama kali ditujukan kepada pengukuhan kesatuan dan stabilitas dalam negeri. Begitu ia dilantik ia mengirm utusan kepada gubernur-gubernur yang ada di semenanjung Iberia dan mengajak mereka untuk memberikan bai'at kepadanya. Sebagian diantara mereka menyambut seruan itu dengan baik dan sebagian yang lain tidak memperdulikannya. Dalam menghadapi penentanganya, Abdurahman III menumpasnya dengan militer sehingga dalam jangka 10 tahun umat Islam Spanyol bersatu kembali.
Abdurahman III membangun beberapa buah istana dan memajukan pertanian rakyat. Rakyat taat kepadanya dan semua orang merasa hidup damai bersamanya. la mewajibkan penguasa-penguasa Kristen membayar upeti ke Cordova. Pada tahun 929, ia memproklamirkan dirinya sebagai khalifah. Pada masa kekuasaanya, Cordova merupakan pusat kebudayaan Islam yang penting di Barat sebagai tandingan Bagdad di Timur. Kalau di Bagdad ada bait al-Hikmah serta madrasah Nizamiah, dan Kairo ada al-Azhar serta Dar al-Hikmah, maka di Cordova ada universitas Cordova sebagai pusat ilmu pengetahuan. Perpustakaanya mengandung ratusan ribu buku.
Cordova, Constantinopel dan Bagdad adalah tiga kota yang merupakan pusat kebudayaan dunia pada saat itu. Di Cordopa terdapat 113.000 rumah, 70 Perpustakaan, sejumlah toko buku dan Mesjid, bermil-mil jalan aspal diterangi dengan lampu-lampu dari rumah-rumah yang berhampiran. Semuanya membuat Cordova memperoleh popularitas Internasional dan kekaguman para pengunjungnya. Banyak perutusan diplomatik berkumpul di Cordova, baik dari dalam maupun dari luar Spanyol. Delegasi berdatangan dari suku-suku Zanatah Afrika Utara yang kuat, dari dinasti Idrisi, dari raja-raja Kristen Prancis, Jerman dan Konstantinopel.
Abdurrahman III di anggap sebagai sang penyelamat imperium muslim Spanyol
Dengan berbagai kebijakan dan kemampuan intelektualnya, maka stabilitas nasional terkendali serta dapat menarik masyarakat Spanyol dengan tidak menimbulkan jurang pemisah antara kelas dan golongan agama yang ada, sehingga benar-benar tercipta suatu imperium Umayyah yang damai dan kuat di Spanyol. Setelah memegang kekuasaan selama 49 tahun, ia meninggal dunia pada bulan oktober 961 M.
Pemerintahan selanjutnya dipegang oleh anaknya Hakam II (961-976 M). la meneruskan politik ayahnya dalam mempertahankan stabilitas pemerintahan dan kemakmuran negaranya. Hakam memiliki sifat yang mirif dengan ayahnya. Ia tetap mempertahankan menteri-menteri yang diangkat oleh ayahnya. Pada masa pemerintahannya la memerangi pemberontakan Kristen yang ingin melepaskan diri dari Spanyol. Sepeninggal Hakam II, Pemerintahan dipegang oleh Hisyam II (976-1009 M). Pada masa pemerintahannya, kekuasaan khalifah mengalami kemunduran. Kekuasaan umat Islam di Spanyol saat itu berada wazir dan wali Hisyam II yang bernama Ibnu Abi Amir, yang kemudian bergelar al-Mansur.
b. Pembangunan di Bidang Administrasi Sipil
Ketika Spanyol masih merupakan wilayah yang integral dengan Damaskus, Spanyol Islam adalah bagian dari propinsi magrib (wilayah Barat) yang ibu kotanya di Qairawan (sekarang Tunisia), maka konstitusi yang berlaku sesuai dengan yang ada di Damaskus. Sementara itu Spanyol terbagi menjadi tiga wilayah, yaitu: Pusat, Timur dan Barat. Wilayah pusat meliputi kota Cordova, Granada, Malaga, Almeria, Jaen dan Toledo. Wilayah Timur meliputi Saragosa, Valencia, Murcia, Cartagena dan Albarraccin. Wilayah Barat meliputi . Sevilla, Jerez, Gibraltar, Tarifa, Beja, Budajoz, Merida, Silves dan lisbon.
Untuk melaksanakan pemerintahannya dibetuk lembaga-lembaga atau badan-badan yang mempunyai tugas dan fungsi tertentu yang ditangani oleh orang-orang yang sesuai dengan keahliannya. Beberapa badan dan jabatan yang ada pada saat itu antara lain.
- Al-Hajib, yaitu pejabat yang paling berpengaruh di lingkungan istana, Sebagai media antara penguasa dengan pegawai-pegawai istana dan rakyat lainnya.
- Al-wazir atau mentri, yaitu orang yang menangani masalah keuangan, hubungan. Hubungan luar negeri dan keadilan. Jabatan ini kemudian menyamai jabatan hajib yang biasanya diduduki oleh para panglima militer.
- Al-Katib atau Sekretaris Negara, meliputi pekerjaan korespondensi dan pengiriman surat-surat serta dokument negara.
- Khazin al-Mal (petugas pajak), Yaitu orang yang mengurusi pajak-pajak dari seluruh propinsi.
- Al-Qadli atau Hakim, yang dibagi 3 bagian, yaitu hakim militer, hakim rakyat dan Hakim para hakim.
- Shahib al-Mazhalim, yaitu badan pengendalian atau semacam hakim yang bertugas mengoreksi penyimpangan-penyimpangan para pejabat. Biasanya jabatan ini ditangani oleh penguasa atau delegasinya.
Lembaga-Iembaga lain sebagai pembantu adalah lembaga kepolisian, inspektur pasar, dinas pekerjaan umum, dan lembaga perwakafan. Disamping itu ada Juga majelis-majelis yang diselenggarakan untuk membahas berbagai persoalan.
c. Pembangunan di Bidang Perekonomian
Masa pemerintahan abdurrahman II merupakan zaman kegemilangan Islam, karena pertumbuhan ekonomi yang baik terutama di bidang pertanian. Tanah-tanah gersang diubah menjadi lahan yang produktif. Guna meningkatkan produktivitas pertanian, Para ahli muslim melakukan study tentang tanah, menggunakan alat-alat baru untuk meratakan gundukan-gundukan dan tanah berpasir. Juga menggunakan pupuk untuk mempersubur tanah serta meningkatkan sistem irigasi.
Perkembangan kemajuan di bidang perdagangan sangat memberikan keuntungan, termasuk bea dan cukai, ekspor-impor yang dapat menempatkan kerajaan Islam Spanyol pada tingkat tertinggi penghasilannya. Perkembangan di bidang ekonomi ini ditopang juga oleh perencanaan pembelanjaan kerajaan yang terorganisir dengan baik sesuai rencana.
d. Pembangunan Di Bidang IImu Pengetahuan
Banyak Amir yang menaruh perhatian untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, diantaranya seperti apa yang dilakukan oleh Hisyam. Dia mendorong para Teolog untuk pergi ke Medinah guna mempelajari ajaran-ajaran maliki. Dia mendirikan sekolah-sekolah untuk pengajaran bahasa Arab. Kota Cordova memiliki Perpustakaan yang besar yang memuat 600.000 jilid buku. Amir selalu mengupayakan penambahan dan penyempurnaan perpustakaan berikut buku-bukunya, baik dari dalam maupun luar negeri.
Amir sering menulis surat kepada setiap penulis kenamaan guna memeperoleh naskah karya ilmiah dan membayarnya sangat mahal. Pujangga arab, Abu Farj al-Aashfihani yang yang tinggal di Bagdad pernah didatangi utusan Amir Andalusia guna memperoleh naskah karangan lagu dan himpunan sajak al-Aghani dan diberinya hadiah 1000 dirham.
Kemajuan-Kemajuan yang Dicapai Spanyol pada Masa Islam
1. Kemajuan IImu Pengetahuan.
Sebagian penulis sejarah itu ada yang menyatakan bahwa pengkajia keilmuan secara ilmiah di (wilayah) Barat (Spanyol dan sekitarnya), pelaksanaannya, lebih dulu terjadi di (wilayah) Timur (Bagdad dan sekitarnya). Dengan demikian, masyarakat intelek muslim yang ada di wilayah barat berhutang budi kepada saudara-saudara mereka yang berada di Timur.
Kondisi tersebut terlihat dari informasi bahwa Ibnu Jubair, seorang pengelana dari Spanyol, sangat tercengang dengan fenomena yang dilihatnya di Timur. Begitu banyak sekolah dan berbagai hasil bumi yang dihasilkan oleh badan-badan wakaf di sana. Selanjutnya ia mengajak orang-orang yang ada di Barat untuk menuntut ilmu ke Timur.
Namun demikian dalam hal penterjemahan bahasa yunani. Masyarakat intelek Islam di Spanyol, (pada saat tertentu) mendapat bantuan langsung dari kekaisaran Bizantium. Disebutkan bahwa pada tahun 949 M, kaisar Constantinus menghadiahkan kepada Abdurrahman III sebuah salinan dari Dioscorides (naskah mengenai tumbuh-tumbuhan) dalam bahasa yunani. Akan tetapi kebetulan di Cordova pada saat itu tidak ada seorang pun (sicl) yang faham bahasa yunani. Oleh sebab itu, Abdurahman III minta kepada kaisar untuk mengirimkan seorang biarawan yang (kemudian datanglah seorang) bernama Nicholas, yang tidak hanya menerjemahkan Dioscorides, akan tetapi langsung mengajar bahasa yunani di Cardova.
Diantara ilmu yang "muncul" dan berkembang di Spanyol, terdapat ilmu kebahasaan, ilmu pendidikan, ilmu kepustakaan: ilmu kesejarahan, ilmu keperjalanan, ilmu kealaman, dan ilmu keagamaan serta pengaruhnya terhadap dunia barat dewasa ini selanjutnya, dalam kebudayaan, terdapat kemajuan yang pesat dibidang kesenian, pertekstilan, desain dan arsitektur serta pembangunan sarana fisik lainnya. Berikut ini akan dijelaskan tentang bidang-masing-masing di atas.
a. IImu Kebahasaan
Seperti telah disinggung, secara umum, diatas, dalam ilmu bahasa murni juga, filologi, tata bahasa, leksikografi, masyarakat intelek Islam di Spanyol sebetulnya (sedikit) tertinggal jika di banding dengan orang-orang Irak (namun kemudian prestasi-prestasi) yang cukup spektakuler bermunculan). Al-Qali (901-67 M), seorang profesor universitas Cordova kelahiran Amenia (awalnya) belajar di bagdad, baru kemudian disusul oleh Muhammad bin Hasan AI-Zubaydi (928-989), seorang muridnya yang berdarah asli Spanyol (kelahiran Seville) yang mewarnai hampir seluruh ilmu gurunya itu.
Orang Islam Spanyol juga berjasa atas penyusunan tata bahasa (orang) Yahudi (Hebrew) yang secara esensial didasarkan atas tata bahasa Arab. Selanjutnya, di bidang sastra, terdapat juga kemajuan yang sangat berarti dan melahirkan banyak tokoh. Ibnu Abd Rabbih, seorang pujangga (yang sezaman dengan) Abd Rahman III mengarang Al'Iqd Al-Farid dan Al-Aghani. 'Ali bin Hazm (terkenal dengan nama Ibnu Hazm) juga menulis sebuah antologi sya'ir cinta berjudul Tawq Al-Hamamah. (Khan, 1980:94). Dalam bidang sya'ir, yang digabungkan dengan dengan nyanyian, terdapat tokoh Abd AI-Wahid bin Zaydan (1003-1071) dan Walladah (meninggal 1087) yang melakukan improvisasi spektakuler dalam bidang ini. Karya mereka, muwashshah dan jazal merupakan karya monumental yang pernah mereka ciptakan pada masa itu, (Khan, 1980:94 ) sehingga orang-orang Kristen mengadopsinya untuk himne-himne Kristiani mereka.
b. IImu kependidikan
Titik berat ilmu kependidikan yang berkembang pada masyarakat intelek Islam Spanyol adalah perhatian mereka pada keharusan seseorang bisa membaca dan menulis yang secara mendasar ditujukan kepada (kecakapan membaca dan menulis) Al-Qur'an, tata bahasa Arab dan sya'ir. Di samping itu kegiatan kependidikan juga (dalam hal-hal tertentu) berpusat pada persoalan-persoalan hukum atau Fiqh (yang merupakan istilah derivat tidak langsung dari kata syari'ah atau wahyu dan mengalami penyempitan makna. Dalam masyarakat Islam Spanyol, wanita juga memperoleh kedudukan yang tinggi dalam hal penerimaan pendidikan. Suatu keadaan yang (sedikit berbeda dengan kondisi Geografis dunia Islam pada umumnya) sangat kontras dengan keadaan umum masyarakat Eropa pada waktu itu.
Dengan kondisi seperti itu pada abad-abad berikutnya jumlah orang yang belajar ke Spanyol terus bertambah. Universitas-universitas Cordova, Toledo, Granada, Clan Sevilla-di banjiri para mahasiswa dari bebagai penjuru Eropa, Africa Utara dan Timur Tengah. Kondisi seperti itulah yang belakangan dipercayai berjasa mengantar Renaissance dan Reformasi Ilmu Pengetahuan di Eropa.
c. IImu Kepustakaan
Dengan menitik beratkan kepada Ilmu pendidikan masyarakat Intelek Islam Spanyol sudah pasti menyediakan sarana-sarana penunjang, agar apa yang mereka lakukan bisa berhasil seoptimal mungkin. Keberadaan perpustakaan dengan sejumlah besar bukunya merupakan salah satu diantara sekian sarana penunjang kependidikan yang menjadi pusat perhatian mereka. Sebagai contoh, perpustakaan AI-Hakam yang jumlah bukunya mencapai 400.000 buah (Al-Siba'iy, 1992: 183). Disamping itu juga bursa buku adalah kegiatan yang sering ditemui di Cordova. Suatu kondisi logis dari sebuah masyarakat intlek yang memusatkan perhatian kepada pengkajian-pengkajian ilmiah.
Sumber-sumber dana yang berasal dari badan-badan wakaf yang didirikan secara khusus untuk itu telah sangat membantu peningkatan kualitas perpustakaan. Managemen Lay out berkembang seiring perkembangan perpustakaan tersebut termasuk di dalamnya katalogisasi. Administrasi dan birokrasi peminjaman buku-buku dilaksanakan dengan baik dalam arti adanya ketentuan-ketentuan tertentu bagi peminjam yang terdiri dari dua golongan; yaitu golongan ulama dan non ulama.
d. IImu Kesejarahan
Perkembangan ilmu kesejarahan di Spanyol tidak bisa lepas dari peran Ibnu Khaldun (1332-1406 M) sebagai sosok reformer, baik analisis sejarah murni ataupun historiografi. Kelahirannya memang agak belakangan dibanding dengan tokoh-tokoh sejarah Spanyol seperti Ibnu Qutaybah (wafat 977 M) dan Ibnu Hayyan (988-1076 M) serta sejarawan lainnya Namun sebuah karya monumentalnya, Muqaddimah, telah mencuatkkan namanya menjadi sosok luar biasa terutama dalam Ilmu sejarah. Teori life cycle untuk dinasti-dinasti baik secara langsung ataupun tak langsung telah diadopsi oleh para ilmuan dunia menjadi teori Civilization life cycle.1
e. IImu Keperjalanan
Perkembangan Ilmu keperjalanan ditandai dengan munculnya tokoh-tokoh geografi di kalangan masyarakat intelek Islam di Spanyol diantaranya Abu Ubayid al-Bakri (wafat 1094 M), AI- Idrisi lahir 1100 M dan Abu al-Husain bin Ahmad (Iahir 1145 M) merupakan tokoh-tokoh diantara para tokoh geografi yang belakangan melahirkan tokoh-tokoh adventurers, seperti Ibnu Jubair yang melakukan journey pulang-pergi dari Granada ke Mekkah melalui Mesir, Irak, Syria dan Sicilya.
Tokoh legendaris yang belakangan muncul adalah Ibnu Batutah (1304-1377 M). Dia telah melakukan 4 kali perjalanan Haji ke Mekah yang dilanjutkan dengan petualangannya ke berbagai negeri Muslim. Negeri-negeri di Timur seperti Srilangka dan Bengal telah dikunjunginya bahkan sampai ke Cina. Perjalana terahirnya pada tahun 1353 telah membawanya ke pedalaman Afrika.
f. IImu Kealaman
Perkembangan Ilmu kealaman di masyarakat intlek Islam Spanyol ditandai dengan munculnya tokoh-tokoh dalam cabang-cabang ilmu tersebut seperti astronomoi, matematika, ilmu tumbuhan kedokteran dan lain-lain. Dalam perkembanganya terdapat satu ilmu sempalan dari astronomi yang kemudian dinilai kontroversial oleh umumnya masyarakat Islam yaitu astronomi dangan tokohnya Abu Ma'syar (al-falaki). la mengatakan bahwa posisi bintang-bintang berpengaruh terhadap kelahiran, kematian dan apa saja yang terjadi dimuka bumi ini.
Namun demikian perkembangan ilmu astronomi "murni", yang melatar belakangi ilmu astronomi modern, terus berkembang, sampai menjelang abad pertengahan. Bersamaan dengan itu matematika juga memiliki tokoh-tokohnya tersendiri. Sekalipun sering pula diantara tokoh itu, kepiawaiannya juga meliputi ilmu-ilmu lain, seperti Al-Majriti (lahir 1007 M), Al-Zarqali (1029-1087 M), Ibnu Aflah (lahir 1140 M), dan AI-Bitruji (lahir 1204 M). Mereka itu ahli astronomi dan matematika sekaligus.
Dalam ilmu tumbuh-tumbuhan, apakah itu ilmu murni atau terapan dan dengan berbagai macam penelitian, terdapat juga perkembangan yang cukup pesat. Salah satu contoh adalah observasi yang tepat, yang telah dilakukan Ibnu Sab'in: terhadap perbedaan kelamin antara pohon palm dan rami. Hasil penelitian itu adalah 1 Arnold J. Toynbee mengembangkan teorinya dalam buku A Study of History, (Oxford University Press, London, 1960) yang sangat mirip sekali dengan teori Ibnu Khaldun kalau tidak ingin dikatakan persis ada tiga kelompok tumbuhan dalam hal proses reproduksinya. Adanya yang melalui stek, persemaian benih, dan ada yang tumbuh secara spontan.
Perkembangan ilmu tumbuh-tumbuhan tersebut, berjalan seiring dengan perkembangan ilmu farmasi dan kedokteran. Hal tersebut disebabkan, secara terapan, ilmu tersebut berperan sebagai supplier terhadap ilmu farmasi dan kedokteran. Obat-obatan yang ditentukan dan dipakai oleh para dokter, sumber penelitiannya memang dari ilmu tumbuh-tumbuhan. Dalam perkembangan kedokteran tercatat dokter wanita dari keluarga Ibnu Zuhr.
g. Para Tokoh Ilmu Pengetahuan
Di atas telah dikemukan sejumlah tokoh ilmu pengetahuan. Namun demikian, untuk melengkapi uraian tersebut, berikut ini akan dikemukakan secara selintas (breifley) beberapa tokoh lainnya sekaligus dengan sfesifikasl keahlian yang dimiliki masing-masing tokoh tersebut.
Astrolable
Jika melihat perkembangan filsafat di kalangan masyarakat intelek Islam Spanyol, akan nampak dominasi dari tiga orang filosuf kelahiran negeri tersebut, yakni; Ibnu Bajah (wafat 1138 M), Ibnu Tufail (wafat 1185) dan Ibnu Rusyd (1126-1198) dengan tidak bermaksud mengecilkan para filosuf yang tidak terpopulerkan oleh sejarah, yang telah berjasa meletakkan batu fondasi, membangun dan menyempurnakan filsafat di dataran Andalus tersebut.
Namun demikian, berdasarkan versi Ibrahim Madkour, dua yang pertama dari ketiga filosuf ini, berada dalam bayang-bayang al-faidh-nya AI-Farabi. Ibnu Bajah, dengan Tadbir al-Mutawahhid-nya "mengatakan" bahwa manusia bisa berhubungan dengan akal fa'al dengan perantara ilmu pengetahuan dan pembangunan potensi mereka. Sementara Ibnu Tufail, dengan Hayy bin yaqzhan-nya "mengatakan" bahwa hanya potensi manusia yang bisa berhubungan dengan akal fa’al.
Berkenaan dengan akal fa’al tersebut, orientasi Ibnu Rusyd tidak mengarah kepada "hipotesa" ini, (sehingga ibrahim madkour melepaskan Ibnu Rusyd dari bayang-bayang AI-Farabi). Tetapi dia mengkaji problematika hubungan (antara manusia dengan) akal fa’al secara ilmiah dan sistematis, dengan menjelaskan bahwa hubungan ini, secara esensial tidak bertentangan dengan psikologi yang dikenal.
Ibnu Rusyd berpendapat bahwa bayi dilahirkan dengan membawa kesiapan untuk menerima pengetahuan-pengetahuan (secara) umum, sehingga jika ia mulai belajar, maka kesiapan ini akan berubah menjadi akal aktual. Akal ini selalu berkembang dan meningkat sampai ia bisa berhubungan dengan Akal yang tidak ada pada benda, dan dari Akal tersebut ia mengambil (menerima) pancaran ilham.
Perkembangan filsafat Islam selanjutnya adalah unsur-unsur sufisme dalam sekala yang lebih besar. Corak filsafat Islam menjadi filsafat sufistik atau sufisme filosofis. Seperti produk pemikiran Ibnu Sab'in, yang pada uraian diatas dikenal sebagai ahli botani. la berpendapat (seolah-olah mengulang pendapat Al-Farabi) bahwa Allah adalah sumber bagi akal-akal yang mengelola alam, yang memancar secara emanatif (nisbah bagi emanasi). Akal fa'al adalah satu dari sekian Akal yang mengelola alam dan merupakan sumber jiwa manusia. Jiwa manusia, yang bersumber dari akal tersebut, selalu cenderung berhubungan dengannya, kecuali jika kekotoran dan nafsu ragawai menghalanginya.
Unsur sufisme yang paling besar, dalam perkembangan filsafat Islam Spanyol, adalah ketika sekelompok masyarakat sufi, dengan tokohnya Ibnu 'Arabi (wafat 1240 M) melontarkan teori panteisme (di mana banyak kalangan ahli sunnah menuduh orang yang berfaham ini zindiq), yang sumbernya (dianggap) dari Suhrawardi dan (juga) Ibnu Sab'in. Keduanya berpendapat bahwa "entitas yang mungkin ada" mengkonsekuesikan "Entitas lain yang harus ada dengan sendiri-Nya" untuk memberinya wujud dan (proses) memancar kepadanya (terjadi) melalui penciptaan. "Entitas yang harus ada" ini adalah Allah swt, karena Dia adalah "Entitas yang azali dengan sendiri-Nya"
Sementara itu "entitas-entitas lain" (yang mungkin ada) semuanya adalah fenomena-fenomena bagi ilmu dan kehendak-Nya dan darinyalah ia mengambil kehidupan dan eksistensi. Sehingga eksistensinya bersifat eksidental dan (atau) sebagai konsekwensi. Berdasarkan prinsip itu, maka tidak ada (yang ada) kecuali satu entitas yang wujud secara hakiki dan harus (ada). Bahkan dia-lah wujud seluruhnya, karena entisitas-entisitas lain (yang ada) tidak disebut sebagai entisitas kecuali (difahami sebagai) perluasan (wujud).
Dari uraian singkat di atas, memang belum bisa ditarik satu kesimpulan (karena uraiannya memang singkat) bahwa, dalam perkembangan filsafat di Spanyol (dan boleh jadi diseluruh dunia Islam), secara historis, filsafat mempunyai tendensi peneratif yang cukup tinggi dalam sufisme (dengan kekecualian sufisme yang lahir dari kaum oposisi moral terhadap kezhaliman para khalifah).
Namun, paling tidak, secara hermenautik, bisa terlihat bahwa hal seperti itu memang ada.
i. IImu Agama
Perkembangan ilmu agama dilingkungan masyarakat intelek Islam Spanyol, oleh sebagian penulis sejarah, didentikkan dengan perkembangan hukum Islam (ilmu fiqh) atau ilmu syari'at yang telah mengalami penyempitan makna. Namun demikian dari penyempitan makna tadi, dampak positif yang nampak pada masyarakat adalah adanya suatu tatanan hukum yang pasti dan dipegang sebagai pedaman hidup sehingga aspek-aspek lahiriyah (sebagai objek kajian ilmu fiqh) dari masyarakat tersebut (juga tercermin pada sebagian pandangan para filosof) bisa terkendali dan berada dalam landasan-landasan normatif agama.
Sebagai contoh akan disebutkan apa yang telah dikatakan oleh Ibnu Rusyd dengan mengutip perkataan para filosof, bahwa kehidupan manusia di dunia dan di akhirat bisa berarti hanya dengan mengerjakan aktifitas-akti sitas praduktif dan mengutamakan pemikiran. Kedua hal tersebut tidak akan sempurna kecuali dengan keutamaan-keutamaan akhlaq (nisbah untuk akhlak), yang juga baginya tidak akan terwujud kecuali dengan ma'rifat kepada Allah Swt dan mengagungkan-Nya melalui peribadatan ritual yang sesuai dengan syari'at (al-masyru'at) dalam agama (Millat) seperti Taqarrub, shalat, berdo'a, memuji, dan lain sebagainya.
Di dalam kenyataannya perkembangan ilmu keagamaan dikalangan masyarakat intelektual Islam Spanyol lebih didomonasi oleh madzhab Maliki, meskipun pernah juga madzhab Zhahiri mewarnal masyarakat Islam Spanyol. Hal ini disebabkan oleh dekatnya khilafah Umayyah dengan madzhab tersebut dan secara geografis Spanyol dekat dengan wilayah Afrika Utara, dimana masyarakat sunni-nya banyak yang bermadzhab maliki, sementara Islam masuk ke Spanyol melalui wilayah tersebut.
j. Pengaruh Perkembangan Ilmu Pengetahuan Terhadap Dunia Barat
Dengan kekecualian pada ilmu keagamaan, boleh dikatakan seluruh perkembangan ilmu pengetahuan di masyarakat intelek Islam Spanyol mempengaruhi perkembangan ilmu pengetahuan di dunia barat, terutama setelah memasuki abad pertengahan. Pernyataan di Bias tercermin dari perkataan Chistave Le Bon ia mengatakan bahwa perkenalan dengan peradaban Islamlah sebenarnya yang membawa Eropa menjadi dunia beradab. Abad ke-9 dan ke-10 adalah saat pusat-pusat Islam di Spanyol sedang berada di puncak kecemerlangannya. Pusat-pusat intelektual di barat hanya berupa benteng-benteng yang dihuni oleh para bangsawan yang dirinya merasa bangga atas ketidakmampuannya membaca mereka.
Tahap selanjutnya, dengan melalui tahap-tahap kecurigaan ketakutan yang luar biasa dan secara diam-diam kecemburuan dan kekaguman terhadap Islam, masyarakat Eropa akhirnya berhasil mentransfer metodologi ilmiah intelek masyarakat Islam. Ironisnya masyarakat Islam justru terpuruk dalam fase Jumud: fase kemunduran. Metode eksperimen, eksplorasi, opservasi, yang pada awalnya dipakai setiap kajian ilmiah,berubah menjadi metode pengulangan pendapat para guru, yang belakangan diketahui bahwa metode tersebut dipakai oleh sedikit masyarakat terpelajar abad pertengahan di Eropa sebelum datangnya Islam.
Sekarang, masyarakat Islam masih sedang berusaha merumuskan jati diri dan peranannya dalam percaturan dunia. Dalam pada itu, tahap-tahap yang dulu dilalui masyarakat Eropa abad pertengahan, sekarang ini nampaknya sedang dilalui masyarakat Islam. Sikap-sikap seperti sikap kecurigaan, ketakutan, dan kecemburuan sehingga muncul generalisasi negatif terhadap dunia Barat, sebetulnya menunjukkan ketidak beradaan intelektual. Pada hal sebaiknya sikap-sikap akomodatif-transformatif selektif-lah yang harus dikembangkan. Karena, apa yang ada sekarang ini pada dunia ilmiah barat pada awalnya, dasar-dasarnya milik masyarakat intektual Islam.
2. Kemajuan Kebudayaan
Pada pembahasan dimuka telah dijelaskan bagaimana perkembangan ilmu pengetahuan yang luar biasa telah terjadi dikalangan masyarakat intelek Islam Spanyol. Sebetulnya, Dari perkembangan itu sudah tercermin bagaimana budaya yang berlaku pada masyarakat tersebut. Budaya ilmiah progresit adalah budaya yang sehari-hari mewarnai kehidupan mereka.
Untuk melengkapi apa yang telah dikemukakan diatas pada bagian ini akan di uraikan kemajuan kebudayaan (Iebih tepatnya data historis peninggalan kebudayaan) para masyarakat Islam Spanyol. Biasanya, nilai-nilai tinggi kebudayaan suatu masyarakat di ketahui dari kraya-karya yang secara audio-visual (atau salah satu dari keduanya), sampai pada masyarakat berikutnya.
Hasil pekerjaan (seni dengan menggunakan) logam (metal-work) termasuk didalamnya dekorasi dengan bahan baku emas dan perak banyak dijumpai sebagai bukti kemajuan kebudayaan masyarakat Islam Spanyol di antaranya adalah dekorasi interior Al-Hamra dan peninggalan Hisyam II (976-1009 M) yang masih terpelihara pada bagian atas altar katedral di Gerona, berbentuk peti mayat kayu yang dilapisi perak yang berkilat dan bergambar, hasil karya dua orang pengrajin Arab Badr dan Tarif, yang keduanya merupakan anggota Istana.
Barang-barang dari keramik juga ditemukan, di samping barang logam, dengan pusat industrinya di Valencia, yang imitasinya belakangan ini diketahui baru ada pada abad ke-15 di Belanda. Industri keramik ini ahirnya juga sampai ke Italy. Selain dari itu, seni dalam tekstil yang mewah juga tertuang dalam hamparan karpet-karpet Spanyol dengan Cordova sebagai pusat industri tenunannya. Dari sana produk-produk tekstil itu tersebar ke berbagai pelosok Eropa.
Dari segi arsitektur, seluruh monumen keagamaan yang bernilai seni telah habis, kecuali hanya satu yang terbesar yaitu mesjid Agung Cordova. Fondasi mesjid tersebut dibuat oleh Abdurrahman I dan diselesaikan oleh anaknya Hisyam I pada tahun 793 M, yang terletak pada bekas gereja Kristen. Hal lain yang tidak kalah menariknya dalam masyarakat Islam Spanyol adalah seni musik. Seni musik Islam Spanyol merupakan gabungan dari sistim Persia-Arab. Sistim tersebut di bawa ke Spanyol pada tahun 822 oleh Ziryab, seorang siswa sekolah musik Ishag al-Maushuli di Baghdad. Dia mendirikan sekolah musik di Cordova, dan selanjutnya bermunculan sekolah-sekolah musik dengan berkiblat ke sekolah Ziryab di Cordova, di Sevilla, Valencia dan Granada.
Jasa-jasa seniman musik muslim sangat banyak jumlahnya. Di antarnya musik Mensural (ukuran tempo dan nada), glossa (tangga nada), tarkib atau compound (gesekan pada not serentak) dan Octave sehingga melahirkan harmoni, yang belum dikenal pada waktu itu di daratan Eropa. Masyarakat barat sekarang ini juga mewarisi alat-alat musik yang bersenar dari masyarakat Islam. Sehingga ahirnya disimpulkan bahwa masyarakat barat berhasil menemukan revolusi musik dewasa ini, sebetulnya merupakan kelanjutan dari revolusi musik pada masyarakat Islam.
3. Faktor-Faktor Pendukung Kemajuan
Kemajuan demi kemajuan yang dicapai oleh masyarakat intelektual muslim pada khususnya dan masyarakat Islam di Spanyol pada umumya sudah barang tentu tidak terwujud begitu saja tanpa faktor-faktor pendukung yang menyertainya. Tedapat sejumlah faktor pendukung bagi terwujudnya kemajuan tersebut. Ada yang bisa disimpulkan dari apa yang telah diuraikan diatas. Ada juga yang kelihatannya terlepas dari uraian diatas dan diketahui secara hermeneutik, hanya implikasi dari kondisi-kondisi objektif yang ada pada masyarakat Islam Spanyol.
Faktor-faktor pendukung tersebut diantaranya adalah :
Ketika Islam datang ke Spanyol, komposisi masyarakat yang ada dinegeri itu cukup heterogen yang terdiri dari orang Arab, orang Arab-Spanyol, orang Afrika Utara, dan orang Yahudi. Heterogenitas masyarakat tersebut belakangan diketahui memberikan saham intelektual dan kebudayaan yang cukup hebat yang kemudian melahirkan kembali era kebangkitan ilmu pengetahuan dan peradaban.
Heterogenitas komposisi masyarakat, di ikuti dengan heterogenitas agama. Sementara Islam datang dengan semangat toleransi begitu tinggi. Bahkan dengan semangat toleransi itu Islam telah mengahiri kezaliman keagamaan yang sudah berlangsung sejak lama. Bagi orang Kristen dan orang Yahudi disediakan hakim khusus yang sesuai dengan agama mereka masing-masing. Semua kelompok agama dengan datangnya Islam, mendukung dan menyertai pembangunan peradapan yang berkembang dengan gemilang.
Adanya semangat kesatuan budaya Islam yang timbul pada pemikiran para ulama dalam arti luas. Hal ini terbukti sekalipun dalam konstelasi politik, masyarakat Islam Spanyol melepaskan diri dari Baghdad, dari banyaknya para ulama Spanyol yang mendalami ilmu di Bagdad untuk dikembangkan kemusian di Spanyol.
Persaingan antar muluk AI-Thawa'if ternyata justru menyebabkan perkembangan peradaban. Kerajaan-kerajaan kecil di sekitar Cordova, semuanya bersaing ingin menandingi Cordova dalam hal kemajuan Ilmu pengetahuan, sastra, seni, kebudayaan.
Adanya dorongan dari para penguasa yang mempelopori kegiatan-kegiatan ilmiah, seperti Abdurahman I, Abdurahman 11, Abdurahman Ill, dan AI-Hakam II.
Sebab-Sebab Kemunduran dan Kehancuran Islam di Spanyol
Sudah merupakan hukum alam bahwa suatu negara akan tumbuh, dan berkembang kemudian mencapai puncak kejayaan. Setelah mencapai puncak kejayaan dan secara perlahan akan mengalami kemunduran dan akhirnya hancur. Teori perkembangan yang tak dapat dielakkan oleh manusia karena sudah merupakan hukum alam. Demikian pula halnya dengan Spanyol yang dikuasai oleh Islam. Setelah Islam memperoleh kejayaan selama lebih kurang 7 abad, terjadi kemunduran yang membawa kepada kehancuran. Banyak faktor yang menyebabkan Dinasti Bani Umayyah di Spanyol ini mundur dan kemudian hancur. Adapun faktor-faktor yang kemunduran dan kehancuran tersebut antara lain adalah:
1. Terjadinya Pemberontakan
Terjadi beberapa peristiwa dan pemberontakan dan keharusan yang dilakukan oleh golongan-golongan tertentu yang merasa tidak puas, tidak senang, dan cemburu terhadap khalifah yang berkuasa. Pada zaman khalifah Hisyam (788-796 M) terjadi pemberontakan yang dilakukan oleh saudara-saudaranya sendiri, Abdullah dan sulaiman. Mereka mempermaklumkan kemerdekaan dan memobilisasi kesatuan-kesatuan mereka di Teledo, tetapi mereka dapat dikalahkan oleh pasukan Hisyam yang terdiri dari 20.000 tentara pada tahun 790 M. Disamping itu, terdapat pula pemberontakanyang dilakukan oleh kaum Yamaniah di Tertosa yang dipimpin oleh Said Ibnu Husain, tetapi mereka dapat dikalahkan. Pada zaman Khalifah Abdurrahman (756-788 M) terjadi pemberontakan yang dilakukan oleh orang Berber, Yamaniah dan kepala-kepala suku Arab di Spanyol yang meminta bantuan kepada pejuang Kristen Prancis bernama Charles, dan mereka dapat dikalahkan oleh tentara Abdurrahman.
Pada zaman khalifah Hakam (796-822) terjadi pemberontakan yang dilakukan oleh kaum faqih yang berambisi memperoleh kedudukan, mereka menghasut dan mencela hakam sebagai orang yang tidak beragama, dengan pidato-pidatonya mereka membakar kefanatikan orang-orang muslim Spanyol. Dan kaum Faqih dapat ditumpas dan mendapat serangan dari Sulaiman dan Abdullah, paman hakam yang masih hidup ketika dikalahkan oleh Hisyam, mereka meminta bantuan kepada Raja Franka,
Charlemagne di Aix la Chapella. Akan tetapi mereka dapat dikalahkan, dan Sulaiman gugur dalam pertempuran, adapun Abdullah diampuni setelah ia menyerah. Setelah itu terjadi pula pemberontakan penduduk Taledo, yang akhirnya mereka dibantai dan mayatnya dibuang kedalam parit.
Banyak sekali pemberontakan-pemberontakan yang muncul pada zaman khalifah-khalifah selanjutnya, yang pada akhirnya pemberontakan tersebut dapat diatasi. Sekalipun demikian hal ini merupakan faktor yang menyebabkan lemah dan mundurnya Dinasti Bani Umayyah di Spanyol.
2. Perubahan Struktur Politis
Di zaman Hisyam II (976-1013 MO terdapat perubahan struktur politis. Hisyam II baru berusia 11 tahun ketika ia menduduki tahta. Karena usianya masih sangat muda, Ibunya yang bernama Sultanah Subh, dan sekretarisnya negara yang bernama muhammad Ibnu Abi Amir, mengambil alih tugas pemerintahan. Hisyam II tidak mampu mengatasi ambisi para pembesar istana dalam merebut pengaruh dan kekuasaan.
Menjelang tahun 981 M, Muhammad Ibnu Abi Amir yang ambisius menjadikan dirinya sebagai penguasa diktator. Dalam perjalanannya ke puncak kekuasaan ia menyingkirkan rekan-rekan dan saingannya. Hal ini dimungkinkan karena ia mempunyai tentara yang setia dan kuat, ia amengirimkan tentara itu dalam berbagai ekpedisi yang berhasil menetapkan keunggulaannya atas para pangeran Kristen di Utara. Pada tahun itu juga Muhammad Ibnu Abi Amir memakai gelar kehormatan al-Mansur Billah. la dapat mengharumkan kembali kekuasaan Islam di Spanyol, sekalipun ia hanya merupakan seorang penguasa bayangan. Kedudukan Hisam II tidak ubahnya seperti boneka, hal ini menunjukkan bahwa peranan khalifah sangat lemah dalam memimpin negara, dan ketergantungan kepada kekuatan orang lain mencerminkan bahwa khalifah dipilih bukan atas dasar kemampuan yang dimilikinya melainkan atas dasar warisan turun menurun. Hisam II memang bukan orang yang cakap untuk mengatur negara, tindakannya menimbulkan kelemahan dalam negeri. la tidak dapat membaca gejala-gejala pergerakan Kristen yang akan mulai tumbuh dan mengancam kekuasaannya. Keadaan ini diperburuk dengan meninggalnya al-Muzaffar pada tahun 1009 M yang dalam kurun waktu 6 tahun masih dapat mempertahankan kekuasaan Islam di Spanyol.
AI-Muzaffar kemudian digantikan oleh Hajib al-Rahman Sancol. Karena ia tidak berkwalitas dalam memegang jabatannya sehingga dimusuhi penduduk dan kehilangan kesetiaan dari tentaranya. Akibatnya timbul kekacauan, karena tidak ada orang atau kelompok yang dapat mempertahankan ketertiban di seluruh negara. Akhirnya Hisyam II mema'zulkan diri pada tahun 1009 M, yang kemudian dipulihkan kembali tahtanya pada tahun berikutnya.
Sejak itu sampai tahun 1013 M, ia dan 6 orang anggota Umayyah lainnya serta tiga orang anggota keluarga setengah Barber masing-masing menjabat khalifah sementara. Dalam masa lebih kurang 22 tahun (1009-1031) M terjadi 9 kali pertukaran khalifah, tiga orang di antaranya dua kali maenduduki jabatan khalifah pada priode tersebut. Pada tahun 1031 M khilafah dihapuskan oleh orang-orang Cordova.
3. Munculnya Raja-raja Kecil
Timbulnya Perpecahan Dinasti Umayyah di Spanyol ditandai dengan munculnya raja-raja kecil, di antaranya Dinasti Abbadi. Dinasti Murabit, Dinasti Mmuwahhid, dan Dinasti Bani Nasr. Mereka saling beperang dan mengadakan aliansi baik dengan penguasa Muslim atau dengan penguasa Kristen (Aragon dan Castille) yang dulu tidak dihancurkan oleh Musa Ibnu Nusair di zaman Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus, kesempatan ini tidak disia-siakan oleh orang-orang Kristen, munculnya dinasti-dinasti kecil ini, yang menurut W. Montgomery watt, berjumlah sekitar tiga puluh negara kecil disebabkan penghapusan khilafah.
4. Adanya Permintaan Bantuan terhadap Kekuasaan Luar
Munculnya Dinasti Murabit dari Afrika Utara, yang datang ke Spanyol atas permintaan al-Mu'tamin untuk membantu untuk melawan Al-fonso, Raja castille. Dengan bantuan ini al-Mu'tamin, Amir Cordova dapat mengalahkan al-Fonso VI. Tetapi, sayangnya dengan kemenangan ini Yusuf Ibnu Tasyifin, raja Dinasti Murabit berhasrat hendak menguasai kekayaan Spanyol. Dua tahun kemudian Ibnu Tasyfin datang ke Spanyol, dan dalam waktu yang singkat Ia dapat menguasai Spanyol seluruhnya, karena perpecahan antara Arab dengan Arab dan antara Arab dengan Berber. Dengan demikian berdirilah di Spanyol Dinasti Murabit pada tahun 1090 M-1147 M. Akibat tindakan Ibnu Tasyfin tersebut timbul perpecahan antara muslim Spanyol dan Muslim Arab. Orang-orang Arab yang merasa tertekan meminta bantuan kepada Dinasti Muwahhidin di Moroko. Dinasti ini tidak menyia-nyiakan permintaan bantuan orang-orang Arab, mereka datang menyerbu Spanyol dan dengan mudah mereka dapat menguasainya. Hilanglah Dinasti Murabit dan berdirilah Dinasti Muwahhidin di Spanyol.
5. Melemahnya Kekuatan Militer dan Ekonomi
Disintegrasi politik yang terjadi pada waktu itu menyebabkan lemahnya kekuatan militer dan ekonomi, sedangkan faktor ekonomi sangat memegang peranan penting dalam mempersiapkan biaya perang. Orang-orang Kristen rupanya tahu tentang keadaan umat Islam yang sudah oyong itu. Oleh karena itu, pangeran-pangeran Kristen di Utara memperkuat posisi mereka untuk memerangi kaum Muslimin yang telah berpecah belah. Orang-orang Kristen yang semula pada abad ke-10 membayar upeti kepada orang Islam, tetapi menjelang pertengahan abad ke-II mereka dengan leluasa menuntut pembayaran upeti dari beberapa penguasa kecil Islam.
Perbatasan kekuasaan Kristen makin meluas ke sebelah Selatan. Peristiwa terpenting adalah tahun 1085 ketika penguasa Teledo yang lemah tidak mampu menahan tekanan raja Castille sehingga menyerahkan kota tersebut kepadanya. Teledo memiliki pertahanan yang kuat, karena di jaga di tiga sisinya oleh sungai Tagus, dan tidak pernah dapat direbut kembali oleh orang-arang Islam.
6. Munculnya Kekuatan Kristen di Spanyol
Bersatunya dua kerajaan Kristen, Lean dan Castille pada tahun 1230 M, telah meningkatkan usaha perebutan kekuasaan terhadap kekuasaan Islam di Spanyol semakin efektif. Tahun 1236 M. Cordova dapat direbut, dan tahun 1248 M. Seville jatuh pula ke tangan orang-orang Kristen. Pada waktu yang bersamaan tentara Castille semakin kuat, dan satu persatu kota-kota kekuasaan Islam dapat dikuasainya. Kota Malaga pun jatuh satu tahun kemudian. Kemudian, orang-orang Kristen merencanakan untuk mengambil alih kosta Granada yang masih bertahan. Penaklukan Granada ini tertunda disebabkan oleh terjadinya perselisihan antara Castille dengan Aragon. Namun, perselisihan tersebut tidak berlangsung lama, karena hubungan mereka membaik setelah Ferdinand II dari Arragon menikah dengan Isabella dari Castille pada tahun 1469 M. Pada tahun 1490 M, Ferdinand membawa pasukan berkuda lebih kurang 10.000 orang, dan menyerbu Granada sampai la memperoleh kemenagan. Dengan jatuhnya Granada, maka hancurlah kekuasaan Islam di Spanyol dan negeri itu kembali dikuasai oleh Kristen.
Pada tahun 1499 M, Cardinal Ximenes de Cismero melarang beredarnya buku-buku Islam dan ia membakarnya, bahkan pada tahun 1556 M, Philip II membuat undang-undang bagi orang-orang Islam yang tinggal di Spanyol untuk meninggalkan kepercayaan, adat istiadat, bahasa, dan pandangan hidup mereka. Hanya ada dua pilihan bagi orang-orang Islam, masuk agama Kristen atau meninggalkan Spanyol. Undang-Undang tersebut di pertegas oleh Philip III, banyak orang Islam yang dibunuh atas perintah raja Philip III. Nampaknya, kekejaman yang dilakukan itu merupakan cara untuk melenyapkan Islam sampai ke akar-akarnya.
Sumber: Nasrah
0 Response to "Sebab-Sebab Kehancuran Islam di Spanyol "
Post a Comment