Setelah berakhir perang Bharata Yudha, Yudhistira menyerahkan tampuk pemerintahan kepada Anak Abimanyu yang bernama Prabhu Parikesit. Beliau sepakat dengan saudara-saudara dan istrinya, Dewi Drupadi berniat untuk mengakhiri masa hidup keduniawiannya dengan maksud menuju pada tujuan akhir hidup sebagai manusia yaitu untuk dapat mencapai Moksha. Yudhistira mengajak saudara-saudara dan istrinya tercinta untuk pergi ke Gunung Mahameru sebagai langkah awal menuju Moksha.
Dalam perjalanannya banyak rintangan yang dihadapi olehnya, selain hutan yang lebat, jalanpun tidaklah bagus, jurang dan tebing serta cuaca panas dan dingin dilaluinya. Singkat cerita akhirnya Dewi Drupadi tidak mampu mengikuti perjalanan suaminya karena kondisinya lemah dan akhirnya meninggal. Adik-adiknya bertanya, “Kak kenapa Dewi Drupadi yang pertama meninggalkan kita?” Dijawablah oleh Yudhistira; ...oh adikku Dewi Drupadi meninggal karena dia terlalu membedakan cintanya pada kita semua, dia paling mencintai sang Arjuna.
Selanjutnya meninggal Sahadewa. Adiknya bertanya lagi mengapa Sahadewa meninggal? Dijawab lagi oleh Yudhistira, dia meninggal karena merasa dirinya sebagai lelaki yang paling tampan. Selanjutnya disusul lagi oleh Nakula yang meninggal karena merasa dirinya ahli dalam memainkan pedang. Disusul lagi oleh Arjuna yang meninggal karena merasa paling pintar dalam memanah. Kemudian meninggalah Bima/Werkodara yang disebabkan oleh kesombongan dan keangkuhannya serta merasa paling kuat. Akhirnya tinggal Yudhistira bersama anjing kesayangannya yang berwarna hitam.
Singkat cerita Yudhistira dijemput oleh Dewa Indra dengan kereta emasnya, Yudhistira dibujuk agar naik ke kerata emasnya, akan tetapi anjingnya tidak diperbolehkan naik kereta emas tersebut. Dijawablah oleh Yudhistira kalau anjing saya tidak diperkenankan naik kereta emas ini lebih baik saya tidak jadi naik. Karena saya amat sayang padanya sekalipun dia berwujud anjing. Berkali-kali dibujuknya Yudhistira tetap pada pendiriannya. Di saat itulah anjing tersebut berubah wujud dan mengatakan bahwa dirinya adalah Dewa Dharma yang melindunginya. “Wahai anakku, saya sengaja menguji keluhuran budimu, karena engkau betul-betul berbudi luhur, jujur dan bijaksana, maka sekarang ikutlah di keretaku.”
Selanjutnya meninggal Sahadewa. Adiknya bertanya lagi mengapa Sahadewa meninggal? Dijawab lagi oleh Yudhistira, dia meninggal karena merasa dirinya sebagai lelaki yang paling tampan. Selanjutnya disusul lagi oleh Nakula yang meninggal karena merasa dirinya ahli dalam memainkan pedang. Disusul lagi oleh Arjuna yang meninggal karena merasa paling pintar dalam memanah. Kemudian meninggalah Bima/Werkodara yang disebabkan oleh kesombongan dan keangkuhannya serta merasa paling kuat. Akhirnya tinggal Yudhistira bersama anjing kesayangannya yang berwarna hitam.
Singkat cerita Yudhistira dijemput oleh Dewa Indra dengan kereta emasnya, Yudhistira dibujuk agar naik ke kerata emasnya, akan tetapi anjingnya tidak diperbolehkan naik kereta emas tersebut. Dijawablah oleh Yudhistira kalau anjing saya tidak diperkenankan naik kereta emas ini lebih baik saya tidak jadi naik. Karena saya amat sayang padanya sekalipun dia berwujud anjing. Berkali-kali dibujuknya Yudhistira tetap pada pendiriannya. Di saat itulah anjing tersebut berubah wujud dan mengatakan bahwa dirinya adalah Dewa Dharma yang melindunginya. “Wahai anakku, saya sengaja menguji keluhuran budimu, karena engkau betul-betul berbudi luhur, jujur dan bijaksana, maka sekarang ikutlah di keretaku.”
Diceritrakanlah Yudhistira sampai di Sorga beliau kaget karena melihat saudara Duryodana yang ada di sorga, sedangkan saudaranya tidak satupun yang ada di sorga. Melihat keadaan itu beliau menanyakan keberadaan saudara-saudaranya kepada Dewa Indra, mengapa saudara dan istriku tidak ada di sorga?
Mendengar pertanyaan itu kemudian dijawablah oleh Bhatara Indra, wahai Yudhistira semua saudara dan istrimu Dewi Drupadi kami tempatkan di Neraka, karena banyak membunuh saudara-saudaranya pada saat perang Bharata Yudha di Kuruksetra. Kemudian Yudhistira kembali menyampaikan pertanyaan kepada Dewa Indra. Apakah membunuh musuh dalam perang itu salah? kata Yudhistira.
Mendengar pertanyaan itu kemudian dijawablah oleh Bhatara Indra, wahai Yudhistira semua saudara dan istrimu Dewi Drupadi kami tempatkan di Neraka, karena banyak membunuh saudara-saudaranya pada saat perang Bharata Yudha di Kuruksetra. Kemudian Yudhistira kembali menyampaikan pertanyaan kepada Dewa Indra. Apakah membunuh musuh dalam perang itu salah? kata Yudhistira.
Kalau demikian tolong antarkan saya melihat saudara dan istriku. Baiklah jawab Dewa Indra. Langsung Yudhistira menuju Neraka. Sesampainya di sana didengar saudara dan istrinya merintih kesakitan, kepanasan karena disiksa. Yudhistira pun tak tahan melihat kejadian itu lalu menangis sedih dan tidak mau meninggalkan saudara dan istrinya sekalipun mestinya dia mendapat tempat di Sorga.
Oleh karena Yudhistira tetap pada pendiriannya dan setia pada kebenaran, maka seketika itu pula neraka berubah menjadi Sorga. Kejadian ini adalah untuk menguji kejujuran, kebenaran dan kesetiaan Yudhistira terhadap Dharma. Kalau dikaitkan dengan tingkatan Moksha karena kepergian Yudhistira tidak meninggalkan apa-apa, maka dapat digolongkan mencapai Parama Moksha.
Oleh karena Yudhistira tetap pada pendiriannya dan setia pada kebenaran, maka seketika itu pula neraka berubah menjadi Sorga. Kejadian ini adalah untuk menguji kejujuran, kebenaran dan kesetiaan Yudhistira terhadap Dharma. Kalau dikaitkan dengan tingkatan Moksha karena kepergian Yudhistira tidak meninggalkan apa-apa, maka dapat digolongkan mencapai Parama Moksha.