Pada zaman dahulu kala, ada seorang Raja di Negeri Antah Berantah bersifat sangat baik hati. Rakyat sangat menyenangi Raja, tetapi Raja juga mengetahui rakyatnya ada yang baik ada pula yang jahat. Raja menyadari di bumi ini selalu ada yang bersifat berbeda. Namun, Raja menginginkan agar rakyatnya mempunyai hati nurani untuk sayang-menyayangi sesamanya. Raja ingin sekali mengetahui siapa sebenarnya yang mempunyai hati mulia.
Setiap hari Raja selalu dikelilingi oleh orang-orang yang bermuka manis, tetapi belum tentu hatinya baik. Raja kemudian pergi ke jalan menuju ke istana dan meletakkan batu besar di tengah jalan. Raja menyingkir ke pinggir jalan dan mengintai dari balik pepohonan yang rimbun. Tak lama tampak serombongan pedagang kaya raya, mereka acuh berjalan melingkari batu tanpa berkata apapun menuju pintu masuk istana. Kemudian datang lagi banyak orang dengan berbagai macam pekerjaannya. Sebagian besar mereka memaki-maki batu tersebut, bahkan memarahi Raja karena tidak membersihkan jalan menuju istana. Namun, tidak satu pun dari mereka yang ingin mengangkat batu tersebut.
Tak lama kemudian datang tukang sayur istana. Dia berhenti untuk meletakkan keranjang sayuran di tepi jalan. Raja memperhatikan tukang sayur tersebut dengan saksama. “Apa yang akan dilakukannya?”, kata Raja dalam hati. Ternyata tukang sayur dengan sekuat tenaga mencoba mendorong batu ke tepi jalanan. Juga tidak ada seorang pun yang mau membantunya. Mereka berjalan sambil melengos kepada tukang sayur. “Kasihan” , kata Raja. Tukang sayur tampak kelelahan dan badannya penuh dengan peluh keringatnya.
Setelah berhenti sebentar, tukang sayur tergesa-gesa menuju istana untuk mengantarkan sayur-sayuran. Raja tersenyum, kemudian pergi ke istana menemui orang-orang yang akan bertemu dengannya. Dengan suara yang berwibawa, Raja memanggil tukang sayur dan diceritakan betapa luhurnya budi tukang sayur ini dibanding dengan pedagang kaya yang hadir di sini.
Raja memberikan hadiah yang sangat tak diduga oleh tukang sayur tersebut. Satu kantung berisikan uang dan emas. Raja mengingatkan agar dijadikan modal untuk membuka toko, supaya tukang sayur tidak perlu lagi memikul dagangannya. Orang-orang lain terdiam dan malu kepada dirinya sendiri karena tidak mempunyai nurani hanya untuk menolong mengangkat batu di jalan menuju istana. Padahal Raja selalu menolong mereka agar mereka dapat berdagang dengan sukses.