Pada zaman dahulu, ada sepasang suami istri bersama tiga anaknya. Setiap pagi mereka makan bersama. Selesai makan pagi, sang ayah berangkat ke kebun. Begitulah kebiasaan mereka setiap hari.
Pagi itu, mereka makan bersama dengan lauk ikan. Seperti biasa, sesudah makan sang ayah berangkat ke kebun. Ketika sang ayah hendak berangkat ke kebun, ia berpesan kepada istrinya.
“Bu, simpanlah sisa ikan itu untuk makan malam.” “Baik, Yah. Sisa ikan itu akan kusimpan,” jawab sang istri. Sang ayah lalu berangkat ke kebun. Sang ibu menyimpan sisa ikan itu dalam lemari makan.
Siang hari, sang ibu bersama ketiga anaknya makan bersama. Tiba-tiba anaknya yang bungsu menangis. Anak itu menangis berguling-guling minta ikan. Sang ibu tidak sampai hati melihat anaknya menangis. la pun memberikan sisa ikan itu kepada si Bungsu. Setelah itu, si Bungsu berhenti menangis.
Matahari mulai terbenam. Sang ayah pulang dari kebun. Saat malam tiba, sang ayah menyuruh sang ibu menghidangkan makan malam. Sang ayah pun menanyakannya kepada sang ibu. “Bu, mana sisa ikan tadi pagi?” tanya sang ayah. “Maaf, Yah. Si Bungsu tadi menangis,” kata sang ibu. “Kenapa ia menangis?” “Si Bungsu menangis minta ikan. la minta makan dengan lauk ikan. Kemudian, sisa ikan itu saya berikan kepadanya.”
Sang ayah pun marah. la berhenti makan. Namun, sang ibu tetap diam. Sang ibu tetap tidak mengucapkan sepatah kata pun. la hanya minta maaf karena merasa bersalah. “Saya minta maaf, Ayah. Saya merasa bersalah,” kata sang ibu. “Aku tidak mau tahu. Aku telah berpesan agar sisa ikan itu disimpan,” bentak sang ayah. “Saya telah menyimpan sisa ikan itu, tetapi si Bungsu menangis sambil berguling-guling meminta ikan. Saya tidak sampai hati melihatnya. Untuk itu, saya berikan sisa ikan kepadanya.”
Hari telah malam. Sang ayah masih tetap marah. Makin malam marahnya pun makin menjadi. Sang ibu menangis terus. Malam itu pula sang ibu meninggalkan rumah. la pergi ke laut. Malam itu ketiga anaknya telah tidur nyenyak. Sementara sang ayah masih tetap marah.
Pada pagi harinya, sesudah bangun tidur, ketiga anaknya mencari sang ibu. Mereka mencari ke sana kemari, tetapi mereka tidak berhasil menemukan ibu mereka. Selanjutnya, si Sulung mengajak kedua adiknya mencari ibu mereka ke laut. “Dik, man kita coba mencari ke laut,” kata si Sulung. “Kenapa harus ke laut, Kak?” tanya si Bungsu. Ya, barangkali Ibu pergi ke laut,” jawab si Sulung. “Ibu mencari ikan di laut, Kak?” kata si Bungsu. “Ya, siapa tahu Ibu sedang mencari ikan di laut. Karena Adik kemarin menangis minta ikan,” kata adik si Sulung. Sesampai di laut, mereka memanggil-manggil ibu mereka sambil bernyanyi.
Setelah berkali-kali mereka bernyanyi, tiba-tiba ibu mereka muncul dari laut. Sang ibu pun menyusui si Bungsu. Setelah itu, sang ibu berpesan agar ketiga anaknya segera pulang. Mereka mematuhi perintah ibunya. Mereka pun segera pulang. Namun, hingga malam hari tiba ibu mereka tidak juga kunjung datang. Oleh karena itu, esok harinya mereka pergi kembali ke laut. Pagi-pagi benar, mereka menyusul sang ibu ke laut. Setiba di laut, mereka memanggil ibu mereka sambil bernyanyi.
Setelah tiga kali mereka bernyanyi, ibu mereka pun muncul dari laut. Sang ibu lalu menyusui si Bungsu. Namun, pada waktu itu tubuh ibu mereka mulai bersisik. Akhirnya, mereka ketakutan. Mereka tidak percaya wanita yang bersisik itu adalah ibu mereka. Mereka pun terus berjalan, menelusuri pantai tanpa arah dan tujuan.