Dulpanjul, pegawai istana, mengeluh pada Abunawas. Dia dilarang merokok oleh Baginda Harun Al-Rasyid. "Daripada buat beli rokok, lebih baik uangnya kau belikan susu buat anak-anakmu,"begitu kata Baginda menasihati Dulpanjul. "Mulai besok, aku tidak mau melihat kau merokok lagi," lanjut Baginda lagi.
"Coba bayangkan, Abunawas," keluh Dupanjul, "Baginda melarangku merokok, tapi beliau sendiri juga seorang perokok. Aneh, kan?"
"Saya kira tidak!" jawab Abunawas. "Karena daripada buat beli rokok, lebih baik buat beli susu untuk anakmu, kan?"
"Iya, benar. Tapi kalau yang menasihati itu kamu, aku mau terima. Karena kau bukan perokok. Tapi kalau Baginda yang melarangku, apa tidak berarti menasihati dirinya sendiri?"
"Bukan begitu maksudnya," terang Abunawas. "Kau dilarang merokok karena gajimu memang pas-pasan. Sedang Baginda walau habis berpuluh-puluh batang sehari tidak akan membuatnya melarat. Kau paham maksudku?"
"Tapi ngomong-ngomong, beranikah kau melarang Baginda merokok sebagaimana kau melarangku?" tantang Dulpanjul.
"Mengapa tidak? Aku akan bilang pada Baginda agar tidak merokok. Tapi apa taruhannya?"
"Aku akan beri engkau 100 dirham kalau berani melarang Baginda merokok. Tapi sebaliknya, kalau kau tidak berani, kau yang harus bayar 100 dirham. Bagaimana, setuju?"
Abunawas mengangguk. Pertanda dia melayani tantangan Dulpanjul. Sepeninggal Dulpanjul, Abunawas langsung mendatangi sekerumunan orang.
"Besok aku akan melarang Baginda merokok. Karena merokok itu tidak baik buat kesehatan," ujar Abunawas lantang.
"Orang-orang yang berkerumun tentu saja tersenyum melihat ulah Abunawas. Mana mungkin seorang hamba berani melarang kesenangan raja?
Tapi Abunawas tidak menghiraukan tanggapan orang-orang yang mencibirnya. Dia lantas mendatangi kerumunan orang lain. Kepada mereka Abunawas mengatakan hal yang sama. Karena banyaknya orang yang diberitahu Abunawas, kabar itu akhirnya sampai juga ke telinga Baginda. Tentu saja Baginda masygul dibuatnya.
"Berani betul Abunawas melarangku merokok," batin Baginda dengan geram. "Aku akan panggil dia ke istana."
Abunawas pun menghadap Baginda di istana. "Apa betul mulai besok kau akan melarangku merokok? Apa Wewenangmu melarang kesenanganku?" tanya Baginda dengan suara menggelegar.
"Siapa bilang begitu, Baginda?" elak Abunawas.
"Kau jangan mungkir! Semua orang di Bagdad mendengar kalau kau sesumbar bisa melarangku menghisap rokok. Apakah kau masih menyangkal, Abunawas? Apakah mereka perlu kupanggil untuk menjadi saksi?"
Dicecar dengan pertanyaan seperti itu, Abunawas tidak dapat berkutik lagi. Tapi sesungguhnya hal ini memang dikehendaki Abunawas.
"Benar, Baginda," jawab Abunawas dengan raut muka seolah takut. "Mulai besok hamba melarang Baginda merokok. Karena besok 'kan mulai puasa? Kalau Baginda tidak mengindahkan larangan hamba, apakah Baginda sanggup menahan siksaan api neraka?"
Mendengar jawaban Abunawas, Baginda seketika tersenyum. Mulai besok memang Baginda tidak akan merokok sampai waktu berbuka puasa tiba. Itu kewajiban agama. Jadi, bukan karena dilarang oleh Abunawas. Tapi, mau tak mau Baginda memuji kecerdasan Abunawas. Dia menyindir secara halus perbuatan Baginda yang melarang Dulpanjul merokok. Padahal, Baginda sendiri tidak bisa memberi contoh yang baik pada anak buahnya. "Ada-ada saja Abunawas ini," batin Baginda sambil geleng-geleng kepala.
0 Response to "Kisah Abu Nawas: "Baginda dilarang Merokok""
Post a Comment