Cerita singkat Panca Pandawa dan Seratus Korawa berguru kepada Resi Drona. Dalam hal berguru sikap Panca Pandawa selalu jujur berani dan benar, taat dan patuh serta selalu hormat kepada perintah guru (Guru Susrusa), sehingga apa yang diharapkan dalam belajar dapat dicapai terutama dalam Ilmu Danur Dara (ilmu menggunakan panah), sopan santun, sikap susila dan etika.
Panca Pandawa akhirnya menjadi keluarga panutan terutama sekali dalam menjalankan ajaran Panca Satya yaitu: Satya Hradaya, Satya Wacana, Satya Laksana, Satya Mitra dan Satya Semaya. Satya Hredaya artinya setia pada pikiran, Satya Wacana artinya setia pada kata-kata, Satya Laksana artinya setia pada perbuatan, Satya Mitra artinya setia pada saudara/ teman, Satya Semaya artinya setia pada janji. Sedangkan Seratus Korawa yang bersifat egois dan angkuh selalu ingin menang sendiri dengan tidak punya sikap sopan-santun akibatnya selalu dikalahkan oleh Panca Pandawa dalam hal kualitas pendidikan. Oleh karena itu, lalu mereka memikirkan niat-niat jahatnya untuk menaklukan Panca pandawa. Terutama Sang Bima yang dianggap paling kuat agar bisa ditaklukkan oleh Duryodana. Duryodana minta kepada Resi Drona agar memerintahkan Bima untuk mencari Tirta Kamandalu di dalam lautan dengan tujuan agar sang Bima mati terseret arus gelombang laut.
Resi Drona pun memerintahkan Sang Bima mencari Tirta Kamandaluke dalam laut. Sebelum berangkat Sang Bima tidak lupa minta restu pada ibunya Dewi Kunti, kakanda Yudhistira, serta adik-adiknya. Setelah mendapat restu barulah Sang Bima berangkat. Mendengar keberangkatan Bima tersebut Korawa merasa senang karena yang paling ditakuti tersebut sudah pasti akan mati. Oleh karena Sang Bima menghormati perintah guru dan menjalankan ajaran Satya Laksana sedikitpun tidak punya perasaan curiga selalu tulus menjalankan perintah Guru.
Pertama, Bima disuruh mencari Tirta Kamandalu di dalam Sumur Sidurangga. Namun yang ada di sana dua ekor Naga Besar yang melilit Sang Bima tapi dapat dipotong lehernya kemudian menjelma menjadi Widyadara dan Widyadari. Kepala naga itu dibawa pulang.
Pertama, Bima disuruh mencari Tirta Kamandalu di dalam Sumur Sidurangga. Namun yang ada di sana dua ekor Naga Besar yang melilit Sang Bima tapi dapat dipotong lehernya kemudian menjelma menjadi Widyadara dan Widyadari. Kepala naga itu dibawa pulang.
Kedua, Bima disuruh pergi ke sebuah tempat berupa ladang yang dijaga oleh Raksasa Indrabapu yang ingin mencelakai Bima,namun berkat kesigapan Bima, Indrabapu dipotong lehernya dan dibawa ke Hastina. Seisi kerajaan merasa takut melihat kepala Raksasa Indrabapu yang menyeramkan. Bima disuruh membuang kepala raksasa itu oleh Resi Drona.
Ketiga, Bima disuruh mencari Tirta Kamandaluke tengah laut dan tidak boleh memakai perahu. Baik kalau begitu akan saya lakukan, atas dasar kebenaran menjalankan ajaran satya dan guru susrusa. Bima menceburkan dirinya ke laut. Ombak yang begitu besar menyeretnya namun Sang Bima tetap konsentrasi mencari di mana Tirta Kamandalu itu berada. Dalam keadaan setengah sadar akhirnya Bima mendapat anugrah dari Sang Hyang Nawa Ruci sehingga Bima bangkit kembali. Tak lama kemudian setelah dilihat tidak sadarkan diri lagi akhirnya Bima diberi anugrah lagi dan diberitahu bahwa dia telah ditipu oleh Resi Drona dan Duryodana.
Bima disuruh masuk ke perutnya untuk mengetahui kehidupan manusia. Akhirnya Bima diantarkan ke tempat Sang Hyang Semara. Sang Hyang Semara memberitahu bahwa Tirta Kamandalu adalah untuk menjaga kehidupan Para Dewata, tetapi dapat diambil oleh Bima. Akhirnya diketahui oleh para Dewata, kemudian Bima direbut dan mati lagi, dan dihidupkan kembali oleh Sang Hyang Nawa Ruci.
Bima diganti namanya menjadi Sang Wirota, dia rebut kembali Tirta Kamandalu dari Sang Hyang Bayu dan dibawa pulang ke Astina. Astina menyangkal bahwa yang dibawa Bima bukan Tirta Kamandalu. Resi Drona tidak menghargai jerih payah muridnya akhirnya dikutuk agar diseret oleh air laut. Tidak lama kemudian ada angin ribut menyeret Resi Drona hingga jatuh di laut dan diseret gelombang besar.
Melihat kejadian seperti Itu Bima tidak sampai hati membiarkan gurunya terombang ambing oleh ombak. Bima kembali menolong gurunya Resi Drona. Bima tidak memiliki rasa dendam terhadap gurunya. Resi Drona tertolong lagi oleh Bima sekalipun dia telah menipu dan membunuh secara halus. Sifat Bima adalah ksama artinya memaafkan.
Bima disuruh masuk ke perutnya untuk mengetahui kehidupan manusia. Akhirnya Bima diantarkan ke tempat Sang Hyang Semara. Sang Hyang Semara memberitahu bahwa Tirta Kamandalu adalah untuk menjaga kehidupan Para Dewata, tetapi dapat diambil oleh Bima. Akhirnya diketahui oleh para Dewata, kemudian Bima direbut dan mati lagi, dan dihidupkan kembali oleh Sang Hyang Nawa Ruci.
Bima diganti namanya menjadi Sang Wirota, dia rebut kembali Tirta Kamandalu dari Sang Hyang Bayu dan dibawa pulang ke Astina. Astina menyangkal bahwa yang dibawa Bima bukan Tirta Kamandalu. Resi Drona tidak menghargai jerih payah muridnya akhirnya dikutuk agar diseret oleh air laut. Tidak lama kemudian ada angin ribut menyeret Resi Drona hingga jatuh di laut dan diseret gelombang besar.
Melihat kejadian seperti Itu Bima tidak sampai hati membiarkan gurunya terombang ambing oleh ombak. Bima kembali menolong gurunya Resi Drona. Bima tidak memiliki rasa dendam terhadap gurunya. Resi Drona tertolong lagi oleh Bima sekalipun dia telah menipu dan membunuh secara halus. Sifat Bima adalah ksama artinya memaafkan.