Pada suatu hari, seperti biasa, Kakek mencari kayu di tengah hutan. Tetapi sampai sore ternyata Kakek tak banyak menemukan kayu kering. Maklum semalam hujan cukup deras mengguyur hutan sehingga semua kayu yang ditemukan dalam keadaan basah. Dengan kecewa, Kakek beranjak ke luar hutan sambil membawa kayu basah secukupnya.
“Hari ini puasa lagi,” pikir Kakek.
Baru beberapa langkah Kakek meninggalkan hutan, tiba-tiba terdengar suara lolongan anjing. Suaranya merintih sepertinya anjing itu membutuhkan pertolongan.
Kakek menghentikan langkahnya. Ia mencari asal suara itu. Hewan itu tidak mampu bergerak. Ia hanya mampu mengeluarkan suara. Seolah-olah ia mohon kepada Kakek agar mau menolong.
Dengan cepat, Kakek mengangkat batang pohon yang menindih anjing itu, namun ternyata anjing itu tetap tidak bisa bergerak. Tampaknya ia telah kehabisan tenaga.
Kakek yang melihat keadaan anjing itu, merasa iba. Dengan sekuat tenaga, ia mengangkat tubuh hewan itu. Perlahanlahan ia berjalan ke gubuknya.
Sesampai di gubug, Kakek segera mengobati lukanya. Ia membuat ramuan obat-obatan dari daun yang dipetik di tengah hutan. Karena tidak punya kain pembalut, ia merobek lengan baju yang dipakainya untuk menutup luka anjing itu.
Beberapa hari kemudian, luka anjing itu sembuh. Hewan itu tampak berterima kasih sekali kepada si Kakek. Karena itu, ia tetap tinggal di gubuk itu untuk menemani Kakek mencari nafkah.
Persahabatan di antara mereka terjalin sangat erat. Sejak kehadiran anjing itu, suasana gubuk tidak sepi lagi. Kakek yang tadinya kesepian kini gembira karena selalu ditemani oleh anjing itu.
Tak terasa setahun telah berlalu. Setiap hari Kakek mencari kayu bakar di hutan sedangkan si anjing tinggal di gubuk. Anehnya, sejak anjing tinggal di gubuk, banyak sekali keanehan di gubuk Kakek. Salah satunya adalah setiap pulang dari hutan, Kakek selalu mendapati hidangan lengkap di atas meja makan. Entah siapa yang menyiapkannya. Kakek pernah menyuruh anjingnya untuk mengisyaratkan siapa yang menghidangkan, tapi Kakek tetap tak memperoleh keterangan apa pun.
Suatu hari, seperti biasanya, Kakek meninggalkan gubuk. Setelah beberapa langkah ia berjalan, timbul rasa penasaran. Ia ingin mengetahui siapa yang selalu menyiapkan makanan untuknya. Dengan langkah pelan, Kakek kembali ke gubuk. Kakek lalu mengintip melalui celah pintu.
Di dalam gubuk terlihat si anjing menghadap meja makan. Ia mengangkat kaki depannya. Beberapa detik kemudian, terjadi perubahan pada tubuh si anjing. Perlahan-lahan tubuhnya membesar seukuran manusia, dan berubah menjadi seorang putri yang cantik jelita. Pakaiannya sangat indah. Sang Putri menggerakkan telunjuknya ke meja makan, dalam sekejap muncul hidangan lengkap di atas meja.
Sang putri jadi kaget ketika tiba-tiba Kakek membuka pintu. Sang Putri tak sempat merubah dirinya menjadi anjing.
“Siapa kau?” tanya Kakek ingin tahu.
“Sa… saya," jawab Putri terbata-bata. “… adalah Putri Intan dari negeri Banjar.”
Sang Putri kemudian bercerita,”Saya telah dikutuk oleh penyihir jahat menjadi seekor anjing. Kutukan ini akan hilang apabila saya diasuh dan disayang oleh seorang yang baik hati selama satu tahun.”
“Lalu, kenapa kau hidangkan ini secara sembunyi-sembunyi?.”
“Saya hanya ingin membalas kebaikan Kakek selama ini.”
“Saya telah jadi manusia sekarang. Saya ingin mengajak Kakek ke Banjar untuk tinggal bersama. Di sana Kakek tak perlu bekerja. Kakek akan saya anggap sebagai kakek kandung saya sendiri. Nikmati saja hari tua Kakek.”
Sang Kakek berpikir sejenak. “Baiklah! Kakek akan ikut denganmu.”
Sang Putri tersenyum bahagia. Mereka saling berpelukan melampiaskan kegembiraannya.