Kisah Prabu Siliwangi


Kerajaan Pajajaran yang diperintah oleh Prabu Siliwangi, suatu ketika diserang musuh. Karena yang menyerang putranya sendiri, Prabu Siliwangi beserta pengikutnya memilih meninggalkan istana Pajajaran. Penyerangan dipimpin oleh Pangeran Kiansatang. Hulubalang kerajaan dan tentara Kerajaan Pajajaran mengadakan perlawanan walaupun akhirnya menyerah. Prabu Siliwangi menyingkir ke Desa Sancang dengan hati yang pilu.


Beberapa waktu kemudian, datanglah Pangeran Kiansantang menghadap Sang Prabu menghaturkan sembah. "Seperti Ayah ketahui, Pajajaran telah jatuh dalam kekuasaan kami sekarang. Prajurit kami telah mengepung Desa Sancang. Sekarang ada dua pilihan. Ayah mau menyerah atau Desa Sancang kami serbu. Kami tunggu jawaban Ayah sekarang juga," demikian Pangeran Kiansantang menegaskan. Mendengarkan ancaman putranya itu, Prabu Siliwangi dengan tenang menjawab, "Baiklah Anakku. Aku telah mengerti maksudmu. Aku tidak keberatan, tetapi berilah waktu untuk berpikir sejenak." Setelah itu, Prabu Siliwangi bangkit dari duduk dan berjalan menuju Pantai Selatan. Pangeran Kiansantang dan pengikutnya menyertai dari belakang.

Setiba di pantai, Raja menyuruh putranya memegang ujung tongkatnya. Ia berseru, "Dengarkan Anakku! Sekarang aku akan meyakinkan kamu, bahwa sesungguhnya rakyatku tidak dapat melupakan Kerajaan Pajajaran untuk selamanya. Sampai aku meninggal, mereka tetap setia padaku dan tongkat inilah yang menjadi saksi. Nah, selamat tinggal Anakku.”

Sang Prabu mengakhiri seruannya sambil menancapkan tongkatnya. Seketika itu, langit menjadi gelap. Petir menyambar-nyambar. Suasana gemuruh sangat mengerikan. Sejenak kemudian, suasana menjadi tenang. Keadaan sekitar telah berubah menjadi hutan lebat yang menyeramkan. Prabu Siliwangi beserta pengikutnya Ki Brojo Dilwo lenyap tanpa bekas. Terdengar suara sayup-sayup, "Kini pergilah wahai Anakku, jauhilah tempat ini. Sekarang kamu baru yakin bahwa tak seorang pun dapat menundukkan aku. Mulai saat ini, aku dan pengikutku akan menjadi penghuni hutan Sancang untuk selama-lamanya. Jangan mengusik kediamanku yang kekal ini." Mendengar suara gaib itu, Pangeran Kiansantang merasa menyesali perbuatannya karena berani melawan ayahnya.

Related Posts :

  • Asal Mula Ikan Duyung Pada zaman dahulu, ada sepasang suami istri bersama tiga anaknya. Setiap pagi mereka makan bersama. Selesai makan pagi, sang ayah ber… Read More...
  • Pedagang yang Tidak Jujur Tersebutlah kisah seorang bernama Buyung. Sudah kurang lebih dua tahun, dia mencari nafkah dengan berdagang. Lumayan sekadar u… Read More...
  • Legenda Batu Menangis Di sebuah bukit jauh dari desa, tinggallah seorang janda miskin dan anak gadisnya. Anak gadisnya itu amat pemalas. Ia tidak mau membantu… Read More...
  • Anggrek Hitam untuk Domia Gong dari rumah panjang menggelegar bertalu-talu. Penduduk kampung Tebelian mangkang sudah tahu. Jika gong ditabuh, berarti ada kead… Read More...
  • Kisah Malin Kundang Di sebuah desa hiduplah seorang janda dan seorang anak laki-lakinya yang bernama Malin. Mereka hidup sederhana. Malin adalah seorang ne… Read More...