Pedagang yang Tidak Jujur


Tersebutlah kisah seorang bernama Buyung. Sudah kurang lebih dua tahun, dia mencari nafkah dengan berdagang. Lumayan sekadar untuk menutup kebutuhan sehari-hari. Namun, tidak setiap hari dagangan Buyung itu laku. Segala sesuatu itu membutuhkan kesabaran. Pagi ini, Buyung ke rumah seorang saudagar kaya di kampungnya. Di sana, dia mengambil beberapa potong kain untuk dijual. Dengan teliti, dia memilih kain yang menurutnya bagus dan mudah laku.


”Tuan, saya berangkat,” kata Buyung kepada saudagar kaya itu. Buyung mulai berjalan menjajakan kain. Semua kampung dia lewati. Namun, belum satu pun kain terjual. Karena lelah dan lapar, dia beristirahat di bawah sebuah pohon. Ketika beristirahat, dia membuka satu per satu lipatan kain dagangannya. Kemudian, dia melipat kembali kain-kain itu sambil menyembunyikan sebagian kain di tempat lain. Dalam keadaan lelah, dia kembali ke rumah saudagar itu.

“Mengapa sudah kembali dari berdagang? Apakah daganganmu habis terjual?” tanya saudagar. “Dagangan saya memang laku sebagian,” jawab Buyung pelan.

”Bagus kalau begitu, tetapi kenapa cepat pulang?” tanya saudagar lagi. ”Beberapa kain dirampok orang jahat,” jawab Buyung sambil menyerahkan sisa kain.

”Kasihan sekali kamu, Buyung!” ujar saudagar sambil meneliti kain-kainnya.

Buyung pulang dengan hati girang. Dalam hatinya dia berkata, betapa mudahnya saudagar kaya itu dibohongi. Setibanya di rumah, Buyung menyimpan sisa kain itu di tempat yang aman. Kepada istrinya, dia mengaku telah dirampok.

Suatu hari, istri si Buyung menemukan kain-kain lain yang disembunyikan oleh Buyung. Ia merasa penasaran dengan kain-kain itu. Setelah sekian lama menyimpan kain-kain milik saudagar itu, Buyung tetap merasa gelisah. Takut suatu ketika ketahuan oleh saudagar. Ia pun tidak tahu jika istrinya sudah tahu soal kain-kain itu.

Pada suatu hari, saudagar itu mengundang penduduk kampung untuk merayakan pesta. Buyung pun diundang. Dalam pesta itu, saudagar mendekati Buyung sambil berkata sopan, ”Aku tahu orang yang telah merampok kain itu.”

Sikap sopan saudagar itu justru membuat Buyung gugup. ”Itu wanita yang mengaku telah menemukan kain yang dirampok,” lanjut saudagar sambil menunjuk seorang wanita, yang tiada lain istri Buyung. 

”Bukankah wanita itu istrimu, Buyung? Jadi, siapa yang menyimpan kain-kain itu di dalam rumahmu?” tanya saudagar lagi. Buyung benar-benar tidak berkutik. Kebohongannya ter bongkar begitu mudah.

Sebenarnya saudagar itu telah tahu sejak awal sebab kain-kain yang dijualkan oleh Buyung tidak terdapat tanda-tanda bekas perampokan. Wajah Buyung memerah. Semua penduduk kampung menatap ke arahnya.

”Kali ini, aku memaafkanmu. Jika mengulang lagi perbuatan tercela itu, kamu tahu sendiri akibatnya,” kata saudagar. Buyung berlalu dari kerumunan sambil menyesali perbuatan tidak jujurnya.



0 Response to "Pedagang yang Tidak Jujur"

Post a Comment