Kisah Cakrangga dan Durbudi


Ada sepasang kura-kura hidup di telaga Kumudawati. Kura-kura jantan bernama si Durbudi. Kura-kura betina bernama si Kacapa. Telaga Kumudawati sangat indah. Di sana banyak tumbuh bunga teratai. Bunga tersebut beranekaragam warnanya. Ada yang merah, putih dan biru. Air telaga Kumudawati sangat jernih. Air telaga ini berasal dari telaga Manasasara.



Di telaga Kumudawati juga hidup dua ekor angsa jantan dan betina. Si Cakrangga nama angsa jantan, dan si Cakranggi nama angsa betina. Mereka bersahabat dengan Durbudi dan Kacapa. Mereka berempat telah lama bersahabat.

Musim kemarau hampir tiba. Air telaga Kumudawati mengering. Angsa jantan dan betina berpamitan kepada kura-kura, “ Sahabatku, kami akan berpamitan. Kami akan pergi melakukan perjalanan. Kami ingin pergi dari sini, karena air telaga ini semakin mengering. Musim kemarau harus kita hadapi. Tetapi kami tidak tahan jika hidup jauh dari air. Itulah sebabnya kami harus pergi. Kami berencana pergi ke telaga Manasasara. Telaga itu berada di gunung Himawan. Telaga itu jernih airnya dan sangat dalam. Sehingga saat musim kemarau tidak kering. Ke sanalah tujuan kami, sahabat.”

Setelah mendengar perkataan angsa, kura-kura itu berkata, “ Hai sahabatku, tahukah kalian, kami sangat mengasihi kalian. Tetapi kalian akan pergi meninggalkan kami dan menjalani hidup sendiri. Bukankah kalian juga sama seperti kami? Kita sama-sama tidak dapat hidup jauh dari air. Ke manapun kalian akan pergi, kami akan selalu ikut. Kami ingin hidup dengan senang dan susah bersama kalian.” Angsa itu menjawab, “

Hai kura-kura, kami mempunya sebuah rencana untuk kalian. Gigitlah kayu ini di bagian tengah-tengahnya. Aku akan menggigit ujung kayu sebelah kanan, dan isteriku akan menggigit di sebelah kiri. Kemudian kami akan membawa kalian terbang. Kalian harus menggigit dengan kuat, dan jangan berbicara apa saja selama kami membawa kalian terbang. Janganlah kalian menegur siapa saja. Kalau ada yang bertanya janganlah kalian jawab. Itulah tugas kalian, janganlah kalian tidak menuruti nasihat kami tadi. Apabila kalian tidak menaati nasihat kami, kalian mungkin tidak akan sampai ke tempat tujuan. Bahkan kalian dapat mati.”

Setelah angsa berkata demikian, kura-kura menggigit bagian tengahtengah kayu. Angsa jantan menggigit ujung kayu sebelah kanan, dan angsa betina menggigit ujung kayu sebelah kiri. Setelah semua siap, terbanglah kedua angsa membawa kura-kura. Mereka akan pergi ke telaga Manasasara. Sepasang angsa membawa sepasang kura-kura terbang dengan sebatang kayu. kura-kura menggigit bagian tengah-tengah kayu. Angsa jantan menggigit ujung kayu sebelah kanan, dan angsa betina menggigit ujung kayu sebelah kiri.

Setelah mereka terbang jauh, sampailah mereka di atas ladang Wilanggala. Di sana ada dua ekor anjing jantan dan betina. Kedua anjing itu berteduh di bawah pohon mangga. Anjing betina menengadah ke atas melihat angsa terbang membawa kura-kura. Dia berkata, “ Hai suamiku, lihatlah pemandangan ganjil itu ! Ada kura-kura dibawa terbang oleh angsa jantan dan betina!” Anjing jantan menjawab,“ Benar katamu, itu memang pemandangan yang ganjil! Mana mungkin kura-kura dapat terbang karena angsa! Mungkin itu bukan kura-kura. Mungkin itu kotoran kerbau kering, tempurung kura-kura, atau buah tangan untuk anak angsa.” Perkataan anjing jantan itu didengar oleh kura-kura. Dalam hati ia marah sekali. Tak tahan ia ingin membalas perkataan anjing jantan, karena dianggap kotoran kering yang berisi karu-karu (kutis). Maka terbukalah mulut kura-kura itu. Lepaslah kayu yang digigitnya itu. Jatuh dan matilah kedua kura-kura itu ke tanah. Angsa merasa kecewa karena nasihatnya tidak dituruti oleh kura-kura. Angsa jantan dan betina kembali melanjutkan perjalanannya ke telaga Manasasara.


0 Response to "Kisah Cakrangga dan Durbudi"

Post a Comment