Kisah Karman dan Dursila


Desa yang indah dan penuh dengan warna-warni bunga, tinggallah dua orang sahabat yang selalu bermain, menari, dan melakukan kegiatan bersama. Dua orang sahabat tersebut bernama Karman dan Dursila. Karman seorang anak remaja yang selalu berperilaku sederhana, sopan, dan jujur, akan tetapi Dursila seorang remaja yang  kurang jujur, suka pamer, dan bahkan cenderung kurang sopan,  Dursila selalu bermimpi menjadi orang terkenal, kaya dan menjadi  sanjungan orang. 



Pagi hari saat matahari baru terbit, Dursila duduk di bawah  pohon sambil memikirkan bagaimana caranya menjadi orang yang  kaya. Kemudian terlintas dalam pikirannya untuk membuat usaha bersama dan hasilnya akan ia curi dengan cara tipu daya. Dursila  yang telah tergoda oleh keinginannya untuk menjadi orang kaya dan bisa hidup bersenang-senang, kemudian bangun dari tempat  duduknya dan melangkah menuju rumah Karman. Sampai depan  pintu rumah Karman, Dursila memanggil “Karman kamu sedang apa?  Aku ingin bicara dengan kamu sesuatu yang penting.”

Mendengar suara panggilan dari luar Karman keluar dan berkata “Ada apa Dursila?” Karman aku punya ide, bagaimana kalau kita pergi meninggalkan kampung  halaman kita untuk mencari pekerjaan.Setelah kita berhasil barulah kita kembali ke  rumah,” dengan manis dan penuh keyakinan Dursila meyakinkan Karman untuk pergi  merantau. Akhirnya kedua sahabat ini pun pergi keluar dari desanya. 

Singkat cerita di kota tempat kedua sahabat ini mengadu nasib tidak menemui  kesulitan yang berarti. Hari demi hari mereka lalui dengan bekerja sepenuh hati, setelah  beberapa tahun mereka kerja, kedua sahabat ini pun memiliki harta yang cukup  banyak. Pada sore hari yang mendung, Dursila berkata pada Karman “Kar, bagaimana  kalau kita pulang, aku sudah rindu dengan kampung halaman. Karman dengan riang  menjawab, “Aku juga ingin pulang”. Setelah mengemasi barang-barangnya Karman  dan Dursila pulang. Dalam perjalanan pulang, tiba-tiba Dursila berhenti dan berkata,  “Karman aku khawatir tak aman membawa uang banyak pulang ke rumah. Ayo  kita bawa sekedarnya saja dan sisanya kita sembunyikan. Karman menganggukkan  kepalanya dan berkata, “Baiklah kita sembunyikan di mana?”. Sambil menunjuk pada sebatang pohon tua Dursila berkata, ”Kita akan menggali lubang kecil di bawah pohon  ini untuk menyembunyikan kantong-kantong uang kita di dalamnya dan menutupinya  kembali. Uang itu akan aman dalam tanah. “Karman dengan senyum berkata “Itu  gagasan yang baik. Kita akan kembali nanti bila memerlukan uang.”Karman dan Dursila  kemudian menggali lubang di dekat pohon, setelah cukup dalam mereka cepat-cepat memasukkan kantong yang berisi uang itu dimasukan ke dalam lubang, kemudian menutup lubang itu kembali, Karman dan Dursila pulang ke rumahnya masing-masing.

Malam harinya diam-diam Dursila keluar dari rumahnya dan mengendap-endap  menuju pohon tua tempat meyimpan uangnya, dan mulai menggalinya. Kemudian  cepat-cepat diambilnya semua uangnya, tanpa sepengetahuan siapa-siapa.  

Hari-hari telah mereka lewati, Karman dan Dursila mulai kehabisan uang bawaannya, kemudian dengan nada yang memelas berkata pada Karman, “Kar, uang belanjaku  sudah mulai habis nih, bagaimana kalau kita ambil uang yang kita simpan itu?”  “Wah ide kamu memang cemerlang, aku juga mulai kehabisan uang,” jawab Karman.  Kemudian Karman dan Dursila berjalan menuju pohon tua tempat menyimpan uang, sesampainya di sana keduanya langsung menggali, tiba-tiba dengan wajah yang pucat Dursila berteriak “Mana kantong uang kita?” Siapa yang telah mengambil uang kita? Apakah kamu berlaku curang sama aku, Karman?”. Mendengar teriakan yang  kencang dan menuduh Karman melihat lubang galian dan melihat tidak ada satupun kantong simpanan mereka, Karman menjawab, “Dursila, kamu tahu aku orang jujur  tidak pernah berpikir kotor untuk mencuri ataupun yang lain, jangan-jangan malah kamu yang mencurinya?”

Kedua sahabat ini mulai terlibat perdebatan yang saling menyalahkan, sehingga  keadaan mulai memanas. Dursila berkata, “Mari kita ajukan kepada  hakim, siapa tahu  Pak Hakim dapat memberikan solusi dari musibah ini.” Pak Hakim mendengarkan  penjelasaan kedua sahabat tersebut, setelah mendengarkan dan didukung bukti-bukti,  akhirnya sang hakim mulai melakukan penelitian dan hasilnya menemukan bukti bahwa Dursila telah melakukan pencurian uang, bukti menunjukkan keadaan rumah  Dursila dan uang yang dimiliki Dursila lebih banyak dari pada Karman, sedangkan pola hidup Dursila dan Karman berbeda. Akhirnya, Pak Hakim memutuskan Dursila  bersalah karena mencuri uang temannya sendiri. Dursila dan Karman akhirnya tidak  berteman lagi, karena orang seperti Dursila tidak pantas dijadikan teman.