Cerita singkat Bambang Ekalaya Bhakti kepada Resi Drona


Ada sebuah kerajaan bernama Astina Pura dengan Raja Drestarastra. Di dalam kerajaan ini terdapat dua keluarga besar yakni Keluarga Panca Pandawa dan keluarga Seratus Korawa. Dari segi sifat Panca Pandawa adalah keluarga damai, jujur, taat, dan patuh terhadap perintah. Sedangkan keluarga Seratus Korawa sifatnya loba, tamak, curang, tidak taat kepada perintah, egois, dan selalu ingin berkuasa. 

Sang Prabhu mengajarkan ilmu perang dan memanah kepada semua putra-putranya baik Pandawa maupun Korawa. Pada suatu saat ketika sedang dilakukan latihan ilmu memanah datang Bambang Ekalaya dari kejauhan. Dia sangat tertarik dan berminat sekali belajar memanah. Datanglah dia untuk ikut belajar bersama dengan Pandawa dan Korawa. Oleh Resi Drona permohonan Bambang Ekalaya ditolak karena Bambang Ekalaya bukan dari kaum bangsawan. 

Pergilah Bambang Ekalaya dan pulang ke rumahnya. Sampai di rumah atas kreativitasnya sendiri Ekalaya membuat patung Resi Drona, karena mereka sangat kagum  dengan keahlian dan kepintaran Resi Drona saat memanah. Setiap hari patung itu dipuja dan dihormati oleh Bambang Ekalaya sebelum belajar memanah. Akibat dari keyakinan dan tujuannya yang mulia, maka Bambang Ekalaya mendapat anugrah  berupa kepandaian dalam memanah.

Singkat cerita suatu saat Resi Drona mengajak murid-muridnya pergi memanah. Saat itu Bambang Ekalaya juga melihat dan ingin ikut  menguji kemampuannya. Setelah diadakannya uji coba terhadap muridnya Bambang Ekalaya mencoba memanah dan selalu tepat pada  sasarannya. Melihat kejadian itu, semua murid  Resi Drona heran, termasuk Resi Drona pun  heran dan bertanya kepada Bambang Ekalaya, “Siapakah yang mengajarimu memanah?”

Bambang Ekalayapun bercerita tentang kisahnya di rumah sampai pada membuat patung Resi  Drona untuk disembah karena mengagumi Resi  Drona. Oleh Resi Drona hal itu dianggap salah karena tanpa seijinnya Bambang Ekalaya membuat patung dirinya. Oleh karena itu, dihukumlah Bambang Ekalaya dengan memotong ibu jari tangannya. Dengan maksud agar tidak  ada yang mengalahkan muridnya dalam memanah terutama Sang Arjuna.