Kisah Semut dan Belalang


Pada musim panas, sinar mentari sangat terik dan langit membiru sangat cerah. Di sana sini bunga bermekaran. Demikian pula buah-buahan yang masak di pohonnya nampak ranum dan lezat menggoda selera. Suasana indah tersebut membuat Belalang sangat gembira dan terlena dengan keadaan. Setiap hari dari pagi, siang hingga senja ia bernyanyi, bermain dan bersenang-senang. Maka ia pun heran dengan semut yang nampak sibuk dan bekerja keras mengumpulkan makanan dan menyimpannya di rumahnya.



Belalang pun bertanya penuh keheranan: “Hai semut, mengapa kamu tidak bersenang-senang seperti aku? Ayolah bermain dan bergembira, mumpung cuaca cerah dan indah. Ayo kita bersukaria bersama!”. Tetapi semut berpikir sebaliknya. Dia sibuk menyimpan makanan untuk persediaan pada musim dingin yang segera tiba. Semut terus bekerja tanpa tergoda ajakan Belalang. Belalang pun mengejek Semut: “Ah dasar semut tolol, cuaca cerah begini malah sibuk sendiri!”.

Karena ajakannya tidak ditanggapi oleh Semut, maka Belalang memilih bermain sendirian di pohon jambu. Tidak lama kemudian musim dingin pun tiba. Udara dingin terasa menusuk tulang. Dimana-mana turun salju menutupi jalanan, pepohonan dan rerumputan.

Belalang tersiksa karena kemana pun ia pergi tidak ada makanan yang tersedia. Dengan terpaksa ia pun mendatangi semut sambil memohon: “Hai semut, sahabatku. Berilah aku sedikit makananmu, karena aku sangat kelaparan”. Tetapi semut menjawab: “Maaf, persediaan makananku harus cukup sampai musim dingin berakhir”. Belalang pun agak memaksa:   “Tetapi kamu kan memiliki banyak makanan!”, kata Belalang sambil melihat sekeliling  rumah Semut, di mana persediaan makanan nampak bertumpuk tertata rapi. Semut pun menjawab dingin: “Memang, karena aku tidak mau menanggung resiko kekurangan  makanan. Tidak seperti kamu yang selalu memboroskan waktu sepanjang musim .