Kisah Semut dan Kepompong


Di sebuah hutan, hidup berbagai binatang buas dan jinak. Ada kelinci, burung, kucing, capung, kupu-kupu, dan lain-lain. Pada suatu hari, hutan dilanda badai yang sangat dahsyat. Banyak hewan yang tidak dapat menyelamatkan dirinya, kecuali si semut yang berlindung di dalam tanah. Badai baru berhenti ketika pagi menjelang.


Tiba-tiba dari dalam tanah muncul seekor semut. Ia pun berjalan melihat sekelilingnya. Ketika sedang berjalan, ia melihat seekor kepompong yang tergeletak di dahan daun yang patah. Semut bergumam,“Hmm, alangkah tidak enaknya menjadi kepompong, terkurung dan tidak bisa ke mana-mana. Menjadi kepompong memang memalukan!

Coba lihat aku, bisa pergi ke mana saja yang aku mau,” ejek Semut pada Kepompong. Semut terus mengulang perkataannya pada setiap hewan yang berhasil ditemuinya.

Beberapa hari kemudian, semut berjalan di jalan berlumpur. Ia tidak menyadari kalau lumpur yang diinjaknya bisa menghisap dirinya semakin dalam.

“Aduh, sulit sekali berjalan di tempat becek seperti ini,” keluh Semut.

Semakin lama, Semut semakin tenggelam dalam lumpur. “Tolong…tolong,” teriak Semut.

“Wah, sepertinya kamu sedang kesulitan ya…?” Semut terheran mendengar suara itu. Ia memandang ke sekelilingnya mencari sumber suara.

Dilihatnya seekor kupu-kupu yang indah terbang mendekatinya “Hai, Semut! Aku adalah kepompong yang dahulu engkau ejek.

Sekarang, aku sudah menjadi kupu-kupu. Aku bisa pergi ke mana saja dengan sayapku. Lihat… sekarang kau tidak bisa berjalan di lumpur itu kan?”

“Aku mohon maaf karena telah mengejekmu. Maukah kau menolongku sekarang?” kata Semut pada Kupu-kupu.

Kupu-kupu pun menolong Semut yang terjebak dalam lumpur. Tidak berapa lama, Semut terbebas dari lumpur penghisap tersebut. Setelah terbebas, Semut mengucapkan terima kasih kepada Kupu-kupu.

Kupu-kupu lalu berkata “Tidak apa-apa, memang sudah kewajiban kita untuk menolong yang sedang kesusahan. Sebaiknya kamu jangan mengejek hewan lain. Setiap makhluk pasti diberikan kelebihan dan kekurangan oleh Yang Maha Pencipta. Sejak saat itu, Semut dan Kepompong menjadi sahabat karib.


0 Response to "Kisah Semut dan Kepompong"

Post a Comment