Sang Kancil Sebagai Penengah


Seekor menjangan betina dan seekor macan kumbang betina sudah lama bersahabat. Mereka memelihara anak-anak mereka di hutan yang sama. Persahabatan itu berlangsung dengan baik sampai tiba musim kemarau yang berkepanjangan. Dalam keadaan sukar demikian itu, sang macan kumbang tidak dapat memperoleh binatang buruan untuk makan anak-anaknya yang sudah sangat kelaparan.


Pada suatu pagi, ia berkata kepada kawannya, sang menjangan, bahwa, kemarin malam, ia bermimpi memakan menjangan. Kini, ia bertanya apakah kawannya setuju apabila ia melaksanakan mimpinya itu. Sudah tentu sang menjangan tidak setuju, sehingga timbullah pertengkaran yang hebat.

Untuk mencari jalan keluar, mereka kemudian mengajukan masalah ini ke hadapan hewan-hewan hutan lainnya. Semua hewan berpihak kepada sang menjangan. Hal ini membuat sang macan kumbang tidak puas dan mengancam akan meneruskan niat buruknya. Oleh karena tak berdaya menolong sang menjangan, masalah ini oleh para hewan hutan diajukan ke kepala desa yang dijabat oleh seorang manusia, sedangkan sang menjangan secara diam-diam menghubungi saudara sepupunya, sang kancil.

Keadilan dimintakan kepada kepala desa itu karena ia terkenal sebagai seorang pejabat yang sangat adil. Namun, karena diancam sang macan kumbang, ditambah lagi bahwa ia telah dijanjikan akan dihadiahi sebuah paha sang menjangan, maka di dalam pengadilan ia telah berkeputusan untuk memihak kepada sang macan kumbang. Namun, sebelum ia dapat mengucapkan keputusannya yang mengijinkan sang macan kumbang untuk melaksanakan niatnya, tiba-tiba dilihatnya sang kancil menaiki atap rumahnya sambil membawa obor. 

Menurut keterangan sang kancil kemarin malam ia telah bermimpi bahwa harus membakar desa itu sampai rata ke bumi dan rumah paling dahulu harus dibakar adalah rumah sang kepala desa. Perbuatan hari ini sebenarnya adalah untuk melaksanakan mimpinya itu. Sadar akan kesalahannya yang akan diperbuat, sang kepala desa memenangkan perkara sang menjangan. Sang macan kumbang karena kalah dalam pengadilan ini telah membawa anak-anaknya pindah ke hutan lain.


0 Response to "Sang Kancil Sebagai Penengah"

Post a Comment