Sejarah Rasulullah di Mekkah


Pada masa pra-Islam sekeliling Kakbah dipenuhi berhala. Berhala-berhala tersebut disembah oleh penduduk Mekah. Seringkali masyarakat Arab membawa sesembahan ke hadapan berhala-berhala tersebut. Ketika ditimpa musibah masyarakat Arab datang dan menyembelih binatang kurban di hadapan berhala-berhala sesembahan mereka itu. Tiap-tiap suku di Mekah memiliki berhala sesembahan. Di tengah-tengah masyarakat seperti inilah Nabi Muhammad berdakwah.

Mekkah

Dakwah Nabi Muhammad Periode Mekah
Mekah, sebuah kota yang terletak di kawasan Arab yang bertanah kering. Mekah dikelilingi bukit-bukit karang yang tandus. Padang pasir banyak terdapat di kota ini. Kota Mekah dikelilingi gunung-gunung batu. Kondisi tanah yang tandus menyebabkan mayoritas penduduk Mekah bermata pencaharian sebagai pedagang. Mereka berdagang selama berhari-hari bahkan berbulan-bulan dengan meninggalkan keluarganya. Kota Mekah dilalui jalur perdagangan yang menghubungkan Yaman dan Syiria. 

Kakbah yang berdiri di tengah kota menyebabkan Mekah sebagai pusat keagamaan Arab. Kakbah menjadi tempat ziarah bagi mereka. Di kota itulah Nabi Muhammad lahir. Nabi Muhammad lahir sebagai seorang yatim. Abdullah, ayahandanya meninggal dunia pada saat Muhammad masih berada dalam kandungan. Ayahandanya wafat dalam perjalanan dagang. Muhammad dibesarkan oleh Aminah, ibundanya. Tidak lama dalam asuhan Aminah, ibunda tercinta itu wafat. Muhammad kemudian beralih diasuh oleh Abdul Muttalib, kakeknya. Selanjutnya, Muhammad diasuh oleh Abu Talib, pamannya. Ketika beranjak dewasa, Muhammad memiliki kebiasaan menghindari keramaian. Muhammad menyendiri di gua-gua sekitar Mekah. Waktunya di gua dihabiskan untuk berpikir mengenai pemandangan alam semesta dan adanya kekuasaan di balik semua itu. Selain itu, waktu menyepi dipergunakan untuk beribadah. (Muhammad Husain Haekal. 2005. Halaman 77)

Pilihan mengasingkan diri dan memisahkan diri dari keramaian merupakan bagian dari rencana Allah Swt. terhadapnya. Selain itu, pilihan mengasingkan diri juga menyebabkan terputusnya hubungan dengan kesibukan-kesibukan duniawi. Saat Muhammad sedang berkhalwat di gua Hira, tatkala sedang tertidur datanglah malaikat dengan sehelai lembaran seraya berkata, ”Iqra’!” Dengan terkejut Muhammad menjawab, ”Saya tidak dapat membaca.” Diulanginya perintah itu hingga tiga kali. Jawaban Muhammad masih sama. Selanjutnya, malaikat berkata:

Iqra’ bismi rabbikal-laz.ikhalaq(a). Khalaqal-insana min 'alaq(in). Iqra’ warabbukal-akram(u). Allaz.i-'allama bil-qalam(i). 'Allamal-insana ma lam ya'lam.

Artinya: Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Mahamulia. Yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya. (Q.S. al-‘Alaq [96]: 1–5)

Setelah menerima wahyu pertama di gua Hira, Muhammad saw. telah resmi diangkat menjadi rasul utusan Allah Swt. Setelah waktu pertama itu datang, Jibril tidak muncul lagi untuk beberapa waktu. Sementara itu, Nabi Muhammad menantikannya dan selalu datang ke gua Hira. Setelah sekian lama menantikan Jibril pun datang dan menyampaikan wahyu Allah Swt. Wahyu yang turun adalah Surah al-Mudassir [74] ayat 1–7 yang artinya,

”Wahai orang yang berkemul (berselimut)! Bangunlah, lalu berilah peringatan! Dan agungkanlah Tuhanmu, dan bersihkanlah pakaianmu, dan tinggalkanlah segala (perbuatan) yang keji, dan janganlah engkau (Muhammad) memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak. Dan karena Tuhanmu, bersabarlah.”


Berdakwah kepada Kalangan Keluarga
Dengan turunnya Surah al-Mudassir [74] ayat 1–7 Rasulullah mulai berdakwah. Mula-mula dakwah dilakukan kepada keluarga dekatnya secara sembunyi-sembunyi. Khadijah, istrinya merupakan wanita pertama yang beriman dan menerima ajaran tauhid. Disusul oleh Ali bin Abi Talib, Abu Bakar, dan Zaid bin Harisah. Abu Bakar mengajak teman dan saudaranya untuk beriman pada ajaran yang dibawa oleh Muhammad. Usman bin Affan, Abdur Rahman bin Auf, Talhah bin Ubaidillah, Sa’d bin Abi Waqas, dan Zubar bin Awwam mengikuti jejak Abu Bakar dalam menerima ajaran yang dibawa Nabi Muhammad saw. Orang-orang yang telah menerima ajaran Nabi Muhammad tidak hanya berdiam diri. Mereka aktif mengajak saudara atau keluarga dekatnya untuk meninggalkan ajaran nenek moyang. Kegiatan mereka menyebabkan pengikut Rasulullah semakin hari semakin bertambah. Hingga tahun ketiga setelah masa kerasulannya, Nabi Muhammad masih menyembunyikan ajaran yang dibawanya. Beliau merintis dakwah secara ifradiyah (ajakan kepada perorangan secara sembunyi). Akhirnya, Allah Swt. memerintahkan kepada Nabi Muhammad saw. agar menyampaikan kebenaran. Allah Swt. berfirman seperti berikut.

Wa anz.ir 'asyiratakal aqrabin(a). Wahfid.janahaka limanittaba'aka minalmu’minin(a). Fa in 'asauka faqulinnibari-’um mimmata'malun(a).

Artinya: Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu (Muhammad) yang terdekat, dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang beriman yang mengikutimu. Kemudian jika mereka mendurhakaimu maka katakanlah (Muhammad), ”Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. asySyuara-’ [26]: 214–216)

Setelah menerima wahyu perintah berdakwah, Nabi Muhammad mulai berdakwah kepada keluarga besarnya. Langkah pertama yang diambil oleh Rasulullah dalam menyampaikan dakwah kepada keluarga besarnya dengan mengundang mereka makan. Pada saat jamuan makan Nabi Muhammad mengajak keluarganya menyembah hanya kepada Allah Swt. dan meninggalkan berhala yang mereka sembah selama ini. Mendengar ajakan Nabi Muhammad, Abu Lahab, salah seorang paman rasul segera menghentikan pembicaraan dan mengajak para undangan untuk meninggalkan tempat jamuan makan. Tidak sakit hati dengan ulah Abu Lahab, Nabi Muhammad mengundang kerabatnya dalam jamuan makan pada hari berikutnya. Usai jamuan makan, Nabi Muhammad kembali mengajak kerabat dekatnya untuk meninggalkan berhala dan beralih menyembah Allah Swt. Tanggapan yang diterima Nabi Muhammad sama dengan hari sebelumnya. Mereka meninggalkan acara jamuan makan dengan ejekan dan hinaan. (Muhammad Husain Haekal. 2005. Halaman 93–95)

Berdakwah kepada seluruh masyarakat Mekah
Rasulullah mengalihkan dakwahnya kepada penduduk Mekah. Pada suatu hari Rasulullah naik ke Bukit Safa seraya mengajak penduduk Mekah menyembah hanya kepada Allah Swt., Tuhan seluruh alam. Mendengar seruan Nabi Muhammad, Abu Lahab, paman rasul yang dikenal cepat naik darah itu berkata sambil berdiri, ”Celaka kau hari ini. Untuk ini engkau mengumpulkan kami?” Nabi Muhammad hanya dapat memandangi sang paman. Selanjutnya, turun Surah al-Lahab [111] ayat 1–5. 

Tabbat yadaabilahabiw watabb(a). Maagna-'anhu maluhuwa makasab(a). Sayaslanaran zata lahab(in). Wamra’atuh(u-), hammalatalhatab(i). Fijidihah. ablum mim masad(in).

Artinya: Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan benar-benar binasa dia! Tidaklah berguna baginya hartanya dan apa yang dia usahakan. Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak (neraka). Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar (penyebar fitnah). Di lehernya ada tali dari sabut yang dipintal.  (Q.S. al-Lahab [111]: 1–5)

Sejak peristiwa di Bukit Safa, aksi-aksi menentang dakwah Rasulullah semakin banyak. Orang-orang kaya dan berpengaruh di Mekah turut serta dalam aksi-aksi tersebut. Mereka bersekutu dan menyusun rencana untuk menggagalkan penyebaran ajaran Islam. Meskipun demikian, pengikut Nabi Muhammad semakin hari semakin bertambah.

Penentangan Kaum Quraisy
Kaum kafir Quraisy menghalalkan segala cara untuk menghalangi dakwah Nabi Muhammad. Abu Talib menjadi sasarannya. Kaum Quraisy berpikir bahwa Abu Talib menjadi pelindung Nabi Muhammad. Pembelaan Abu Talib terhadap Nabi Muhammad sangat disegani kaum kafir Quraisy. Oleh karena itu, mereka menyusun siasat untuk memisahkan Abu Talib dengan Nabi Muhammad. Mereka mendatangi Abu Talib seraya mengancam, ”Kami meminta Anda untuk memilihsatu di antara dua; Memerintahkan Muhammad menghentikan dakwahnya atau menyerahkan Muhammad kepada kami. Jika Anda menuruti permintaan kami, Anda akan terhindar dari kesulitan.” (Muhammad Husain Haekal. 2005. Halaman 98–99)

Abu Talib menyampaikan ancaman dari kaum kafir Quraisy kepada Nabi Muhammad. Nabi Muhammad menolak permintaan kaum Quraisy dan bertekad melanjutkan dakwah. Abu Talib mendukung dakwah Rasulullah dengan segenap jiwa dan raga. Merasa gagal dengan cara ini, kaum kafir Quraisy mengutus Walid bin Mugirah untuk ditukarkan dengan Nabi Muhammad. Abu Talib menolak mentah-mentah permintaan kaum kafir Quraisy. Sikap permusuhan, hinaan, dan siksaan yang diterima oleh Nabi Muhammad tidak memengaruhi orang-orang untuk menerima ajakan menyembah Allah Swt. Setiap hari ada satu atau beberapa orang yang menyatakan diri memeluk dan menerima ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. Lambat laun jumlah kaum muslimin semakin banyak. Gangguan dan siksaan yang diterima kaum muslimin tidak berhenti begitu saja. Siksaan dan hinaan kaum kafir Quraisy semakin hari semakin menjadi-jadi. Menghadapi hal tersebut, kaum muslimin tidak merasa gentar sedikit pun. Jumlah kaum muslimin yang semakin hari semakin bertambah menyebabkan kaum Quraisy gelisah. Dengan berbagai cara kaum kafir berusaha menghentikan dakwah Nabi Muhammad. Orangorang miskin, para budak, dan kaum lemah menjadi sasaran empuk teror yang dilakukan kaum kafir.

Para sahabat tidak gentar terhadap teror yang dilancarkan oleh kaum kafir Quraisy. Teror yang ada menyebabkan para sahabat semakin total dalam berdakwah. Abu Bakar terkenal sebagai pembebas budak. Ia tidak segan-segan mempergunakan hartanya untuk menebus para budak. Jika ada budak yang disiksa majikannya, dengan serta-merta Abu Bakar akan membebaskannya. Usman dikenal sebagai sahabat yang dermawan. Ia tidak segan menyumbangkan hartanya untuk dakwah islamiah dan masih banyak sahabat lain yang total dalam berdakwah. Semakin hari pengikut Nabi Muhammad bukan semakin sedikit, justru semakin bertambah banyak. Tokoh-tokoh Quraisy yang pada awalnya menentang ajaran rasul kemudian menerimanya dan menyatakan diri memeluk Islam. Salah satu tokoh tersebut adalah Umar bin Khattab.

Umar Bin Khattab Masuk Islam
Umar bin Khattab, seorang yang dikenal gagah perkasa, kuat, dan bertubuh tegap. Umar dikenal sebagai pemuda yang penuh emosi dan cepat naik darah. Meskipun demikian, terhadap keluarganya ia sangat bijaksana dan selalu bertindak lemah lembut. Umar bin Khattab sebelum masuk Islam merupakan salah satu orang Quraisy yang paling keras memusuhi kaum muslimin. Umar bin Khattab menemui Nabi Muhammad dan menyatakan masuk Islam. Saat itu Nabi Muhammad dan para sahabatnya sedang berkumpul di sebuah rumah yang terletak di Safa. Umar masuk Islam setelah membaca ayat-ayat Al-Qur’an yang dibawa oleh Fatimah, adiknya. Mula-mula ia sangat marah mengetahui Fatimah telah memeluk agama Islam. Selanjutnya, Umar meminta lembaran yang berada di tangan Fatimah. Lembaran tersebut berisi ayat-ayat Al-Qur’an yang telah dibaca oleh Fatimah dan Sa’id bin Zaid, suaminya. Wajah Umar berubah setelah membaca ayat Al-Qur’an. Hatinya bergetar. Selanjutnya, Umar bin Khattab meninggalkan Fatimah beserta suaminya untuk menemui Nabi Muhammad dan menyatakan diri memeluk Islam. Kini, kaum muslimin Mekah bertambah kuat dengan adanya Umar bin Khattab yang telah memeluk Islam. Umar bin Khattab menyatakan diri memeluk Islam di rumah Arqam. Rumah Arqam terletak di dekat bukit Safa. Di rumah ini pula Rasulullah membina kaum muslimin. Mereka belajar Al-Qur’an beserta kandungan maknanya. Di rumah Arqam pula kaum muslimin berdiskusi untuk menemukan jalan keluar agar dakwah Islam dapat diterima.

Umat Islam Diboikot
Dengan masuknya Umar ke dalam Islam, umat Islam semakin berani untuk mendakwahkan ajaran Islam. Sementara itu kedudukan kaum Quraisy menjadi lemah. Islamnya Umar menyebabkan kedudukan kaum muslimin berbeda bagi kaum Quraisy. Melihat Umar masuk Islam, kaum kafir Quraisy bermusyawarah untuk menentukan langkah selanjutnya. Kaum kafir Quraisy bersepakat untuk membuat ketentuan tertulis dan mengadakan pemboikotan terhadap Banu Hasyim serta Banu Abdul Muttalib. Piagam tersebut selanjutnya digantungkan di Kakbah. Isi perjanjian tersebut adalah penduduk Quraisy dilarang menikah, berdagang, dan berhubungan apapun dengan kedua keluarga tersebut. Akibat pemboikotan tersebut Banu Hasyim dan Banu Abdul Muttalib mengungsi ke suatu lembah di luar Kota Mekah. Hal ini terjadi selama tiga tahun. Selama itu pula dua keluarga tersebut menderita haus, lapar, panas, dan dingin.

Dengan adanya pemboikotan tersebut kaum kafir Quraisy berharap Nabi Muhammad akan ditinggalkan oleh pengikutnya. Akan tetapi, harapan tersebut sia-sia dan tidak menjadi kenyataan. Bukan kelemahan yang didapati pada kaum muslimin, justru keimanan yang semakin kuatlah yang mereka temui. Pemboikotan tersebut berakhir ketika perjanjian tersebut disobek-sobek sendiri oleh mereka yang turut serta di bawah perjanjian. Mereka merasa tindakan yang dilakukan sangat keterlaluan. Akhirnya, Rasulullah dan keluarganya kembali ke rumah masing-masing.