Datu Haji Muhammad Tahir


Alkisah, di daerah Negara, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan, hiduplah seorang ulama yang terkenal bernama Datu Haji Muhammad Tahir. Sekalipun murid-murid banyak dan tersebar di berbagai daerah, Muhammad Tahir menganggap ilmunya masih kurang. Karena itu Beliau tidak bosan-bosannya menuntut ilmu. Puncaknya, Muhammad Tahir menunaikan ibadah haji agar ilmunya lebih beberkah.


Ketika itu menunaikan ibadah menggunakan kapal laut dengan waktu tempuh sekitar tiga bulan. Menjelang kapal sampai di Laut Merah terjadi hal yang membuat penumpang heran dan ketakutan, sebab tiba-tiba berhenti tanpa sebab. Awak kapal segera memeriksa mesin kapal, tetapi tidak ada yang rusak. Para penumpang akhirnya meminta kepada seorang penumpang yang dipercaya sebagai “orang pintar” yang mengerti hal-hal ghaib untuk meminta petunjuk Allah SWT karena berhentinya kapal disebabkan perbuatan makhluk gaib. Setelah shalat dan berdoa “orang pintar” tersebut mendapat petunjuk dan semakin terkejud karena menurutnya, orang gaib tersebut meminta tumbal seorang penumpang.

Untuk memenuhi permintaan makhluk ghaib tersebut, para penumpang melakukan undian untuk menentukan siapa yang akan dijadikan tumbal. Pada undian pertama keluar nama Muhammad Tahir sebagai tumbal. Para penumpang keberatan sebab Muhammad Tahir orang alim. Akan tetapi, setelah dilakukan undian kedua dan ketiga, tetap saja nama Muhammad Tahir yang terpilih. Akhirnya, tanpa mempedulikan rekasi penumpang, Muhammad Tahir menceburkan ke laut sebagai tumbal.

Ternyata, setelah mencebur ke laut, Muhammad Tahir tidak “dilenyapkan” makhluk halus sebab dengan menggunakan sebatang kayu, sampai ke sebuah pulau. Sesampai di pulau Muhammad Tahir bertemu dengan seorang lelaki tua. Muhammad Tahir menceritakan penyebab mengapa terdampar kepada lelaki tua tersebut yang direspon dengan mangut-mangut. Setelah Muhammad Tahir bercerita, lelaki tua tersebut mengatakan: pada setiap Jumat seorang kawannya shalat ke Mekah Masjidil Haram dan berjanji akan meninitpkan Muhammad Tahir kepada temannya tersebut sampai ke Mekah.

Setelah itu, teman lelaki tau tersebut datang dan tidak keberatan membawa serta Muhammad Tahir ke Mekkah. Orang tersebut menyuruh Muhammad Tahir masuk ke dalam jubahnya. Tentu saja Muhammad Tahir bingung. Perahu untuk ke Mekkah saja tidak ada dan tiba-tiba disuruh masuk ke jubah orang tersebut. Muhammad Tahir masuk ke dalam jubah orang tersebut dan merasa kesadarnnya lenyap, dan setelah membuka mata, Muhammad Tahir ternyata sudah berada di Mekah, dan orang tersebut memisahkan diri dari Muhammad Tahir sembari berpesan, kalau Muhammad Tahir ingin kembali ke Banjarmasin tunggu sampai Jumat depan.

Seminggu kemudian, setelah salat Jumat, orang tersebut datang. Haji Muhammad Tahir disuruh masuk ke dalam jubah orang tersebut, dan beberapa saat sampailah di Bayaman, Negara. Sesampai di Bayaman, Muhammad Tahir bertanya siapa orang yang menolongnya? Dia memberi tahu bahwa dirinya tinggal di Tatakan, dan orang yang tinggal di pulau itu adalah Nabi Khaidir.

Haji Muhammad Tahir meneruskan perjalanan pulang ke Negara dengan busana pertanda pulang haji. Hal tersebut tentu saja membuat penduduk heran, sebab bukankah Muhammad Tahir menveburkan diri di Laut Merah? Untuk menjawab keheranan penduduk, Haji Muhammad Tahir menceritakan peristiwa yang dialaminya dan penolongnya.

Haji Muhammad Tahir sampai akhir hayatnya tinggal di Negara dan makamnya terdapat di Desa Baruh Kambang Negara. 

Legenda Haji Muhammad Tahir ini mengisahkan suatu ketawakalan seseorang pada saat harus menjalani suatu keputusan yang sangat berat untuk dilakukan. Datu Haji Muhammad Tahir sebagai tokoh utama legenda ini bersikap tawakal kepada Allah pada saat dirinya dijadikan tumbal atau korban.

Pada mulanya, Datu Muhammad Tahir berangkat menunaikan ibadah haji. Ketika perahu yang ditumpanginya sampai di Laut Merah, tiba-tiba kapal itu berhenti, tak dapat bergerak. Padahal, angin bertiup kencang dan perahu tidak rusak. Hal itu membuat orang panik.

Berdasarkan firasat seorang ulama, salah seorang penumpang kapal itu, berhentinya perahu itu karena diganggu oleh makhluk halus yang minta tebusan salah satu dari penumpang. Berdasarkan hasil undian, penumpang yang dikorbankan adalah Datu Haji Muhammad Tahir. Oleh karena itu, hasil suatu keputusan bersama, dia menerimanya dengan rasa ikhlas dan tawakal. 

Setelah menceburkan diri ke laut, riwayat Datu Haji Muhammad Tahir belum tamat. Dengan pertolongan sebatang kayu terapung dia dapat menyelamatkan diri dan terdampar di suatu pulau. Dari peristiwa itu, dia justru mendapatkan berkah, yakni bertemu dengan seseorang yang mempunyai sahabat yang mau mengantarkan ke Mekah. 

Datu Haji Muhammad Tahir justru mendapatkan berkah. Dia ditolong orang dengan diantar ke Mekah. sebenarnya, berkah itu tidak hanya itu. Pada saat pulang ke Banjarmasin pun dia diantar. 

Berdasarkan uraian di ata dapat disimpulkan bahwa tema Legenda Datu Haji Muhammad Tahir adalah segala cobaan perlu dihadapi dengan sikap kepada Allah. Amanat yang dapat diambil dari tema tersebut yakni hadapilah segala cobaan yang menimpa kita dengan sikap tawakal, berserah diri kepada Allah. Apalagi, jika cobaan itu menyangkut hidup dan mati, sikap tawakal mutlak dilakukan. Sikap tawakal buka berarti pasif, tanpa usaha. Sikap tawakal harus disertai dengan segala usaha untuk pemecahannya.


Sumber: Kisah Rakyat Banjar


0 Response to "Datu Haji Muhammad Tahir"

Post a Comment