Pertumbuhan dan Perkembangan Nasionalisme di Indonesia


Pada umumnya, semua gerakan nasionalisme bangsa-bangsa Asia-Afrika sangat berpengaruh terhadap pergerakan nasionalisme Indonesia. Semangat nasionalisme Indonesia mulai tumbuh dan memperlihatkan kekuatannya terhadap penjajah umumnya dan Belanda khususnya sejak penghujung abad ke 19. Pada saat itu, Belanda hanya memerhatikan kepentingan bangsanya sendiri dan mengeruk keuntungan dari wilayah Indonesia. Kondisi itulah yang menjadi faktor utama munculnya gerakan nasionalisme di Indonesia. Untuk menambah keyakinan dan kepastian bahwa masyarakat Indonesia berjuang keras menentang penjajah keadaan seperti itu boleh dikatakan sebagai Kebangkitan Nasional, artinya bangunnya seluruh kemampuan bangsa Indonesia untuk merdeka, dengan beberapa alasan utama sebagai berikut.
  1. Penindasan yang dilakukan oleh penjajah Belanda, seperti diperlakukannya program tanam paksa yang banyak merugikan para petani dan pemilik lahan.
  2. Adanya pendidikan luar negeri yang diterima oleh sebagian bangsa Indonesia, baik yang belajar dari negeri barat maupun negeri timur. Tetapi yang paling berpengaruh ialah pendidikan Barat ala Belanda yang diselenggarakan di Indonesia, walapun sebagian sekolah hanya diperuntukkan oleh kelompok tertentu saja. Adapun jenis-jenis sekolah yang berperan dalam perkembangan pendidikan masyarakat Indonesia saat penjajahan Belanda antara lain: 1) ELS (Europeesch Lagere School) atau HIS (Hollandsch Indische School) selama waktu 7 tahun sebagai pendidikan tingkat dasar, 2) Sekolah Lanjutan HBS (Hogere Burger School) dan AMS (Algmenene Middelbare School) yang sekarang setingkat SMA, 3) Sekolah Bumi Putera (Inlandsche School) yang bahasa pengantarnya adalah bahasa daerah, 4) Sekolah Desa (Volksch School), 5) Sekolah Desa Lanjutan (Vervolksch School), 6) MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) atau setingkat SMP, dan 7) Stovia (School Toot Opleiding van Inlandsche Artsen) yaitu sekolah Dokter Jawa yang lamanya 7 tahun kelanjutan dari MULO.
  3. Munculnya gerakan Islam modern, yang dapat berfungsi sebagai pemersatu bangas Indonesia yang mayoritas beragama Islam, dan mereka tidak setuju dengan semua kebijakan Belanda yang jauh dari aturan kehidupan Islam.
  4. Dominasi ekonomi kaum Timur Asing terutama Cina, yang saat itu oleh Belanda diberi keleluasaan dalam menguasai bidang perdagangan.
  5. Perkembangan media pers sebagai alat komunikasi.
  6. Diberlakukannya politik Etis yang merupakan politik balas jasa dari Belanda kepada Indonesia yang dicetuskan oleh Van de Venter, isinya dikenal dengan Trias Vandeventer yaitu irigasi, migrasi dan edukasi.
  7. Ketidakpuasan dengan dibentuknya suatu sistem kehidupan diskriminasi. Bangsa Indonesia sebagai pribumi diposisikan sebagai golongan kelas tiga paling bawah setelah orang Eropa dan Timur Asing.

Nasionalisme di Indonesia mengalami kemajuan sangat pesat saat organisasi Budi Utomo diakui secara resmi oleh pemerintah Belanda pada tahun 1908. Adapun tahapan nasionalisme yang berjalan di Indonesia sampai mencapai kemerdekaannya adalah sebagai berikut.
  1. Nasionalisme sosial dan kebudayaan (1900–1912), diorientasikan pada perbaikan dan perkembangan sistem kehidupan masyarakat pribumi. 
  2. Nasionalisme politik (1912–1921), mengarahkan penduduk Indonesia untuk mengerti akan politik dan saat itu banyak didirikan partai politik.
  3. Nasionalisme militan (1921–1926), diketengahkan setelah bangsa Indonesia mengerti politik dan perjuangan organisasinya yang dilandasi dengan semangat militansi yang tinggi.
  4. Nasionalisme politik radikal (1926–1933), menyadarkan segala macam aktivitas partai politik dan organisasi yang berkembang dengan sifat non kooperatif.
  5. Nasionalisme moderat (1933–1941), dikembangkannya sikap kebijakan partai untuk mengambil keputusan yang matang.
  6. Nasionalisme pendudukan Jepang (1942–1945), merupakan tindakan terakhir yang membawa dampak terhadap kemerdekaan Indonesia.

0 Response to "Pertumbuhan dan Perkembangan Nasionalisme di Indonesia"

Post a Comment