Senjata dan Teknik Berburu Tradisional Suku Banjar


Bagarit
Bagarit ini merupakan cara berburu yang menggunakan jaring atau jerat yang dipasang pada tali yang dipancangkan pada pohon dalam jumlah yang banyak berjejer. Jaring ini biasanya terbuat dari rotan atau kawat yang tahan untuk menjaring rusa atau minjangan. Setiap satu pasang atau rangkaian jerat yang diikat pada seutas tali disebut satu payah. Waktu bagarit tersebut salah satu pihak pada hutan tersebut dipasang beberapa payah jaring yang ditunggu oleh penunggu jarng tersebut dengan sebilah tombak.



Pada sisi kiri dan kanan hutan yang diperkirakan ada rusa itu ditempatkan orang-orang yang berbaris dalam jarak tertentu satu persatu, yang berteriak-teriak agar rusa tersebut melewati jaring tersebut. Selain itu ada beberapa orang yang memasuki hutan itu memburu menjangan tersebut sambil mengomando dua barisan tadi untuk memberaki rusa tersebut.

Apabila rusa tersebut kena jaring dan tali anak atau tali pegangan jaring pada kayu lepas, penunggu jaring yang bersembunyi di semak tempat jaring itu mengejar dan menombaknya.

Cara bagi hasil atau pembagian hasil perburuan ini adalah sebagai berikut :
  1. yang membarisi kiri-kiri kanan tadi dapat satu bagian
  2. Yang berburu masuk hutan tadi mendapat dua bagian
  3. Penunggu jaring juga satu bagian
  4. Pemilik jaring mendapat kepala rusa atau menjangan tersebut
  5. Orang hamil yang menyaksikan pembagian hasil buruan itu juga dapat satu bagian
  6. Tukang kariau atau pawang dapat satu bagian
  7. bagarit ini umumnya hanya dilakukan untuk menangkap rusa atau menjangan.

Bahandup
Bahandup ini alatnya tidak memakai jaring tetapi pakai hadupan (anjing). Ini juga dilakukan untuk menangkap rusa atau minjangan dan bisa juga untuk berburu. Alat yang digunakan selain anjing adalah tombak. Jadi para peserta semua membawa tombak untuk menombak binatang yang akan di tangkap.

Caranya ialah anjing di lepas di daerah hutan yang diperkirakan ada rusanya. Ini atau anjing ini diikuti sambil didengar gonggongannya. Biasanya anjing yang terlatih memburu sambil menggigit rusa itu ke arah para pemburu atau peserta yang membawa tombak tadi. Jadi dimana ada terdengar ada bunyi anjing yang mengejar rusa itu diikuti dan rusanya di tombak.

Pembagian hasil buruan ini biasanya bagi rata saja sesama peserta karena tugas dan beratnya pekerjaan sama saja. Jika babi yang diburu itu, hanya untuk membunuhnya saja agar jangan mengganggu kebun atau sawah dan dikerjakan secara bergotong royong oleh para petani yang bersangkutan.


Manjipah
Manjipah, dipergunakan antara lain untuk menangkap rusa, yaitu dengan mengikat jerat pada sepotong kayu bagian ujungnya yang merupakan pohon kecil yang dilenturkan ke bawah yang berfungsi sebagai pegas. Biasanya dipasang pada lorong yang dilalui rusa atau binatang lain yang ditangkap dengan jipah ini. Apabila rusa atau binatang lain yang lewat di lorong tersebut dan terinjak iman atau kunci pegas dari jipah maka kayu yang menjadi pegas tadi tegak seperti semula dan rusa tersebut terjerat pada jerat yang di pasang di ujung kayu tadi.

Jipah ini hanya di hutan tempat rusa itu tanpa ditunggu dan secara berkala diperiksa, kalau ada yang kena. Ini biasanya dilakukan secara perorangan tidak berombongan seperti bagarit dan bahandup tadi.


Maalir Buaya
Maalir ini sebenarnya seperti memancing buaya dengan pancing yang besar. Ini dilakukan oleh paaliran atau seorang pawang buaya yang mempunyai ilmu khusus dalam menguasai atau menundukkan buaya.

Biasanya dilakukan ketika ada orang yang ditangkap buaya atau ada buaya yang akan mengganggu orang-orang di suatu kampung. Dengan berbagai alat yang digunakan ini dilaksanakan baik berupa peralatan untuk menangkap buaya maupun peralatan magis yang menyertainya, agar buaya tersebut dapat ditangkap.

Paaliran tersebut biasanya berpakaian yang berwarna kuning khusus untuk paaliran tersebut ketika maaliri buaya tersebut lengkap dengan laung dan sebagainya. Alir atau pancing yang diberi umpan makanan buaya tersebut ditempatkan di dalam rakit kecil yang dipasang/diletakkan di sungai tempat buaya itu berada.

Paaliran ini merupakan pemimpin dalam menangkap buaya dengan alir tersebut dan dibawa bersama beberapa orang di dalam perahu ketika memasang dan juga menyeret buaya yang telah kena alir tersebut.

Jika buaya telah menyambar alir yang diberi umpan itu dan kena maka pangaliran tadi bersama rombongan menarik tali alir tadi dengan perahu dan menyeret buaya itu yang kemudian dibunuh.

Pekerjaan ini tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang biasanya harus dikerjakan dan dipimpin oleh paaliran atau pawang buaya tadi, karena dialah yang mempunyai ilmu untuk menundukkan buaya tersebut, yang lain hanya membantu.


Mamulut
Mamulut merupakan cara untuk menangkap unggas atau burung yang ukuran kecil dengan pulut atau lidi atau ranting kecil pada pohon  yang dilumuri dengan perekat berupa getah tumbuhan. Getah yang diolah menjadi pulut antara lain berasal dari getah pohon tarap atau getah pohon sukun. Getah dipilin menjadi bola kecil, direndam atau direbus dalam air sehingga mengental.

Binatang yang ditangkap dengan pulut ini antara lain sarindit, punai, pipit, dan sejenisnya. Burung yang hinggap di  dahan atau ranting misalnya di pohon bangkal di persawahan yang dipasang pulut akan melekat pada pulut itu. Agar burung mau hinggap di dahan atau ranting yang dipasang pulut, maka burung itu dipanggil dengan pipikat, yakni burung dengan sangkarnya yang ditempatkan di sekitar pohon.   

Cara lain adalah dengan melekatkan ujung pulut tersebut pada binatang yang hinggap di pohon pada bulu burung tersebut sehingga melekat. Pulut ini biasanya diberi tangkai yang panjang sehingga burung yang dipulut tersebut tidak melihat orang yang mamulutnya.



Manjarat
Manjarat ini biasanya dilakukan untuk menangkap burung kecil seperti burak-burak, titikusan, gelatik dan sebagainya. dengan jerat. Tetapi ada juga yang menggunakan jerat ini untuk menangkap binatang melata seperti biawak.

Manjarat ini ada dua cara, utamanya untuk menangkap burung seperti burak-burak, gelatik dan sebagainya.. Cara tersebut adalah sebagai berikut :
a.Manjarat dengan Menggunakan Parit
Parit adalah burung yang dipelihara sejak kecil dan biasa memanggil teman sejenisnya. Ini terjadi pada burung burak-burak, sarindit dan sebagainya, yang bisa berbunyi memanggil temannya.

Caranya burung atau parit tadi bersama kurungannya diletakkan di padang-padang atau semak yang dikelilingi dinding yang dibuat secara khusus dan pada dinding itu dibuat beberapa buah lubang sebesar badan burung yang dijerat itu bisa masuk. Pada lubang tersebut dipasang jerat yang menjerat burung itu jika ia masuk lokasi yang dikelilingi pagar itu untuk mendatangi parit atau burung yang diletakkan di dalam pagar tersebut.

Selama burung parit itu berbunyi berdatanganlah burung-burung yang dijerat itu memasuki lokasi tempat parit itu berbunyi melalui lubang tempat jerat itu dipasang dan burung itupun terjerat. Ini biasanya dilakukan untuk menangkap burung seperti burung burak-burak di sawah.

b.Jerat yang Memakai Umpan
Jerat yang seperti ini dipergunakan untuk menangkap burung-burung gelatik dan sejenisnya yang biasa memakan padi di sawah. Jeratnya kecil dibuat dari rotan yang sebesar kawat kecil atau benang dan lubang mata jeratnya hanya sebesar penampang badan burung yang dijerat. Jerat tersebut diikat vertikal pada sebuah bambu yang diikat dengan diameter kira-kira 5 mm pada ujung bagian atas. Pada bagian bawah bambu itu diruncingi untuk menancapkan di tanah yang dilubangi sebesar lubang yang dibuat dengan alu. Panjang bambu ini kira-kira 25 cm.

Lubang tersebut diisi dengan padi yang dimakan oleh burung seperti gelatik tersebut dan diisi lubang itu ditancapkan bilahan bambu yang diujungnya terikat jerat tadi. Jika burung seperti gelatik tadi memakan padi di dalam lubang itu ketika memasukkan kepalanya untuk mematuk padi tadi terjeratlah burung itu. Ini biasanya dilakukan di daerah persawahan di dalangan sawah atau di pematang sawah utamanya pada musim kemarau.

Manjabak Burak-Burak
Ini dilakukan di daerah persawahan yang banyak ditumbuhi oleh rumput, dimana terdapat banyak burung sawah atau burak-burak. Caranya ialah burung parit yaitu burak-burak yang telah lama dipelihara dan sudah jadi atau berbunyi terus memanggil kawannya atau lawannya dimasukkan ke dalam kamar belakang jabak burak-burak atau keranjang yang dibuat khusus di mukanya untuk perangkap. Jabak burak-burak yang berisi parit burak-burak ini diletakkan pada semak/rumput tempat burak-burak itu hidup berkeliaran di daerah persawahan di dataran rendah. Burung parit yang berada di dalam perangkap itu terus berbunyi memanggil kawan dan lawannya, kemudian burung burak-burak yang berada di semak atau padang-padang tersebut. Ketika burung itu masuk baik yang mau berlaga atau yang mau berkawan, terperangkaplah burung itu ke dalam jabak atau perangkap tersebut.

Piluang atau Kubur Jebakan
Ini digunakan untuk menangkap binatang besar seperti babi dan sebagainya. Caranya ialah dengan membuat lubang yang cukup dalam sebesar binatang yang akan di perangkap pada jalan atau lorong tempat binatang itu lalu setiap saat. Lubang itu dibuat sedemikian rupa baik besar atau luasnya maupun dalamnya, sehingga jika buruan itu terperangkap atau jatuh ke dalamnya tidak bisa lagi dia bergerak naik ke permukaan. Setelah lubang piluang itu selesai digali lalu ditutup dengan ranting-ranting kecil, daun-daun dan sebagainya, sehingga tersamar di permukaannya seperti tidak ada lubang. Ketika binatang seperti babi berjalan atau berlari melalui lorong tersebut terjatuh binatang itu ke dalam lubang itu dan tidak bisa lagi naik ke permukaan karena lubang yang sempit dan dalam itu. Dengan demikian binatang buruan itu dapat ditangkap.Ini biasanya dilakukan di daerah yang agak tinggi atau di daerah pematang yang tidak digenangi air.

Manyuar Pilanduk
Ini dilakukan di daerah pegunungan untuk menangkap pilanduk atau kancil. Caranya ialah diwaktu malam hari dengan menggunakan suar atau lampu sorot tradisional mencari atau berburu pilanduk atau kancil dengan menggunakan sarapang atau tombak ikan. Bila terdapat kancil maka ditombaklah dengan sarapang, sejenis sarapang bagandar lalu disembelih pilanduk tersebut.

Manyapung atau Menangkap Burung dengan Menggunakan Sapung
Sapung adalah bunyi-bunyian yang ditiup terbuat dari bambu yang bunyinya menirukan bunyi burung yang akan disapung atau ditangkap di waktu malam hari. Sapung itu terbuat dari sebuluh atau bambu kecil seperti peluit wasit bentuknya.

Pada waktu malam hari sambil bersembunyi dengan menggunakan penutup badan sapung tersebut ditiup lokasi tempat burung tersebut. Sapung itu ditiup untuk memanggil burung yang berkeliaran di sekitarnya yang mendengar bunyi sapung itu. Burung-burung yang datang itu satu demi satu ditangkap secara perlahan, sehingga tidak menimbulkan kecurigaan dari burung lain yang hinggap kemudian.

Sekarang sapung ini diganti dengan yang menggunakan listrik dan dibuat sedemikian rupa sehingga bunyi yang dihasilkannya dapat memanggil segala macam burung yang hidup di sekitar sawah di malam hari seperti burak-burak, tatapaian, sisintar dan sebagainya, dan seterusnya ditangkap seperti manyapung.

Dalam segala bentuk berburu ini alat yang selalu di bawa setiap saat, utamanya pada waktu berburu binatang besar seperti rusa adalah parang. Ini disebabkan berfungsi banyak yaitu untuk memotong atau membabat rintangan ketika melintasi hutan dan juga digunakan untuk menyembelih hewan buruan yang didapat, serta untuk mengerjakan hewan yang didapat itu selanjutnya.

Sumber: Sejarah & Budaya Suku Banjar

0 Response to "Senjata dan Teknik Berburu Tradisional Suku Banjar"

Post a Comment