Sejarah berdirinya Kerajaan Kediri berawal dari pembagian Kerajaan Jenggala oleh Raja Airlangga untuk menghindari perpecahan di antara kedua putranya. Pembagian kerajaan ini dilakukan oleh Empu Bharada. Kerajaan Jenggala kemudian dibagi dua, yaitu Kerajaan Jenggala dengan ibu kota Kahuripan dan Kerajaan Kediri dengan ibu kota Daha. Kedua kerajaan ini dibatasi oleh Kali Brantas. Akan tetapi, perpecahan tetap saja terjadi karena setelah Airlangga wafat pada 1049 M, terjadi perang saudara.
Kerajaan Kediri lebih unggul dibandingkan dengan Kerajaan Jenggala. Samarawijaya kemudian menjadi raja Kediri setelah mengalahkan Mapanji Garasakan dari Jenggala. Raja Kediri pengganti Samarawijaya ialah Sri Bameswara. Pada masa pemerintahannya, raja ini banyak meninggalkan prasasti. Namun, prasasti tersebut banyak berisi mengenai urusan keagamaan sehingga perkembangan pemerintahannya tidak dapat diketahui.
Usaha memperbaiki perpecahan akibat perang saudara dilakukan pada 1120 M. Pada masa pemerintahan Kameswara dengan cara menikahi Candrakirana putri dari Kerajaan Jenggala. Peristiwa ini digambarkan Empu Dharmaja dalam Kitab Smaradhana.
Kerajaan Kediri mencapai kejayaannya pada masa pemerintahan Raja Jayabaya (1135–1157 M) hingga dikenal sampai ke Tiongkok. Berita ini dibawa oleh seorang saudagar Cina bernama Khou Ku Fei. Ia menceritakan bahwa pada 1200 M, Kediri adalah kerajaan yang makmur dan telah memiliki pemerintahan yang diatur oleh hukum.
Pada masa itu, Jayabaya banyak menghasilkan karya sastra mengagumkan, seperti Kitab Bharatayudha yang diubah oleh Empu Sedah dan Empu Panuluh. Kitab ini memastikan adanya penyatuan di antara dua kerajaan yang sebelumnya terpisah. Namun, yang paling terkenal dari Raja Jayabaya adalah ramalannya yang terkenal sampai sekarang dan terhimpun dalam suatu Kitab, yaitu Jongko Jayabaya.
0 Response to "Kerajaan Kediri"
Post a Comment