Kerajaan Mataram Hindu


Awal abad ke-8 M, di Jawa Tengah muncul Kerajaan Mataram Hindu yang menganut agama Hindu Syiwa. Raja pertamanya ialah Sanna yang terkenal cakap dan bijaksana dalam menjalankan pemerintahan. Pada masa itu, bidang pertanian merupakan salah satu bidang yang berhasil mencapai kemajuan. Mataram kemudian berkembang menjadi kerajaan penghasil beras terbesar di Pulau Jawa. Selain itu, kerajaan ini juga banyak menghasilkan emas. Namun setelah Raja Sanna meninggal, rakyat kehilangan seorang pelindung sehingga Mataram mulai mengalami kemunduran.


Wilayah Kekuasaan Mataram

Di dalam Kerajaan Mataram Hindu terdapat dua keluarga atau wangsa yang berkuasa. Keluarga tersebut, yaitu Wangsa Sanjaya dan Wangsa Syailendra.
a. Wangsa Sanjaya
Di daerah Sungai Progo di Gunung Wukir, Desa Canggal sebelah barat daya Kota Magelang ditemukan sebuah prasasti, yaitu Prasasti Canggal. Prasasti ini berangka tahun 732 M dengan huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta. Isi Prasasti Canggal menjelaskan bahwa di Desa Kunjarakunja telah didirikan sebuah lingga yoni (lambang Dewa Syiwa) oleh Raja Sanjaya. Dengan ditemukannya prasasti ini, diketahui bahwa raja yang terkenal saat itu ialah Raja Sanjaya. Raja Sanjaya berusaha keras untuk mengembalikan masa kejayaan Kerajaan Mataram seperti ketika dipimpin oleh pamannya, yaitu Raja Sana.

Raja Sanjaya menjalankan pemerintahannya dengan berwibawa. Sanjaya juga terkenal sebagai pemimpin yang adil dan bijaksana, serta taat kepada agama Hindu Syiwa. Sebagai seorang ahli Kitab suci, Raja Sanjaya menganjurkan agar rakyatnya mempelajari serta memperdalam ilmu pengetahuan dan agama. Mataram di bawah pemeritahan Raja Sanjaya semakin masyhur dan bertambah luas wilayahnya. Oleh karena keberanian dan keberhasilannya, Sanjaya memperoleh gelar Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya. Keterangan tentang hal tersebut terdapat dalam Prasasti Kedu atau Prasasti Mantyasih yang berangka tahun 907 M. Prasasti ini juga menjelaskan bahwa raja-raja Mataram sampai abad ke-10 M merupakan keturunan Wangsa Sanjaya yang menganut agama Hindu.

Kehidupan keagamaan Hindu Syiwa pada masa pemerintahan Wangsa Sanjaya terbina dengan baik. Hal ini menarik banyak pendeta Hindu India yang berkunjung ke Kerajaan Mataram serta menetap di istana sebagai penasihat keagamaan. Keadaan ini membuka kesempatan bagi rakyat Mataram untuk belajar serta memperdalam ajaran Hindu Syiwa.

Candi Prambanan
Peninggalan berupa Candi Sewu, Candi Prambanan, dan kompleks Candi Dieng sebagai tempat pemujaan dan kuburan raja-raja Mataram menunjukkan bahwa agama Hindu berkembang dengan baik. Kompleks Candi Dieng merupakan kelompok candi yang istimewa. Seni arsitekturnya merupakan perpaduan corak Hindu-Jawa yang dilengkapi rumah pendeta Brahmana untuk penginapan para pengembara yang memasuki Kerajaan Mataram.

b. Wangsa Syailendra
Pengganti Raja Sanjaya ialah Rakai Panangkaran. Masa pemerintahannya diwarnai berbagai pemberontakan dan kerusuhan. Pada 775–850 M, Rakai Panangkaran tidak mampu mempertahankan diri lagi dan dapat ditaklukkan oleh Wangsa Syailendra. Pusat pemerintahan kemudian dipindahkan ke daerah Bagelen dekat Yogyakarta.

Peristiwa ini diketahui dari Prasasti Kalasan yang ditemukan di Desa Kalasan, sebelah timur Yogyakarta yang diperkirakan dibuat pada 778 M. Hal yang menarik dalam Prasasti Kalasan ini, yaitu hurufnya ditulis dalam bahasa Sanskerta dan huruf Pranagari yang berasal dari India Utara. Hal ini berbeda dengan prasasti-prasasti yang dibuat oleh raja-raja Wangsa Sanjaya yang menggunakan huruf Pallawa yang berasal dari India Selatan. Di bawah kekuasaan raja-raja Wangsa Syailendra yang menganut agama Buddha, Kerajaan Mataram kembali mengalami masa kejayaan. Ilmu pengetahuan rakyat Mataram berkembang pesat. Demikian pula kesenian, terutama seni pahat yang banyak mendapat perhatian masyarakat.

Menurut Prasasti Mantyasih atau Prasasti Kedu yang dibuat pada masa pemerintahan Watukara Dyah Balitung, silsilah raja-raja Mataram ialah sebagai berikut:
1)  Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya,
2)  Sri Maharaja Rakai Panangkaran,
3)  Sri Maharaja Rakai Panunggalan,
4)  Sri Maharaja Rakai Warak,
5)  Sri Maharaja Rakai Garung,
6)  Sri Maharaja Rakai Pikatan,
7)  Sri Maharaja Rakai Kayuwangi,
8)  Sri Maharaja Rakai Watuhumalang, dan
9)  Sri Maharaja Rakai Watukara Dyah Balitung.

Selain dari silsilah tersebut, Kerajaan Mataram juga dipimpin oleh seorang raja bernama Indra yang berhasil mengangkat Mataram semakin mahsyhur. Berita ini terdapat dalam prasasti yang dibuat pada 782 M, yaitu Prasasti Klurak. Prasasti ini ditulis dalam huruf Pranagari dengan bahasa Sanskerta. Pada masa pemerintahan Raja Indra yang berlangsung sekitar tahun 780 M, Mataram berhasil mempersatukan Kerajaan Sriwijaya. Pemerintahan Raja Indra ini terus berlangsung sampai sekitar 850 M. Pada masa pemerintahannya yang bergelar Sri Sanggramadananjaya dibangun tempat-tempat suci, seperti Candi Sri, Candi Pawon, dan Candi Mendut sebagai tempat pemujaan pemeluk agama Buddha.

Candi Borobudor
Selanjutnya, Kerajaan Mataram dipimpin oleh Samaratungga. Pada masa pemerintahan raja inilah Candi Borobudur dibangun. Sepeninggal Raja Samaratungga, kekuasaan Wangsa Syailendra mulai mengalami kemunduran. Raja Samaratungga mempunyai dua anak yang berlainan ibu, yaitu seorang putri bernama Pramodhawardhani dan seorang putra bernama Balaputradewa. Pada 832 M, Pramodhawardhani menikah dengan Rakai Pikatan seorang raja dari Wangsa Sanjaya.

Perkawinan antara Pramodhawardhani dan Rakai Pikatan tidak disetujui oleh Balaputradewa. Terjadilah perselisihan antara Rakai Pikatan dan Balaputradewa pada 856 M. Rakai Pikatan dalam peperangan berhasil mengalahkan Balaputradewa. Balaputradewa bersama pengikutnya melarikan diri ke Swarnadwipa (Pulau Sumatra) dan berhasil menguasai Sriwijaya. Rakai Pikatan dari Wangsa Sanjaya kembali menguasai Kerajaan Mataram yang meliputi daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur. 

Candi-candi untuk memuja dewa Buddha dan Hindu dibangun pada masa pemerintahan Rakai Pikatan, misalnya Candi Roro Jongrang atau dikenal sebagai Candi Prambanan. Pengganti Rakai Pikatan, yaitu Rakai Kayuwangi atau Empu Kayuwangi yang memerintah pada 856–886 M. Rakai Kayuwangi adalah seorang pemeluk agama Hindu Syiwa. Kedudukan Rakai Kayuwangi kemudian digantikan oleh Dyah Balitung yang memerintah pada akhir abad ke-9 M sampai dengan awal abad ke-10 M. Dyah Balitung bergelar Rakai Watukara dan memerintah di sekitar Sungai Brantas, Jawa Timur. Raja-raja yang memerintah Kerajaan Mataram selanjutnya, yaitu Raja Daksa (910–919 M), Raja Tulodong (919–924 M), dan Raja Wawa (924–929 M).


0 Response to "Kerajaan Mataram Hindu"

Post a Comment