Seperti kita ketahui, menjelang tahun 1950 kedudukan RIS semakin melemah akibat tuntutan rakyat di seluruh Indonesia yang menghendaki kembali ke bentuk negara kesatuan. Pada saat itu, di Makassar pun sering terjadi aksi unjuk rasa. Untuk itu, pemerintah mengirimkan satu batalyon TNI untuk mengamankan Makassar di bawah pimpinan Mayor Worang. Kebijakan pemerintah tersebut memicu ketidakpuasan oleh sebagian anggota APRIS dari unsur mantan KNIL yang dipimpin oleh Kapten Andi Azis. Mereka menuntut agar hanya anggota APRIS dari unsur mantan KNIL yang bertanggung jawab atas keamanan di Negara Indonesia Timur.
Pada tanggal 8 April 1950, Andi Azis dan pasukannya menyerang pos-pos polisi militer dan menyandera Panglima Teritorial Indonesia Timur Letkol. Mokoginta. Selain itu, mereka juga menduduki beberapa tempat penting lainnya seperti lapangan terbang dan pusat-pusat telekomunikasi Tiga hari kemudian, pemerintah RIS memberi ultimatum kepada pasukan Andi Azis. Dalam Ultimatum tersebut dinyatakan bahwa dalam waktu 4×24 jam Andi Azis harus menarik semua pasukan, menyerahkan semua senjata, dan membebaskan seluruh tawanan. Andi Azis juga diwajibkan datang ke Jakarta untuk melaporkan diri.
Akhirnya, Andi Azis tidak menganggap enteng ultimatum yang diberikan pemerintah. Andi Azis pun datang ke Jakarta namun pada saat batas waktu yang ditentukan telah lewat. Ia ditangkap dan diadili oleh Mahkamah Militer dengan dijatuhi hukuman mati.
Mekipun Andi Azis sendiri telah menyerahkan diri pada bulan April, namun bukan berarti menghentikan pemberontakan tersebut. Oleh karena itu, pemerintah RIS menggelar operasi militer yang dipimpin oleh Kolonel Alex Kawilarang yang terdiri atas berbagai kesatuan dari ketiga angkatan dan kepolisian. Akhirnya, pada bulan Agustus 1950 seluruh pasukan KNIL yang memberontak dapat dibersihkan dari kawasan Makassar dan sekitarnya.
0 Response to "Pemberontakan Andi Azis"
Post a Comment