Pelaksanaan politik etis dalam bidang pendidikan telah melahirkan secercah harapan baru dengan lahirnya golongan terpelajar di masyarakat Indonesia yang pada akhirnya golongan ini akan membawa bangsa Indonesia pada suatu era kesadaran akan pentingnya rasa persatuan dan kesatuan bangsa untuk dapat mengusir penjajah dari Indonesia.
Selain itu, politik etis telah membawa kesadaran bangsa akan faktor-faktor yang muncul untuk lahirnya pergerakan secara nasional, di antaranya adalah:
Selain itu, politik etis telah membawa kesadaran bangsa akan faktor-faktor yang muncul untuk lahirnya pergerakan secara nasional, di antaranya adalah:
- Faktor dalam negeri: kemiskinan dan penderitaan bangsa Indonesia yang terjadi setiap saat yang diakhiri dengan kematian; munculnya kaum cerdik pandai; dan kejayaan pada masa lampau, pada masa kerajaan-kerajaan.
- Faktor dari luar negeri: kemenangan Jepang atas Rusia pada 1905 telah membuka mata bahwa orang Asia dan Afrika bukanlah bangsa yang hina; dan terpengaruh oleh gerakan kemerdekaan (nasionalisme) di negara-negara lain, seperti India, Filipina, Cina, dan Turki.
Dalam perkembangannya, tumbuhnya rasa kebangsaan nasional Indonesia dibagi menjadi tiga masa, yaitu:
1) Organisasi-Organisasi yang Lahir di Awal Pergerakan Nasional (Periode 1908 - 1920)
a. Budi Utomo
a. Budi Utomo
Akibat dari sistem pendidikan yang dicanangkan oleh politik etis, maka minat untuk belajar di kalangan penduduk sangat tinggi, tetapi karena adanya keterbatasan biaya, banyak penduduk pribumi yang tidak dapat mengenyam pendidikan tersebut. Hal ini membuat prihatin salah seorang cerdik pandai Dr. Wahidin Sudirohusodo untuk menghimpun dana sehingga pada 1906 - 1907, beliau melakukan perjalanan keliling pulau Jawa dan bertemu dengan Sutomo, seorang mahasiswa School Tot Opleiding Voor Inlandsche Arsten (STOVIA). Berikut ini adalah prinsip perjuangan Budi Utomo:
- diwakili golongan muda yang cenderung menempuh jalan politik dalam menghadapi pemerintahan kolonial; dan
- diwakili golongan tua yang cenderung menempuh perjuangannya dengan cara lama, yaitu sosiokultural.
- Adapun tujuan utama daripada Budi Utomo adalah mencapai dan meningkatkan derajat bangsa.
b) Sarekat Islam (SI)
Pada awalnya, SI bernama SDI (Syarekat Dagang Islam) didirikan oleh Haji Samanhudi pada 1911 di Solo. Maksud dari pendiriannya adalah untuk menghimpun para pedagang Islam agar dapat bersaing dengan pedagang-pedagang asing Barat maupun Timur. SI mencapai puncaknya pada masa kepemimpinan Tjokroaminoto, dan mengubah nama dari SDI menjadi SI pada 1912 dengan anggotanya terdiri dari seluruh lapisan masyarakat yang beragama Islam.
c) Indische Partai (IP)
Indische Partai didirikan pada 25 Desember 1912 di Bandung oleh Tiga Serangkai, yaitu Douwes Dekker, Soewardi Soeryaningrat, dan Dr. Ciptomangunkusumo. Indische Partai sebagai organisasi campuran antara Indo dan penduduk pribumi bertujuan hanya satu, yakni mencapai Indonesia merdeka dan merupakan organisasi politik yang pertama. Program Indische Partai disebarluaskan melalui majalah "De Express".
2) Organisasi-Organisasi pada Masa Radikal (Periode 1920 - 1930)
Ciri-ciri organisasi tersebut adalah:
- bersikap keras terhadap pemerintah kolonial; dan
- berasaskan nonkooperatif (tidak mau bekerja sama dengan pemerintah kolonial).
Berikut ini organisasi-organisasi pada masa radikal.
a) Perhimpunan Indonesia (PI)
Pada awal berdirinya bernama Indische Vereeniging, didirikan di negeri Belanda pada 1908. Organisasi ini pada awalnya bersikap sosial, tetapi lama kelamaan berkembang ke arah politik. Pada rapat umum bulan Januari 1923, Iwa Kusuma sebagai ketua memberikan penjelasan bahwa Perhimpunan Indonesia mempunyai tiga asas pokok, yaitu:
- Indonesia ingin menentukan nasibnya sendiri;
- agar dapat menentukan nasibnya sendiri, bangsa Indonesia harus mengendalikan kekuatan dan kemampuan sendiri; dan
- dengan tujuan melawan Belanda, bangsa Indonesia harus bersatu.
Dalam rapat umum yang dilakukan pada Januari 1924, Indische Vereeniging berganti nama menjadi Indonesische Vereeniging, dengan tokoh-tokohnya adalah Mohammad Hatta, Nasir Pemuncak, Abdul Madjid, Djojodiningrat, Ali Sastro Amijoyo, dan Ahmad Subarjo. Untuk mencapai kemerdekaan dan kesatuan bangsa Indonesia, para pemimpin Perhimpunan Indonesia mengembangkan suatu ideologi nasional baru yang khas Indonesia, serta bebas dari batasan Islam atau Komunis. Ada empat pokok pikiran dalam ideologi tersebut, yaitu:
a) kesatuan nasional;
b) solidaritas;
c) nonkooperatif; dan
d) swadaya.
b) PNI (Partai Nasional Indonesia)
PNI didirikan pada 4 Juli 1927 di Bandung. PNI merupakan buah pikiran Ir. Soekarno. PNI berdiri dengan tujuan berjuang untuk mencapai kemerdekaan Indonesia dengan berlandaskan asas percaya diri sendiri serta memperbaiki keadaan politik, ekonomi, dan sosial rakyat dengan kekuatan sendiri. Hanya dua tahun setelah pendiriannya, yakni 1929, anggota PNI berjumlah 10.000 orang dan 6.000 orang ada di daerah Periangan. Pada 18 - 20 Mei 1929, diadakanlah kongres PNI kedua di Jakarta. Selain memilih kembali pengurus lama, PNI pun telah mengambil keputusan sebagai berikut:
- Bidang ekonomi/sosial, menyokong perkembangan PNI, mendirikan koperasi-koperasi, studiefonds dan fond, korban atau partijfonds (untuk anggota-anggota yang kena tindakan pengamanan pemerintah) dan serikat-serikat pekerja, mendirikan sekolah-sekolah, dan rumah sakit.
- Bidang politik, mengadakan hubungan dengan Perhimpunan Indonesia di negeri Belanda dan menunjuk Perhimpunan Indonesia sebagai wakil PPPKI di luar negeri. PPPKI adalah Permufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia.
PPKI merupakan suatu federasi yang dibentuk PNI pada 17-18 Desember 1927 di Bandung dalam suatu kongres PNI yang pertama. Kegiatan PNI yang makin meluas dianggap membahayakan pemerintahan kolonial. Oleh karena itu, pada 29 Desember 1929 tokoh-tokoh PNI ditangkap dan dimasukkan ke penjara Sukamiskin Bandung. Ir. Soekarno dan rekan-rekannya ditangkap polisi di Yogyakarta, kemudian dibawa ke Bandung, lalu pada 29 Desember 1929 diajukan ke pengadilan Bandung. Pada 18 Agustus sampai dengan 29 September 1930, Ir. Soekarno menulis dalam pembelaannya yang terkenal dengan judul "Indonesia Menggugat" yang isinya antara lain:
"Kini telah menjadi jelas bahwa pergerakan nasionalisme di Indonesia bukanlah bikinan kaum intelektual dan komunis saja, tetapi merupakan reaksi umum yang wajar dari rakyat jajahan yang dalam batinnya telah merdeka. Revolusi Indonesia adalah revolusi zaman sekarang, bukan revolusinya sekelompok-kelompok kecil kaum intelektual, tetapi revolusinya bagian terbesar rakyat dunia yang terbelakang dan diperbodoh."
c) PKI (Partai Komunis Indonesia)
Pada awal berdirinya bernama Indische Social Democratiesche Vereeniging (ISDV) didirikan oleh H.J.F.M. Sneevliet, seorang partai buruh sosial demokrat dari Belanda yang diasingkan ke Indonesia. Saat mendirikan ISDV, ia mendapat dukungan dari H.W. Deker dan P. Bergam pada 1914. Dalam propaganda organisasi ISDV berusaha untuk menyusup pada organisasi yang telah ada. Pada mulanya mencoba masuk ke Perhimpunan Indonesia, tetapi tidak berhasil. Kemudian, masuk ke dalam tubuh Sarekat Islam. Akibatnya, SI pecah menjadi dua, yakni SI yang mendukung Semaun dan Darsono. Keduanya berhasil dipengaruhi Sneevliet dan menjadi tokoh komunis terkemuka di Indonesia.
Pada 1920, ISDV berganti nama menjadi Partai Komunis Hindia Belanda yang kemudian berubah lagi menjadi Partai Komunis Indonesia. Setelah tumbuh menjadi partai besar, PKI di bawah pimpinan Sardjono dan Sugono pada November 1926, mengadakan pemberontakan kepada Kolonial Belanda di Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur, tetapi dapat ditumpas oleh Belanda dalam waktu satu minggu.
Pemberontakan tersebut berdampak negatif terhadap pergerakan nasional Indonesia karena setelah pemberontakan tersebut kolonial Belanda mengadakan tindakan, penindasan, dan pengekangan terhadap organisasi-organisasi kaum nasionalis. Akhirnya, organisasi perjuangan bangsa sedikit tertahan. Setelah pemberontakan tersebut, PKI dinyatakan sebagai organisasi terlarang oleh pemerintah kolonial Belanda.
3) Organisasi-Organisasi di Masa Moderat (Kooperatif)
Ciri-ciri organisasi pada masa moderat adalah:
- bersikap agak lunak terhadap kolonial Belanda; dan
- menggunakan taktik mau bekerja sama dengan kolonial.
Organisasi-organisasi pada masa moderat adalah:
a) Partai Indonesia Raya (Parindra)
Partai ini berdiri pada 26 Desember 1935 di Solo, didirikan oleh Dr. Sutomo. Perindra merupakan hasil fusi dari Budi Utomo, Sarikat Sumatra, Partai Selebes, PBI, dan Tirtayasa. Tujuan Parindra adalah mencapai Indonesia merdeka. Parindra menyatakan taktik kooperatif dengan harapan dapat menempatkan wakil-wakilnya dalam parlemen Belanda (Volksraad). Sedangkan, asas dari Parindra adalah patriotisme, kerakyatan, dan keadilan sosial. Tokoh Parindra antara lain H.M. Thamrin yang berjuang di dalam Volksraad untuk nasib rakyat Indonesia.
b) Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo)
Gerindo berdiri pada 24 Mei 1937 di Jakarta. Tujuannya adalah mencapai Indonesia merdeka serta memperkokoh ekonomi Indonesia. Tokoh-tokoh Gerindo, di antaranya adalah Drs.A. K. Gani, Mr. Sartono, Mr. Muh. Yamin, Mr. Wilopo, dan Mr. Amir Syarifuddin.
c) Gabungan Politik Indonesia (GAPI)
GAPI dibentuk pada21 Mei 1939 di Jakarta, atas prakarsa Moh. H. Thamrin. Organisasi ini adalah gabungan dari Parindra, Gerindo, Persatuan Minahasa, Partai Islam Indonesia, Partai Katolik Indonesia, Pasundan, dan PSII. Pada 24 Desember 1939, GAPI mengadakan kongres-kongres. "Indonesia Berpalemen" menjadi tujuan utama GAPI selain memajukan masalah-masalah sosial ekonomi. Bahasa Indonesia menjadi bahasa resmi, lagu Indonesia Raya menjadi lagu kebangsaan, dan bendera Merah Putih menjadi bendera resmi negara Indonesia
0 Response to "Hubungan antara Pelaksanaan Politik Etis dengan Lahirnya Golongan Pelajar di Indonesia"
Post a Comment