Kedatangan Bangsa Inggris
Pada tahun 1600, pemerintah Kerajaan Inggris memberikan hak khusus kepada persekutuan dagang para pengusaha London yang disebut East India Company (EIC) untuk menangani perdagangan di Asia. Sehingga EIC memiliki wewenang penuh melakukan monopoli perdagangan di Asia, termasuk di Indonesia. Oleh karena itu, ekspedisi pelaut Inggris ke Timur diadakan atas sponsor EIC, tidak seperti halnya ekspedisi Portugis dan Spanyol yang didukung pemerintah kerajaannya masing-masing.
Pada akhir abad ke-16 dan awal abad ke-17, Inggris mendatangi beberapa daerah di Indonesia, seperti Aceh, Jayakarta, Banjar, Gowa, dan Maluku. Orang-orang Inggris pada saat itu hanya membuntuti langkah-langkah yang diambil Belanda. Misalnya jika Belanda mendirikan sebuah kantor dagang di suatu tempat maka Inggris juga ikut mendirikan kantor dagang di situ. Kemudian bila timbul pertikaian antara Belanda dengan orang pribumi maka biasanya Inggris memanfaatkan hal tersebut untuk mengambil hati orang-orang pribumi, dengan cara menjadi sekutu orang pribumi. Namun kehadiran Inggris di Indonesia tidak lama karena terdesak oleh Belanda.
Kedatangan bangsa Belanda
Perbedaan tujuan kedatangan Belanda ke Hindia Timur dengan Portugis dan Spanyol ialah bahwa Belanda hanya didorong oleh dua motif, yaitu motif ekonomi dan petualangan dan tidak mempunyai motif penyebaran agama. Motif ekonomi ini didorong oleh kesulitan-kesulitan ekonomi yang dialami Belanda sehingga mereka terpaksa harus mencari sumber lain, yaitu dari perdagangan rempah-rempah.
Biasanya pedagang Belanda membeli rempah-rempah Indonesia di Bandar Lisabon (Spanyol) untuk dijual lagi ke Eropa. Namun pada tahun 1590, Spanyol dikuasai oleh Portugis, sementara saat itu Kerajaan Belanda sedang berperang dengan Portugis. Raja Spanyol memerintahkan tertutupnya bandar Lisboa bagi para pedagang Belanda sehingga pedagang Belanda kehilangan mata pencaharian utamanya.
Pada tahun 1595, orang-orang Belanda yang dipimpin Cornelis de Houtman dan Piter de Kaizer berangkat menuju Indonesia melalui Lautan Atlantik. Karena kurang berpengalaman, mereka mengalami banyak kesulitan dan memakan waktu yang cukup lama, yaitu sampai 14 bulan sehingga pada tahun 1596 baru tiba di Banten.
Ekspedisi kedua dipimpin Van Neck dan Van Waerwyck yang tiba di Banten pada tahun 1598. Mereka diterima dengan baik, karena Banten sendiri baru saja mengalami banyak kerugian akibat perbuatan orang-orang Portugis. Orang-orang Belanda disambut dengan baik pula di Tuban dan Maluku. Lebih-lebih saat itu Ternate sudah tidak lagi menjadi sekutu Portugis, malah sedang bermusuhan dengan Portugis dan Spanyol.
Keberhasilan para pedagang Belanda mengambil hati rakyat Indonesia, telah membuahkan hasil yang memuaskan, yaitu penuhnya kapal-kapal mereka dengan muatan barang-barang dagangan untuk dibawa kembali ke negeri Belanda.
Penjajahan bangsa Belanda di Indonesia diawali oleh berdirinya persekutuan dagang Hindia Timur atau Vercenigde Oost Indische Compagnie (VOC). Dalam upaya mengembangkan usahanya, VOC memperoleh piagam (charter) yang diterima dari pemerintah Kerajaan Belanda. Piagam tersebut menyatakan bahwa VOC diberikan hak monopoli dagang. Untuk memaksakan agar monopoli perdagangannya bisa berjalan lancar dan dapat mengendalikan harga rempah-rempah, VOC melaksanakan apa yang disebut Hak Ekstirpasi dan Pelayaran Hongi.
Hak ekstirpasi adalah hak untuk memusnahkan tanaman rempah-rempah bila dirasa tanaman rakyat tersebut akan mengakibatkan stok rempah-rempah yang berlebihan dan bisa mengakibatkan jatuhnya harga di pasaran internasional. Pelayaran Hongia dalah pelayaran patroli pasukan bersenjata yang bertugas mengawasi dan mencegah terjadinya pelanggaran terhadap peraturan VOC dalam monopoli perdagangan. Misalnya, mencegah terjadinya transaksi dagang rempah-rempah antara penduduk pribumi dengan pedagang selain Belanda.
Agar bisa menang dalam persaingan dengan EIC, Gubernur Jenderal VOC saat itu Jan Pieterszoon Coen membangun benteng di Jayakarta. Selain itu, dia juga berhasil mengadu domba Banten dengan Jayakarta sehingga penguasa Banten memecat Pangeran Jayakarta dan sekaligus mencabut izin berdagang EIC. Pada tahun 1619, VOC berhasil mengusai Jayakarta yang kemudian diubah namanya menjadi Batavia.
Sejarah kekuasaan VOC di Batavia, mencatat adanya lembaran hitam tentang perbudakan. Setelah mendirikan Batavia, Kompeni mulai merasa membutuhkan banyak tenaga manusia dalam melaksanakan aktivitasnya sehari-hari.
Sejak terorganisir menjadi serikat dagang (VOC) dan berhasil menguasai beberapa daerah yang strategis dalam perdagangan di Indonesia, pedagang-pedagang Belanda berperan penting dalam hubungan perdagangan antara Indonesia dengan Eropa. Amsterdam (Belanda) menjadi pusat perdagangan rempah-rempah di Eropa.
Sejak abad ke-17 itulah, Amsterdam menggantikan Lisboa sebagai pusat perdagangan hasil bumi Indonesia di Eropa. Kerajaan Belanda menjadi semakin terkenal dalam dunia perdagangan.
Niat semula Belanda yang bertujuan berdagang, akhirnya berkembang menjadi penindasan dan penjajahan. Satu demi satu kerajaan ditaklukkan, baik dengan kekerasan bersenjata maupun dengan cara halus dan mengadu domba. Saat itu memang belum disadari pentingnya persatuan dan bekerja sama untuk membebaskan diri sehingga raja-raja di Indonesia masih mudah dihasut.
0 Response to "Kedatangan Bangsa Inggris dan Belanda"
Post a Comment