Pelaut Muslim: Khairuddin Barbarossa


Barbarossa: Penguasa Laut Mediterania
Khairuddin Barbarossa adalah pelaut muslim terkemuka pada abad ke-16. Dia menguasai laut Mediterania, yang membentang di sepanjang pantai Afrika Utara. Namun di dalam literatur Barat, ia dianggap sebagai “bajak laut” yang menakutkan bagi setiap pelaut Kristen.

Menyadari bahwa kekuatan armadanya jauh lebih kecil dibanding armada Spanyol pimpinan Andrea Doria yang mengerahkan 600 unit kapal perang, Barbarossa membagi kekuatannya dalam tiga eskadron tempur. Sebagai komandan ia memimpin pasukan induk di tengah dan diapit Ali Reis di eskadron sayap kiri dan Salih Reis di eskadron sayap kanan. Armada cadangan di bagian belakang dipimpin Turgut Reis.

Kemudian, di kegelapan malam itu juga, digiringnya armada Turki Utsmani itu keluar dari Selat Preveza sepanjang 30 km yang sempit, menuju laut terbuka Mediterania, menyongsong armada musuh yang tengah mengincar mereka. Strategi itu disusun berdasar keyakinan bahwa mereka mempunyai kelebihan dalam melakukan manuver dan jangkauan meriamnya lebih jauh.

Rupanya manuver itu tidak diduga oleh musuh. Sebab, begitu sampai di laut lepas, ketika matahari sedang berada di depan mata, mereka kelabakan karena mendapat serangan gencar. Dalam waktu beberapa jam saja, mereka tenggelam satu per satu ke dasar laut bersama seluruh penumpangnya dan tidak mampu memberikan perlawanan. Dari tengah, sayap kiri, dan sayap kanan, meriam-meriam Barbarossa tidak henti-hentinya melemparkan amunisi yang nyaris tak terelakkan.

Sukses itu merupakan strategi yang sangat baik yang diperlihatkan Barbarossa sebagai pelaut jempolan. Ia sengaja memancing Andrea Doria yang didukung Raja Charles V dari Spanyol agar masuk perangkapnya untuk kemudian dipepet di Selat Preveza yang sempit. Untuk itu ia lebih dulu memasuki selat sepanjang 30 km dan lebar 4 km itu, sambil mempersiapkan “serangan fajar”, dan terjadilah serangan fajar yang berlangsung pada hari Sabtu, 28 September 1538, sekitar waktu duha.

Sukses di Preveza ini merupakan modal besar bagi armada Turki untuk memenangkan pertempuran tahun berikutnya di laut yang sama saat kembali ke Aljazair pada September 1539. Saat itu mereka baru kembali dari Spanyol dengan membawa barang-barang pampasan perang yang diperoleh di daerah pesisir selatan Spanyol. Di tengah jalan mereka diadang kapal-kapal Spanyol dan terjadilah pertempuran yang melibatkan 13 kapal perang Turki Utsmani. Spanyol menderita kerugian lebih besar lagi.

Perang Preveza itu konon merupakan salah satu pertempuran penting dalam sejarah angkatan laut dunia. Namun cenderung dianggap remeh dalam buku-buku yang ditulis orang-orang Barat, termasuk kehebatan Barbarossa bersaudara. Britannica  Encyclopedia menyebutkan bahwa, selama 300 tahun, sejak abad ke-16 hingga 1830, tak ada kapal-kapal yang melayari laut Mediterania bakal selamat dari serangan kaum pembajak. Mereka ini dikenal sebagai Barbary lantaran sarang-sarang mereka berada di sepanjang pantai Afrika Utara, dari Mesir di timur hingga laut Atlantik di barat. Kawasan itu disebut sebagai pantai Barbary. Markas mereka berada di tiga negara, yaitu Algier, Tunisia, dan Tripoli.

Sekadar catatan, terlepas dari sudut pandang pihak yang berbeda pendapat, dalam khazanah kosakata bahasa ada kata barbar. Kata ini, yang termasuk dalam kelas kata ajektiva atau kata sifat, bermakna “tidak beradab”.

Siapa Barbarossa
Barbarossa, yang ditakuti penguasa Kristen, sebetulnya bernama Khair ed-Din alias Khairuddin, orang Turki yang dikenal di Eropa sebagai si Jenggot Merah. Menurut ensiklopedia di atas, dia menggunakan Algier sebagai pusat pembajakan, menguasai laut Mediterania, dan menaklukkan Tunisia. Ketika meninggal pada 1546, ia adalah panglima Angkatan Laut Turki.

Sedangkan Americana Encyclopedia menyebutkan, Barbarossa adalah nama yang diberikan oleh orang-orang Eropa kepada dua orang Turki, bajak laut dari Afrika Utara. Keduanya dilahirkan di Mytilene di Pulau Lesbos di Kepulauan Aegean dari ayah orang Yunani.

Barbarossa I (wafat 1518) beberapa tahun mengabdi kepada Sultan Mamluk dari Mesir sebelum pergi ke Tunisia. Nama sebenarnya adalah Horush atau Arouj atau Koruk. Bersama saudaranya, Khizr, ia menaklukkan Algier selatan pada 1514, sesekali membantu para penguasa setempat melawan armada Spanyol dan sesekali memusuhi mereka untuk kepentingannya sendiri. Ia terbunuh oleh tentara Spanyol di Rio Salado, Algier, ketika berusaha menangkap Tlemcen.

Barbarossa II (wafat 1546) kemudian mengambil alih posisi kakaknya. Namanya Khizr atau Khair ed-Din. Ia diangkat oleh Sultan Salim dari Turki menjadi wakil penguasa di Afrika Utara, dan pada 1533 diangkat sebagai panglima oleh Sultan Sulaiman I dari Turki. Tahun berikutnya ia menguasai Tunisia, tapi dua tahun kemudian diusir oleh kekuatan dari dalam. Pada 1538 ia berhasil membalas kekalahan itu di Actium. Baru pada 1541 ia bisa mengontrol seluruh laut Mediterania selama tiga tahun. Pada 5 Juli 1546 ia wafat di Constantinopel atau Istanbul, Turki.


Tidak jelas di mana tempat lahir kakak-beradik Barbarossa ini. Sejarah mencatat tempat kelahiran Khizr, di sebuah pulau kecil bernama Lesbos, Turki, yang sebelumnya merupakan wilayah Yunani. Ketika pulau ini ditaklukkan Sultan Turki Muhammad al-Fatih dari tangan Yunani pada 1462, banyak mantan anggota pasukan sipahi, veteran laskar Utsmaniyah, menetap di pulau ini, termasuk Ya’cub bin Yusuf. Setelah menikah dengan seorang wanita penduduk asli pulau itu, ia membuka usaha sebuah rumah makan di tepi pantai pulau tersebut. Ternyata usahanya banyak diminati para pelaut yang berlabuh di situ dan berkembang sukses. Pasangan ini dikaruniai empat orang anak lelaki: Ishak, Arouj, Khizr, dan Ilyas.
Di tangan orang-orang Yunani, pulau Lesbos menjadi tempat terjadinya penyimpangan seks sesama lelaki. Namun, di tangan orang-orang Turki, pulau ini menjadi tempat lahirnya mujahid besar, Arouj dan Khizr ed-Din alias Khairuddin, yang oleh lawan-lawan mereka, orang-orang Spanyol dan Portugis, diubah menjadi Barbarossa, yang artinya si Jenggot Merah.

Jiwa kemiliteran yang diwarisi dari sang ayah dan alam pantai yang penuh tantangan, tempat mereka dibesarkan, serta pergaulannya dengan para pelaut yang singgah ke rumah makan ayahnya, telah membekali sifat petualangan yang berkobar di dadanya. Apalagi, kala itu Turki dikenal sebagai negara maritim dengan armada lautnya yang cukup tangguh dan modern, didukung dana yang tidak kecil, menjadikan negeri itu amat disegani, baik di tingkat regional maupun internasional.

Tak mengherankan bila situasi semacam itu melahirkan anak-anak bangsa yang tangguh dan pantas dibanggakan, termasuk Barbarossa Bersaudara.

Awal Perjuangan
Karier Arouj sebagai tentara Turki cukup cemerlang. Awalnya ia hanyalah seorang pedagang biasa yang berlayar di seputar perairan laut Yunani. Pada suatu hari kapalnya diserang ordo militer Kristen St. John of Jerussalem atau Knight of Rhodes dan ditahan untuk dimintai tebusan. Rupanya peristiwa yang merenggut nyawa adiknya, Ilyas, itu menumbuhkan semangat balas dendam yang tidak bisa dibendung lagi. Dengan caranya sendiri, ia kemudian berhasil meloloskan diri dari tahanan dan bertekad untuk menyerang kapal-kapal Kristen.

Kedua bersaudara itu di mata orang-orang Spanyol dan Portugis dianggap sebagai perompak alias bajak laut dan bersifat kriminal. Di lain pihak, aksi-aksi itu mendapat simpati dari teman-temannya para pedagang. Dan pada gilirannya, dari daulah Utsmani dan negara-negara di sepanjang pantai Afrika Utara yang menjadi sasaran orang-orang Kristen Eropa itu. Hal itu membuka terjadinya kerja sama di antara Barbarossa dan negara-negara itu, sehingga keberadaannya di laut Mediterania semakin kukuh. Aksi-aksi mereka kemudian meluas tak hanya balas dendam pribadi, melainkan menyerang musuh-musuh Islam, yaitu orang-orang Kristen Eropa.

Situasi global saat itu adalah terjadinya reconquista alias penaklukan kembali Andalusia oleh orang-orang Spanyol, yang tadinya selama dua abad telah menjadi pusat peradaban Arab di bawah kendali Turki. Semangat reconquista ini telah menuntun armada Spanyol ke Afrika Utara, karena sebagian besar orang Islam yang diusir secara besar-besaran dari Andalusia itu melarikan diri dan menyebar ke negara-negara di kawasan Afrika Utara, sebagai wilayah yang paling dekat dengan Spanyol.

Semenanjung Iberia, yang meliputi Alhambra dengan Masjid Cordoba, tinggal kenangan. Masjid itu telah disulap menjadi gereja besar alias katedral. Peradaban Islam sudah melampaui titik kulminasinya dan sedang menuruni tampuk peradabannya. Dalam kondisi titik balik semacam itulah Khizr ed-Din alias Khairuddin tumbuh sebagai pemuda.

Pengaruh semangat reconquista Spanyol itu jelas sangat buruk bagi keamanan lalu lintas laut di sekitar Turki. Daulah Utsmani kemudian menunjuk Arouj untuk mengamankan lalu lintas laut bagi kapal-kapal dagang yang berseliweran hingga pantai Yunani. Untuk itu, ia dilengkapi dengan sebuah kapal perang bersenjata lengkap, yang kelak menjadi modal kedua bersaudara itu dalam menghalau ancaman armada Spanyol dan Portugis. Mereka melabrak kapal-kapal Kristen yang hilir mudik di perairan Laut Tengah.

Berkat bimbingan sang kakak, Khairuddin tumbuh menjadi tokoh yang diharapkan bangsanya. Didukung oleh momen yang tepat, ia tampil sebagai pahlawan negerinya. Apalagi ketika Arouj kemudian meninggal bersama seluruh pasukannya dalam suatu peperangan di Tlemcen (Tilmisan) yang berdekatan dengan Maroko pada 1518. Agaknya orang-orang Spanyol berhasil menghasut penduduk kota itu yang notabene pendukung Arouj, sehingga mereka mengepung dan menghabisi Arouj bersama tentaranya, yang mati sebagai syuhada.

Khairuddin, yang ditunjuk Arouj untuk sementara menggantikan dirinya memimpin Algier ketika akan berangkat ke Tlencem, dengan sendirinya mengambil alih pimpinan. Sejauh itu Barbarossa Bersaudara masih merupakan pejuang “swasta murni” yang bermodalkan keberanian, kepemimpinan, serta bakat yang dimanfaatkan secara maksimal.

Pada awal abad ke-16, dunia Islam dan Kristen sama-sama dalam keadaan terpecah. Turki Utsmani bangun dari puing-puing bekas kekuasaan Kekaisaran Byzantium yang berpusat di Istanbul alias Constantinopel, berhadapan dengan Spanyol, yang baru saja meruntuhkan peradaban Islam di Andalusia. Masing-masing pihak sedang saling menggalang persatuan di wilayah-wilayah seiman yang tercerai berai sambil saling terus memberikan ancaman dan hantaman. Turki Utsmani belum mempunyai pijakan di Afrika Utara sampai mereka berhasil memasukkan Mesir ke dalam wilayah kekuasaannya pada 1517 di bawah Sultan Salim.

Dalam hal ini Khairuddin berhasil menyatukan sebagian wilayah Maghribi, terutama Aljazair  ke dalam Turki. Sebelum itu, Aljazair berada di bawah kekuasaan dinasti Zayyanid, Maroko di bawah dinasti Marinid, dan Tunisia di bawah dinasti Hafsid (Hafash), yang kemudian ditaklukkan Spanyol (Algier) dan Portugis (Maroko).

Beberapa wilayah pelabuhan di pesisir utara Aljazair dikuasainya pada 1516 dari tangan Spanyol. Sejak itu sampai 1518, Arouj menjadi penguasa Aljazair; sementara Spanyol bertahan di benteng mereka di Pulau Penon, hingga pulau itu direbut Khairuddin pada 1529.

Kombinasi Maut
Sepeninggal Arouj, Khairuddin berhasil mengusir 20.000 tentara Spanyol yang dikirim untuk mengepung Aljazair, sehingga rakyat Aljazair mendaulatnya untuk tetap tinggal di sana, meski ia bersikeras kembali ke lautan lantaran penguasa Tunisia tidak lagi mendukungnya. Namun berkat bantuan Sultan Salim dari Turki, rakyat Aljazair berhasil “mempertahankan” Khairuddin dengan status wakil Turki di negeri itu. Peristiwa ini  terjadi pada 1519. Dengan demikian, Khairuddin mempunyai pijakan yang kukuh untuk menghadapi musuh-musuhnya.

Panggilan laut ternyata lebih nyaring di kuping Khairuddin, sehingga selama sepuluh tahun berikutnya ia lebih banyak berjuang di laut. Dengan armada “bajak laut”-nya, ia merupakan kombinasi maut dengan Sultan Sulaiman, yang naik takhta pada 1520. Khairuddin berhasil menyelamatkan 70.000 pengungsi muslim dari Andalusia dengan mengirimkan 36 armada kapal yang berlayar bolak balik Aljazair-Andalusia sebanyak tujuh kali.

Ini berarti ia berhasil menghalau tentara Spanyol di bawah pimpinan Raja Charles V di negerinya sendiri. Reconquista praktis tak berdaya di wilayah-wilayah yang berdekatan dengan Turki; meski di negeri-negeri muslim yang jauh dengan Turki sukses, seperti di India, Malaya, dan Nusantara. Baru pada 1529, ia kembali memimpin secara langsung negeri itu dan berhasil merebut Pulau Penon.

Meski gagal menaklukkan kota Wina di Austria, dengan pergerakannya itu Sulaiman I berhasil menguras tenaga Eropa, sehingga gentar menghadapi armada Turki. Khairuddin Barbarossa sendiri juga berhasil menancapkan kukunya di laut Mediterania dan memberikan kerugian yang besar bagi perekonomian Eropa,  karena itu Sultan Sulaiman pada 1534 mengangkatnya sebagai panglima tertinggi Angkatan Laut Turki Utsmani yang disandangnya hingga wafat pada 1546.

Dengan menyandang pangkat itu, pada Juli 1534 Barbarossa mengadakan show of force di laut. Ia menggiring armada Turki ke Tunisia melewati Selat Messina yang memisahkan Italia dan Sicilia sepanjang 32 km, dan menyerang beberapa pelabuhan yang dilewati. Kehadirannya ke Tunisia untuk membebaskan negeri itu dari kekuasaan Rraja Hasan bin Muhammad, yang menggulingkan dinasti Hafash pimpinan Rasyid, atas bantuan Spanyol. Usaha ini berjalan sukses dan menempatkan lagi Rasyid ke tampuk kekuasaan. Namun setahun kemudian giliran Barbarossa yang tak mampu mempertahankan Tunisia, karena peperangan yang tak seimbang.

Walau demikian, kekalahan di Tunisia bukan berati kiamat bagi Barbarossa. Ia terus membayang-bayangi Spanyol dengan merebut Puerto de Mahon di sebelah selatan Barcelona pada 1535. Kemudian mengarungi Selat Gibraltar alias Jabal Tharik, serta merebut kapal-kapal Spanyol dan Portugis yang membawa emas dan perak dari Amerika, yang baru mereka temukan. Pada 1537, Turki berhasil menguasai wilayah Morea (Poleponnisos) dan Dalmatia. Pada September 1538, ia berhasil secara gemilang memenangkan pertempuran di Preveza, di mulut Teluk Actium. Armada Spanyol mengerahkan 600 kapal, sementara kekuatan Barbarossa hanya sepertiganya.

Pertempuran Preveza konon merupakan perang laut terbesar pada masanya. Setahun kemudian, lagi-lagi Turki dan Barbarossa berhasil menunjukkan keunggulannya atas Spanyol dengan menyerang pesisir selatan negeri itu, serta mengumpulkan pampasan perang. Usaha Charles V merebut Aljazair pada 1541 juga mengalami kegagalan yang menyakitkan. Selain menghadapi ketangguhan rakyat Aljazair, ia juga harus menerima pil pahit. Dua pertiga kekuatannya diluluhlantakkan oleh badai dan gelombang,  sehingga menewaskan ribuan awak kapalnya.

Tugas Barbarossa tidak berhenti sampai di situ. Pada 1543, kota Nice, Prancis, telah menunggunya untuk dibebaskan dari kekuasaan Duke of Savoy yang berkolaborasi dengan Charles V. Tugas itu diselesaikan dengan baik pada 20 Agustus 1543. Setelah itu bersama armadanya ia menetap di Toulon selama musim dingin.

Berikutnya adalah Genoa. Di kota ini, salah seorang ajudannya, Turgut Reis, mendekam dalam penjara selama tiga tahun. Saat penaklukan Pulau Malta dari tangan Knight of St. John pada 1565, ia gugur dan dimakamkan di kota Trablusgarb. Di samping makamnya dibangun masjid dan madrasah atas namanya. Barbarossa sendiri wafat pada 1546 dan dikubur di Istanbul.

Kelak, Tunisia kembali ke tangan Turki pada 1574, 28 tahun setelah wafatnya Barbarossa. 

Sumber: VOA Islam

0 Response to "Pelaut Muslim: Khairuddin Barbarossa"

Post a Comment