Amerika dalam Perang Vietnam


Perang Vietnam adalah sebuah perang yang terjadi antara 1957 dan 1975 di Vietnam. Perang ini merupakan bagian dari Perang Dingin antara dua kubu ideologi besar, yaitu Komunis dan Liberal. Dua kubu yang saling berperang adalah Republik Vietnam (Vietnam Selatan) dan Republik Demokratik Vietnam (Vietnam Utara). Amerika Serikat, Korea Selatan, Thailand, Australia, Selandia Baru dan Filipina bersekutu dengan Vietnam Selatan, sedangkan USSR dan Tiongkok mendukung Vietnam Utara yang merupakan negara komunis.


Kehebatan perang Vietnam juga ditunjukan oleh beragam persenjataan yang digunakan kedua belah pihak. Dari persenjataan primitif hingga bom udara canggih digunakan untuk menjebak, membunuh dan mengalahkan musuh. Sangat tidak seimbang bila dilihat dari persenjataan antara Utara dan Selatan namun dari semangat justru faktor ini yang menentukan. Terbukti Amerika Serikat meninggalkan Vietnam dan tentara Utara dapat melenggang masuk ke Selatan.

Setidaknya Amerika “terpaksa” terlibat lebih dalam di Perang Vietnam ini, dimana kekuatan udara yang bermarkas di Jepang dilibatkan untuk bergerak maju dan menyerang sasaran di Utara. Diawali pengerahan kekuatan udara dan pangkalan di Okinawa, Jepang untuk bergerak maju ke Danang, Vietnam Selatan pada 31 Januari 1965, Amerika mulai melibatkan jet tempur jenis F-105. Pengerahan kekuatan udara dari Tactical Fighter Wing ke 18 ini menunjukan kekhawatiran Amerika dalam menghadapi Vietnam Utara yang bersemangat bergerak ke Selatan.

Pada akhir 1963, Amerika Serikat mengirimkan 16.300 orang tentara, serta bantuan senilai $ 500 juta. Namun demikian, tentara Amerika tidak masuk ke wilayah Vietnam Utara, mereka hanya memerangi tentara Vietnam utara yang masuk ke perbatasan pertengahan. 1964, 56.000 orang tentara Vietnam utara menyerang perbatasan Vietnam selatan termasuk menyerang kapal-kapal perang Amerika Serikat di teluk tonkin. Amerika menanggapi perang ini lebih serius lagi. Secara total, Amerika Serikat mengirimkan lebih dari 500.000 orang prajuritnya untuk membantu Vietnam Selatan. Sejumlah Negara kawan-kawan Amerika Serikat juga terlibat.

Secara moral, Amerika dan Vietnam Selatan sudah kalah pada tahun 1968. Pada januari 1968 vietnam utara menyerang saigon dengan tet offensive nya. Penyerangan ini sangat mengguncang kepercayaan diri amerika karena ternyata musuh yang diremehkan itu bisa melakukan penyerangan yang sedemikian hebatnya.

Perang berakhir pada tahun 1975, saat tentara Vietnam Utara memasuki ibukota Vietnam Selatan, Saigon. Pukul 8.35 pagi, warga Amerika terakhir, beserta 10 orang marinir Amerika terakhir meninggalkan Kedutaan Amerika di Saigon. Pukul 11 siang, bendera Vietnam Utara dikibarkan di Istana Presiden Vietnam Selatan. Banyak para pejabat Vietnam Selatan yang tidak sempat melarikan diri dieksekusi di jalanan.

Perang Vietnam sendiri sebenarnya bisa dibilang Unwanted War, Perang yang Tidak Diinginkan. Kongres yang merasa perlu membendung pengaruh komunis di Asia. Pihak militer sendiri sebenarnya enggan berperang di Vietnam. Berkaca pada hasil Perang Korea tentunya. Mereka harus berperang di ”rumah” musuh dengan taktik yang belum pernah dicoba. Bisa dibilang, perang Vietnam merupakan pertama kalinya Amerika merasakan ganasnya perang Gerilya.

Masa Kolonialisasi: Latar Belakang Terjadinya Perang Vietnam 
Pada saat Perang Dunia II baru berakhir, terdapat gejala bahwa Negara-negara yang masih terjajah dikuasai semangat untuk melepaskan diri dari penjajahan. Keinginan ini juga dimiliki oleh Ho Chi Minh, pemimpin Viet Minh, yang merupakan gerakan populer yang beranggotakan orang-orang katolik, budha, pengusaha kecil, orang-orang Komunis dan para petani untuk memerdekakan diri dari kolonialisme Perancis.  Sebelum masa penjajahan Perancis, Vietnam dijajah oleh Tiongkok sejak tahun 110 SM sampai mencapai kemerdekaan pada tahun 938. Setelah bebas dari belenggu penjajahan Tiongkok, Vietnam tidak berhenti menentang serangan pihak asing.


Pada abad ke-19, Vietnam menjadi wilayah jajahan Perancis. Perancis menguasai Vietnam setelah melakukan beberapa perang kolonial di IndoChina mulai dari tahun 1840an. Ekspansi kekuasaan Perancis disebabkan keinginan untuk menyaingi kebangkitan Britania Raya dan kebutuhan untuk mendapatkan hasil bumi seperti rempah-rempah untuk menggerakkan industri di Perancis untuk menyaingi penguasaan industri Inggris. Semasa pemerintahan Perancis, golongan rakyat Vietnam dibakar semangat nasionalisme dan ingin kemerdekaan dari Perancis. Beberapa pemberontakan dilakukan oleh banyak kelompok-kelompok nasionalis, tetapi usaha mereka gagal. Pada tahun 1919, semasa Perjanjian Versailles dirundingkan, Ho Chi Minh meminta untuk bersama-sama membuat perundingan agar Vietnam dapat merdeka. Permintaannya ditolak dan Vietnam dan seluruh IndoChina terus menjadi jajahan Perancis.

Semasa Perang Dunia II, Office of Strategic Services atau OSS (kini CIA) memberikan bantuan ketentaraan kepada Ho Chi Minh. Selepas Perang Dunia II, Amerika Serikat melihat Viet Minh dengan kesangsian, karena pegangan Komunisme Viet Minh. Walaupun demikian, pegawai-pegawai OSS masih ditugaskan untuk tujuan penyelarasan dengan Viet Minh. OSS memberikan bantuan kepada Viet Minh untuk mengurus pengiriman pulang anggota tentara Amerika yang telah menjadi tawanan perang Jepang dan ditahan di Vietnam. Pada 26 September 1945, Lt. Col. A. Peter Dewey seorang pegawai OSS ditembak mati oleh Viet Minh, menjadikan beliau anggota tentara pertama terbunuh di Vietnam.

Dengan tercetusnya Perang Korea, Presiden Harry S. Truman meningkatkan bantuan ketentaraan kepada kerajaan Perancis untuk memungkinkan kemenangan Perancis mengatasi pemberontakan oleh Viet Minh. Harry S. Truman mengumumkan “acceleration in the furnishing of military assistance to the forces of France and the Associated States in Indochina…” dan mengirim 123 orang pegawai tentara ke Vietnam untuk membantu Perancis dalam perang. Pada tahun 1951, Presiden Harry S. Truman membuat sumbangan $150 juta untuk membantu membiayai perang Perancis di Vietnam.

Presiden Dwight D. Eisenhower menggunakan kuasa Tentara Amerika Serikat untuk membantu pertumbuhan sebuah Negara bukan Komunis di Vietnam Selatan. Eisenhower sangat risau akan kejayaan pihak Komunis dalam perluasan pengaruhnya di Asia Tenggara. 142,000 orang anggota tentara Amerika Serikat terbunuh di Korea dalam usaha penghadangan Komunisme di Semenanjung Korea. Di Malaya, Eisenhower melihat Tentara Inggris dan anak-anak Malaya bergelut menentang pemberontakan oleh Partai Komunis Malaya. Amerika Serikat melihat ini sebagai bagian dari raencana besar Komunisme untuk berpijak dan menularkan pahamnya ke seluruh pelosok dunia.


Eisenhower tidak ingin pengorbanan besar di Korea akan menjadi sia-sia sekiranya Komunisme berhasil menguasai Asia Tenggara. Tetapi Eisenhower menghadapi kesukaran mendapatkan dukungan publik untuk melibatkan diri dalam satu lagi peperangan selepas Perang Korea. Dwight D. Eisenhower menggunakan pasukan-pasukan kecil MAAG  “penasihat tentara” yang disebut Kumpulan Bantuan Penasihat Tentara (Military Assistance Advisory Group) ke Vietnam Selatan untuk membantu Vietnam Selatan menentang Komunisme. Pada 1 November 1955, Dwight D. Eisenhower mengirim rombongan pertama MAAG ke Vietnam Selatan untuk memberikan latihan kepada Tentara Vietnam Selatan (ARVN). Ini merupakan permulaan campur tangan resmi Amerika Serikat di dalam perang Vietnam. Pada 8 Julai, 1958, Charles Ovnand and Dale R. Buis menjadi anggota MAAG pertama terbunuh semasa bertugas di Vietnam.

Pada akhirnya, Kelompok Viet Minh berhasil mendapat dukungan dan mengusir Perancis dari Vietnam. Selama Perang Dunia II, Vietnam dikuasai oleh Jepang. Pemerintah Perancis Vichy bekerjasama dengan Jepang yang mengirim tentara ke IndoChina sebagai pasukan yang berkuasa secara de facto di kawasan tersebut. Pemerintah Perancis Vichy tetap menjalankan pemerintahan seperti biasa sampai tahun 1944 ketika Perancis Vichy jatuh setelah tentara sekutu menaklukan Perancis dan jendral Charles de Gaulle diangkat sebagai pemimpin Perancis. Setelah pemerintah Perancis Vichy tumbang, pemerintah Jepang menggalakkan kebangkitan pergerakan nasionalis di kalangan rakyat Vietnam. Pada akhir Perang Dunia II, Vietnam diberikan kemerdekaan oleh pihak Jepang. Ho Chí Minh kembali ke Vietnam untuk membebaskan negaranya agar tidak dijajah oleh kekuasaan asing.

Ho Chi Minh mengharapkan bantuan Amerika untuk bisa lepas dari Perancis dan menegaskan bahwa dirinya bukan Komunis. Ho Chi Minh mengharapkan negara Amerika Serikat akan menyokong negara baru di Vietnam, walaupun negara baru itu sebuah negara di bawah pengaruh Komunis. Harapan beliau Amerika Serikat akan mengkotakan ucapan-ucapan Franklin D. Roosevelt yang menentang kolonialisme Eropa selepas Perang Dunia II. Franklin D. Roosevelt ingin agar rakyat negara-negara Dunia Ketiga menentukan nasib mereka sendiri. Ho Chi Minh pun mengirimkan surat terpisah kepada dua belas petinggi gedung putih dan juga ke komisi luar negeri senat AS agar mereka memahami atau memberi dukungan moral untuk menyuarakan perjuangannya lepas dari kolonialisme Perancis. Namun AS tidak membaca suratnya dan menolak permintaan bantuannya dan justru melibatkan diri di Vietnam dengan membantu Perancis.

Di bawah pimpinan Harry S. Truman, Amerika Serikat tidak membantah Perancis menduduki semula tanah-tanah jajahannya, termasuk Vietnam, selepas tamat perang. Amerika bahkan menawarkan ke pihak prancis dua bom atom, yang dengan penuh maaf ditolak oleh Perancis. Setelah gagal mendapatkan bantuan dari Amerika, akhirnya Ho Chi Minh berpaling mencari bantuan ke pihak Komunis (Uni Soviet dan Cina).

Terpecahnya Vietnam 
Ho Chi Minh berhasil mengalahkan lawannya dalam pertempuran di Dien Bien Phu, 7 Mei 1954 dengan kemenangan telak. Setelah kemenangan tersebut, diadakan perundingan di Jenewa antara pihak Viet Minh dan Perancis, dan mereka menandatangani beberapa kesepakatan. Kesepakatan penting dalam perjanjian tersebut membagi Vietnam untuk sementara waktu menjadi 2 dengan garis lintang 17 derajat sebagai batas.


Orang-orang Komunis di bawah Ho Chi Minh mendapatkan mendapatkan bagian utara, sedangakan rezim Bao Dai diberi wilayah selatan. Dalam perundingan tersebut juga disepakati tentang penyelenggaraan pemilu akan diselenggarakan dua tahun lagi untuk menyatukan kembali Negara tersebut. Amerika serikat menentang penyelenggaraan pemilu nasional karena khawatir Ho Chi Minh akan keluar sebagai pemenang. Oleh karena itu, AS menolak untuk menandatangani persetujuan Jenewa. Bagi Amerika, jika pemilu nasional diadakan bulan 1956 dan jika Viet Minh tidak berkeberatan hampir bisa akan menang. Itulah mengapa AS berusaha membekengi Vietnam selatan untuk menolak pemilu tersebut. Semua orang yang memahami masalah indocina selalu mengatakan bahwa jika pemilu diselenggarakan di masa perjuangan, kemungkinan 80 persen penduduk akan lebih memilih Ho Chi Minh sebagai pemimpin mereka.

Dalam usahanya mengalahkan Ho Chi Minh, CIA menempatkan Ngo Dhin Diem yang fasistik untuk menguasai bagian selatan. CIA pun menyebarkan propaganda buruk tentang Ho Chi Minh. Menakut-nakuti orang selatan bahwa Ho sedang mengerahkan orang-orang utara untuk menyerbu ke selatan. Informasi seperti ini diharapkan dapat turut memunculkan dorongan dari warga Amerika agar Amerika secepatnya melakukan tindakan terhadap Ho.

Pihak Komunis memang bersiap sedia untuk menyerang Vietnam Selatan, sejak sebelum Perjanjian Geneva ditandatangani. Persiapan ini dibuat sekiranya penyatuan tidak dapat dicapai melalui kemenangan dalam pilihanraya. Ho Chi Minh memerintahkan beribu-ribu orang agen Komunis untuk menyusup masuk ke Vietnam Selatan, dan menyediakan tempat tersembunyi untuk simpanan senjata.

Taktik CIA selanjutnya, yakni pada tahun 1954, CIA memanaskan situasi dengan menjalankan Operasi Phoenix sehingga pemilu nasional yang direncanakan berlangsung pada tahun 1956, sesuai dengan persetujuan Jenewa, gagal dilaksanakan. Terdapat 2 pelanggaran terhadap persetujuan Jenewa yang dilakukan oleh pihak selatan. Yang pertama, Ngo Dhin Diem, dibawah perlindungan AS melakukan pelanggaran terhadap persetujuan jenewa dengan menolak berpartisipasi pada pemilu nasional itu. Uni Soviet mengusulkan pemisahan permanen antara Vietnam utara dan Vietnam selatan, menjadi dua Negara yang diakui oleh PBB. Usul ini ditolak oleh AS yang tidak mau mengakui Vietnam yang Komunis. Pada akhirnya diadakan pemilu, namun hanya diadakan di Selatan dan peristiwa ini menandai terbentuknya Republik Vietnam (dikenal luas dengan nama Vietnam Selatan) dengan Ngo Dhin Diem sebagai presiden pertamanya. Pelanggaran yang ke dua terhadap persetujuan Jenewa dilakukan secara langsung oleh AS dengan mengirimkan penasehat-penasehat militernya untuk melatih tentara Republik Vietnam.

Aksi pertama Diem sebagai presiden adalah mengembalikan lagi tanah yang dibagi-bagikan kepada petani oleh Viet Minh kepada tuan-tuan tanah. Ini tentu sangat menyebabkan penderitaan bagi petani-petani Vietnam. Ditambah pula atas saran Amerika, Diem juga memaksa para petani meninggalkan rumah-rumah mereka dan memindahkan mereka ke pemukiman yang diawasi ketat demi membendung dan menahan aktivitas kaum Komunis. Tindakan Diem ini tentu tidak diterima begitu saja oleh rakyat Vietnam selatan. Rakyat Vietnam selatan melakukan perlawanan mendalam terhadap pemerintahan Diem. Benih-benih kekecewaan inilah yang memicu pembentukan front pembebasan nasional (NLF), pada tahun 1960. NLF adalah sebuah kelompok yang bertekad menjatuhkan Diem dan menyatukan kembali Vietnam. Ho Chi Minh menjadi nadi penting bagi NLF di Vietnam Selatan dan menjadi sasaran serangan udara oleh Tentara Udara Amerika Serikat. NLF dibekali senjata oleh tentara Vietnam selatan melalui terusan Ho Chi Minh.

Ho Chi Minh menerima senjata dan peralatan lain dari Uni Soviet dan China melalui Pelabuhan Haiphong. Peralatan dan senjata ini kemudiannya diantar melalui terusan Truong Son (dipanggil terusan Ho Chi Minh oleh pihak Amerika Serikat) kepada NLF dan Viet Cong di Vietnam Selatan. terusan Truong Son ini melalui negara jiran Laos dan Kamboja, dan berakhir kira-kira 50 km di luar Saigon. Hal ini merumitkan keadaan, dan Amerika Serikat tertekan karena tidak dapat menyerang terusan ini tanpa memasuki ataupun menaklukkan kawasan negara-negara tersebut. Dalam masa yang sama, Laos dan Kemboja sendiri menghadapi pemberontakan oleh kumpulan-kumpulan Komunis di negara mereka. Di Laos, kumpulan Pathet Lao dipengaruhi dan dilengkapkan oleh Vietnam Utara. Kamboja secara rahasia membenarkan kawasannya digunakan oleh Vietnam Utara untuk pengiriman senjata kepada pemberontak di Vietnam Selatan.Penentangan terhadap pemerintahan Ngo Dinh Diem semakin kuat dan terbuka, Vietnam Utara mencetuskan satu insurgensi di Vetnam Selatan. Barisan Pembebasan Kebangsaan (National Liberation Front) diurus, dibiayai dan diberikan perbekalan oleh Vietnam Utara. Amerika Serikat, Kesatuan Soviet dan Republik Rakyat China semakin terlibat.

Satu tahun sebelum Amerika mengangkut pasukan militernya untuk mengibarkan perang, situasi Vietnam makin memanas. Pada tahun 1963, dibawah presiden Kennedy, AS menempatkan penasihat-penasihat militer di Vietnam selatan.

Amerika Vs Vietnam
Pada pertengahan tahun 1960an selagi tentara Amerika bertempur di Vietnam, Presiden Lyndon Johnson menjalani operasi kandung kemih. Operasi itu meninggalkan bekas luka yang panjang. Tidak lama setelah itu, para kartunis politik menggambarkan luka bekas operasi itu sebagai peta Vietnam. Karena perang Vietnam yang kacau, Presiden Johnson akhirnya tidak mau mencalonkan diri kembali dalam pemilihan presiden tahun 1968. Sampai sekarang, Perang Vietnam masih menjadi bekas luka dalam jiwa rakyat Amerika, seperti yang diungkapkan kedua calon presiden Amerika bulan lalu.


Calon Presiden Partai Demokrat Senator John Kerry menyatakan diri sebagai pahlawan perang dengan mengelilingi dirinya dengan para veteran perang Vietnam. Beberapa pekan kemudian, sekelompok veteran Vietnam lain menyerang John Kerry, dengan mengatakan, Kerry berbohong mengenai kegagahberaniannya dalam perang. Pihak Partai Republik kemudian mengecam John Kerry karena memimpin protes menentang Perang Vietnam sekembalinya dari medan perang. Pekan lalu, Wakil Presiden Dick Cheney menyebutnya sebagai salah satu alasan mengapa John Kerry tidak layak menjadi presiden. Banyak tuduhan terhadap John Kerry disanggah oleh kelompok veteran Vietnam lain, yang membela John Kerry mati matian.

Terdengar aneh bahwa kampanye pemilihan presiden terfokus pada isu Perang Vietnam, sementara banyak isu lain seperti Perang Irak, perekonomian, lapangan kerja, layanan kesehatan dan defisit anggaran. Semua isu tersebut tersisih oleh Perang Vietnam yang telah berakhir 29 tahun yang lalu.

Keterlibatan Amerika dalam perang Vietnam adalah yang paling lama dan paling tidak populer dalam sejarah Amerika. Ketika Perang Vietnam berakhir pada tahun 1975, hampir 58 ribu orang tentara Amerika dan sekitar tiga juta orang warga Vietnam tewas.

Setelah perang berakhir, warga Amerika bertanya-tanya, mengapa mereka menemui kekalahan. Banyak yang merasa bahwa Amerika seharusnya tidak melancarkan perang itu. Mereka berpendapat, rakyat Vietnam menjadi korban putusan dan kebijakan Amerika yang keliru. Yang lain berpendapat, perang Vietnam tidak dilakukan dengan cukup kuat. Menurut mereka, Amerika akan menang kalau warganya mendukung tentara, atau kalau Pentagon tidak dikungkung berbagai pembatasan dalam menjalankan operasinya di Vietnam.

Selama seperempat abad terakhir, perdebatan tingkat rendah berlangsung antara mereka yang ikut perang di Vietnam dan yang tidak, antara yang berpendapat bahwa Perang Vietnam dapat dibenarkan dan yang menganggapnya sebagai misi keliru yang mustahil dilaksanakan.

Banyak veteran Perang Vietnam masih menderita sampai sekarang. Banyak di antara mereka yang terekspos pada Agent Orange, bahan kimia perontok daun, yang membuat mereka sakit. Sekitar 240 ribu orang veteran perang, sebagian besar dari Vietnam, menjadi tunawisma. Vietnam sendiri masih menderita dari sisa sisa perang. 35 persen lahan pertanian di Vietnam Tengah tidak dapat ditanami karena sisa sisa mesiu yang belum meledak. Lebih dari satu juta hektar hutan dan lahan pertanian menjadi tandus karena Agent Orange. Banyak warga Vietnam yang juga menderita karena bahan kimia itu.

Karena Perang Vietnam, Amerika dijuluki sebagai ‘macan kertas’. Ini sering disebut sebagai ‘Sindrom Vietnam’, yaitu keengganan untuk maju ke medan tempur. Apakah perdebatan antara John Kerry dan George W Bush mengenai Perang Vietnam berarti bahwa secara kejiwaan warga Amerika berkeberatan mengirim prajurit ke medan perang? Ternyata tidak. John Kerry memberikan suara setuju dalam pemungutan suara Senat mengenai perang Irak yang diprakarsai Presiden Bush. Jelas bahwa keduanya tidak berpendapat bahwa Amerika adalah ‘macan kertas’.

Amerika kalah perang di Vietnam
Banyak orang tahu Amerika kalah perang di Vietnam. Tapi yang tidak banyak orang tidak tahu adalah, salah satu sebab Amerika kalah di Vietnam adalah Indonesia. Kok bisa? Simak sejarahnya. Amerika adalah negara terkuat di dunia selama beberapa abad belakangan ini. Kuat di bidang ekonomi, kuat di bidang militer. Sekedar untuk menggambarkan kekuatan militernya, kita bisa melihat dua fakta:
Pertama, penerimaan devisa nomor satu di Amerika adalah dari ekspor senjata, baru kemudian dari ekspor film.

Kedua, PENTAGON, Departemen Pertahanan Amerika Serikat adalah institusi pemegang hak cipta terbanyak di dunia. Kebanyakan penemuannya adalah di bidang persenjataan. Artinya, persenjataan Amerika sudah terbukti paling berkembang di dunia. Dua fakta ini menunjukkan betapa kuatnya Amerika. Akan tetapi dengan segala kekuatan ini, Amerika kalah di Vietnam. Setidaknya dari 2,7 juta orang Amerika yang bertugas dari Vietnam tercatat 58.159 orang tewas, 1.719 hilang, dan 303.635 orang luka-luka. Memang jumlah ini lebih sedikit dari jumlah orang Vietnam yang tewas, tapi hengkangnya Amerika dari wilayah Indo Cina tersebut jelas-jelas merupakan fakta sejarah bahwa Amerika kalah dalam perang Vietnam.


Tentara Amerika kalah dalam perang Vietnam karena tidak mampu menghadapi serangan gerilyawan Vietcong. Gerilyawan Vietcong sangat mengusai medan pertempuran di hutan-hutan. Mereka sangat menguasai teknik perang bergerilya. Lalu darimana gerilyawan Vietkong belajar perang gerilya yang hasilnya menang perang lawan Amerika? Disinilah hubungannya perang Vietnam dan Indonesia. Beberapa pimpinan gerilyawan Vietkong mengatakan bahwa mereka membaca buku “Pokok-Pokok Perang Gerilya” karangan Jendral AH Nasution dan menjadikannya pedoman mereka dalam menetapkan strategi. Nasution adalah salah seorang dari  Jenderal Besar bintang 5 di Indonesia.

Beberapa peristiwa
9 Februari 1965 - Pasukan kombat Amerika Serikat pertama dikirim ke Vietnam Selatan.
30 Januari 1968 - Serangan Tet
5 Februari 1968 - Pertempuran Khe Sanh dimulai.
11 Februari 1973 - Tahanan perang Amerika Serikat pertama dibebaskan oleh Viet Cong.
27 Februari 1973 - Persetujuan Damai Paris secara resmi mengakhiri Perang Vietnam.
29 Maret 1973 - Pasukan terakhir Amerika Serikat meninggalkan Vietnam Selatan.


0 Response to "Amerika dalam Perang Vietnam"

Post a Comment