Setiap memasuki bulan Maulud di Jawa diadakan acara sekaten. Acara tersebut merupakan cara masyarakat Jawa di Surakarta dan Yogyakarta dalam merayakan hari kelahiran Nabi Muhammad saw. Untuk memperingati hari tersebut di Surakarta digelar acara Sekaten. Untuk menandai dimulainya Sekaten, ditabuh gamelan Kiai Guntur Madu dan Guntur Sari. Warga Surakarta sangat antusias menyaksikan acara Sekaten. Pada acara tersebut, ada berbagai mainan yang disukai anak-anak. Misalnya saja kapal minyak, perhiasan palsu, kincir angin, dan sebagainya. Acara Sekaten juga menggelar berbagai acara dagang dan industri. Selain itu ada juga gelar seni tradisi dan religi serta pameran budaya dan museum.
Sekaten |
Saat ini masih ada kepercayaan yang kuat di kalangan warga, bahwa pemukulan kali pertama gamelan sekaten merupakan tanda dimulainya Sekaten. Pasalnya, inti dari pelaksanaan Sekaten dalam satu bulan hanyalah satu minggu. Setelah gamelan ditabuh abdi dalem pangrawit, warga biasanya langsung mengunyah sirih. Ada berbagai macam keinginan warga saat mengunyah sirih. Misalnya saja ingin awet muda, bagi para pedagang biasanya mereka ingin agar dagangannya laris.
Saat acara sekaten juga dijual berbagai makanan kesukaan anak-anak, seperti arum manis dan berondong. Ada juga celengan dengan berbagai bentuk binatang, cambuk hias, dan mainan lainnya. Pada penutupan Sekaten akan digelar gunungan. Gunungan itu merupakan nasi tumpeng dengan berbagai sayuran dan buah-buahan. Semuanya itu ditata hingga menyerupai sebuah gunung. Sebagian warga Solo biasanya percaya bahwa sayuran dan buah-buahan dalam gunungan dapat membawa berkah. Itulah yang menyebabkan mereka memperebutkan sayuran dan buah-buahan pada gunungan itu.
0 Response to "Sekaten"
Post a Comment