Sejarah Gedung Sate


Ternyata Gedung Sate itu  mempunyai sejarah panjang dan  unik. Siapa yang tahu, ada berapa  sate yang terdapat pada tusukan di atas gedung kantor gubernur itu? Ya betul, ada enam. Enam itu ternyata memiliki arti tersendiri,  yaitu melambangkan enam juta  gulden yang merupakan biaya yang dihabiskan untuk membangun gedung tersebut.



Gedung Sate ini pun termasuk salah satu bangunan bersejarah yang terkenal di Kota Bandung. Bangunan ini awalnya dimaksudkan sebagai pusat pemerintahan Hindia Belanda.

Gedung Sate mulai dibangun pada 1920. Di puncak Gedung Sate terdapat tusuk sate dengan enam ornamen sate yang bentuknya mirip jambu air atau melati. Setelah pemerintah Hindia Belanda berencana untuk memindahkan ibu kota Nusantara dari Batavia ke Kota Bandung pada tahun 1917, mereka menyewa tenaga seorang arsitek muda Belanda,  J. Gerber, untuk merancang gedung pusat pemerintahan yang baru. Para perancang juga berusaha membuat gedung pemerintahan ini semirip mungkin dengan suasana dan bangunan di Eropa.

Setelah memakan waktu 4 tahun, pembangunan induk bangunan utama Gedung Sate berhasil diselesaikan pada bulan September 1924, termasuk kantor pusat PTT (Perusahaan Pos dan Telekomunikasi) dan  perpustakaan.

Tanggal 3 Desember 1945 terjadi peristiwa yang memakan korban tujuh orang pemuda yang mempertahankan Gedung Sate dari serangan  pasukan Gurka. Untuk mengenang ke tujuh pemuda itu, dibuatkan tugu dari batu yang diletakkan di belakang halaman gedung. Atas perintah Menteri Pekerjaan Umum ketika itu, pada tanggal 3 Desember 1970 tugu tersebut dipindahkan ke halaman depan Gedung Sate.

Kesempurnaan megahnya Gedung Sate dilengkapi dengan Gedung Baru hasil karya arsitek Ir. Sudibyo yang dibangun tahun 1977. Gedung  Baru ini diperuntukkan bagi para pimpinan dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Jawa Barat dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai lembaga legislatif Daerah.


0 Response to "Sejarah Gedung Sate"

Post a Comment